Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.
Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.
Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?
Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 UJIAN ILUSI
Langit masih redup saat murid-murid baru Sekte Pedang Azura berkumpul di pelataran timur. Kabut tipis menyelimuti lembah tempat pelatihan ilusi roh diadakan. Angin dingin menyapu ujung jubah mereka, membuat suasana terasa kaku dan sunyi. Banxue berdiri di antara para murid, tatapannya kosong namun penuh kewaspadaan. Di sisi lain, Fengyu mencuri-curi pandang ke arahnya, gelisah. Ia tahu, ujian ini bukan sekadar ujian biasa. Hari ini bisa menjadi awal dari keretakan yang tidak dapat ia perbaiki.
Tetua Agung muncul mengenakan jubah biru tua berbordir naga perak. Suaranya dalam dan menggema, menembus kabut yang mengambang rendah.
"Ujian Ilusi Roh akan menguji kekuatan jiwa kalian. Ketakutan terdalam, ingatan tersembunyi, dan penyesalan yang belum selesai akan menjadi musuh kalian. Jika kalian mampu bertahan dan menguasai ilusi kalian sendiri, maka kalian akan diterima sebagai murid dalam Sekte Pedang Azura."
Satu per satu murid melangkah ke dalam lingkaran ilusi. Beberapa langsung terkapar, ada pula yang menjerit histeris, gagal menahan tekanan mental. Saat giliran Banxue tiba, suasana mendadak berubah. Beberapa tetua saling menatap. Wayne dan Linrue yang berdiri di belakangnya menegang.
Banxue melangkah ke dalam lingkaran. Cahaya dari kristal roh menyambar tubuhnya, lalu dunia berganti.
Ia berada di tengah reruntuhan. Reruntuhan Sekte Langit Xuanyin. Api masih menyala di beberapa bangunan yang roboh. Darah menggenang di tanah, mayat-mayat berserakan. Banxue kecil terduduk dengan tubuh gemetar.
"Kenapa... kenapa kalian semua tidak melawan?!"
Dari balik kabut muncul sosok pria berjubah hitam dengan lambang sekte iblis di dadanya. Di belakangnya berdiri Anyu, mantan sahabat yang kini mengkhianatinya.
"Maafkan aku, Banxue. Aku hanya ingin hidup..."
Banxue mencengkeram pedang di tangannya. Tapi tubuhnya terasa ringan, tak berdaya. Rasa takut mencengkeram jiwanya. Namun perlahan, dari tubuh kecil itu, cahaya mulai bersinar. Ia berdiri. Mengambil kuda-kuda. Lalu, mengayunkan pedang dengan gerakan yang memecah ilusi.
Di dunia nyata, para tetua terpana. Dari tubuh Banxue, aura tipis memancar. Jurus itu...!
"Itu... Gerakan Keempat: Jatuhnya Kabut Salju," bisik Tetua Hui dengan mata melebar.
"Teknik itu musnah bersama Sekte Xuanyin belasan tahun lalu."
Wayne menunduk. Linrue menggertakkan gigi. Mereka mengenal teknik itu. Dan hanya satu nama yang mungkin menguasainya—Banxue.
Setelah tiga puluh menit, Banxue keluar dari lingkaran dengan napas tersengal. Matanya kosong, tapi amarah dalam dirinya bergejolak. Beberapa tetua memerintahkan ia beristirahat, namun bisik-bisik murid mulai menyebar. Siapa sebenarnya gadis itu?
Malamnya, di bawah langit yang mulai berawan, Banxue duduk sendirian di taman luar aula timur. Api lentera bergoyang tertiup angin.
Fengyu mendekat perlahan.
"Xuer..."
"Jangan pernah berbohong atau menyembunyikan sesuatu hal penting dariku, Fengyu. Jika kau lakukan itu... kau harus siap menjauh dari hidupku."
Fengyu terdiam. Kata-kata itu menghantam jiwanya. Ingin rasanya ia bicara. Tentang lambang yang tersembunyi di balik lengan bajunya. Tentang masa lalu kelam yang ia sembunyikan. Tentang keterkaitan sektenya dulu dengan kehancuran Sekte Xuanyin. Tapi lidahnya kelu.
Ia hanya bisa menatap punggung Banxue yang tak lagi memberinya ruang.
Dan dalam keheningan yang menggantung di antara mereka, satu keputusan muncul dalam benaknya Fengyu akan tetap berada di sisi Banxue... sampai kebenaran tak bisa lagi disembunyikan. Saat itu tiba, ia tahu, dunia keduanya tak akan pernah sama lagi.