NovelToon NovelToon
Limit Unlock

Limit Unlock

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Epik Petualangan / Bullying dan Balas Dendam / Murid Genius / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Jin kazama

Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.

Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?

Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Menjadi Ketua Disiplin.(Bagian 2)

Bab 8. Menjadi Ketua Disiplin.(Bagian 2)

Jika dia ingin mendisiplinkan para berandalan penguasa sekolah, maka dia harus memikirkan cara yang paling efektif. Mengalahkan mereka dengan duel mungkin akan berhasil, tapi yang dia inginkan bukan hanya sekadar itu. Yang dia inginkan adalah rasa patuh dan tunduk dengan mutlak namun penuh dengan kesadaran.

Dia ingin mendapatkan rasa hormat dan respek dari mereka semua. Bahkan kalau perlu membuat mereka mengikutinya dengan sukarela. Dengan begitu, hanya dengan sekali instruksi maka mereka akan menuruti.

Dan hal yang paling efektif untuk membuat para berandalan itu mengikutinya dengan sukarela adalah membuat mereka berutang budi yang sangat besar. Budi yang setara dengan sebuah penyelamatan nyawa. Dan untuk hal-hal seperti itu, dia membutuhkan momen yang pas dan tepat.

"Yah... mari selesaikan semuanya secara perlahan. Tidak bisa terburu-buru juga," gumamnya sambil terus melangkah.

Malam hari. Pukul 19.00 WIB.

Jaka berdiri tepat di sebuah rumah yang cukup besar di area kompleknya. Itu adalah rumah milik pasangan Haji Muhidin dan juga istrinya bernama Wati, atau juga bisa disebut Bu Haji Wati.

Baru dirinya hendak memencet bel yang ada di luar gerbang, seorang penjaga bernama Pak Dirman yang berada di dalam pos satpam menghampirinya.

"Oalah, ternyata kamu toh, Nak Jaka. Saya kira siapa malam-malam begini datang ke rumah," ucapnya.

Mendengar itu, Jaka hanya menyengir.

"Hehehe! Iya, Pak Darman. Selamat malam, Pak," kata Jaka sambil menyalami Pak Dirman yang bekerja sebagai satpam.

"Iya, selamat malam," jawab Pak Dirman dengan santai.

Kemudian dia pun menanyakan apa keperluan Jaka datang kemari malam-malam.

"Kamu ngapain, Jak, malam-malam datang ke sini? Tumben-tumbenan?" tanya pria paruh baya yang umurnya sudah setengah abad tersebut.

"Hehe! Iya, Pak. Kebetulan kedatangan saya kemari mau bertemu sama Bu Haji Wati. Mau bayar kontrakan Ibu saya yang udah nunggak selama tiga bulan," kata Jaka menjelaskan keperluannya.

Mendengar itu, Pak Darman pun akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Oh, jadi begitu... sebentar saya akan menghubungi Warsito dulu agar memberitahu si Mirna soal kedatanganmu. Sekalian biar langsung dihubungkan sama Bu Haji."

Sekilas informasi, Pak Warsito ini adalah tukang kebun, sedangkan Mirna adalah seorang pelayan rumah tangga yang bekerja di rumah tersebut.

Setelah menghubungi Warsito dengan walkie-talkie miliknya, Pak Dirman pun menatap Jaka.

"Sudah, Nak Jaka. Kamu bisa tunggu sebentar. Warsito sedang memberitahu si Mirna soal kedatanganmu kepada Bu Haji."

Jaka yang mendengar itu membubuhkan badan dan menjawab dengan sopan.

"Hehe, terima kasih loh, Pakde, atas bantuannya!"

Sementara Pak Dirman yang melihat anak muda di depannya begitu sopan itu hanya melambai-lambaikan tangan.

"Halah, ini cuma masalah kecil, Nak. Tidak perlu dipikirkan," jawabnya dengan santai. Namun tatapan matanya menunjukkan rasa puas akan tata krama yang dimiliki oleh Jaka.

Tidak lama kemudian, Warsito datang sambil membukakan pintu gerbang.

"Silakan masuk, Nak Jaka. Sudah ditunggu sama Bu Haji Wati."

Jaka mengangguk sekali lagi dan membungkuk.

"Terima kasih, Pakde," ucapnya kemudian segera melangkahkan kaki menuju rumah besar milik pasangan orang terkaya di kompleknya itu.

Singkat cerita, Jaka pun bertemu dengan Bu Haji Wati. Setelah berbasa-basi singkat, Jaka pun langsung menyampaikan keperluannya datang ke rumah.

"Jadi begini, Bu. Kedatangan saya kemari untuk membayar biaya kontrakan Ibu saya yang sudah menunggak selama tiga bulan. Totalnya tiga juta rupiah ya, Bu," kata Jaka sambil mengeluarkan uang dan menaruhnya di atas meja.

Masalah bagaimana Jaka mendapatkan uang ini.

Mari mundur sebentar ke beberapa jam ketika Jaka pulang sekolah. Saat Jaka hampir mencapai gerbang, Bu Anisa yang merupakan wali kelasnya memanggilnya.

"Hei, Nak Jaka, kemarilah sebentar!" kata Bu Anisa.

Jaka yang mendengar panggilan itu segera berbalik dan mendekat.

"Ya, Bu, ada keperluan apa ya?" jawabnya sambil membungkuk dengan sopan.

Bu Anisa tersenyum.

"Mari ikut saya sebentar," katanya sambil membalikkan badan.

Jaka pun tanpa ragu mengikutinya.

Singkat cerita, ternyata itu adalah perintah dari Pak Kepala Sekolah untuk mempercepat proses pemberian uang saku senilai enam juta rupiah sebelumnya yang dijanjikan oleh sekolah.

"Ini, Nak Jaka, semuanya pas enam juta rupiah. Selamat ya, kamu telah menjadi ketua disiplin yang baru SMA Negeri Nusantara. Semoga kamu bisa menjalankan tugas dengan baik. Ibu juga sangat berharap ini akan memberikan dampak yang positif untuk kenyamanan belajar mengajar kita semua," kata Bu Anisa sambil tersenyum.

Jaka yang memiliki ekspresi cerah di wajahnya tanpa ragu langsung menerima uang itu dengan hati yang berbunga-bunga.

"Oh... jangan khawatir, Bu. Saya pasti akan menjalankan tugas dengan baik."

Kembali ke masa sekarang.

Bu Haji Wati cukup terkejut saat Jaka mengeluarkan segepok uang sebanyak tiga juta rupiah untuk membayar biaya sewanya yang nunggak.

Awalnya Bu Haji Wati sengaja ingin mengingatkan Julia tentang biaya sewa yang sudah nunggak. Tapi sekarang sepertinya itu semua tidak perlu.

Dengan senyum yang ramah, Bu Haji Wati pun berkata...

"Baiklah kalau begitu, uangnya saya terima ya, Nak Jaka."

"Iya, Bu. Saya mewakili Ibu saya mengucapkan terima kasih dan maaf yang sebesar-besarnya karena telat membayar biaya kontrakan," kata Jaka sambil membungkukkan badan.

Mendengar itu, Bu Haji Wati sedikit memiliki ekspresi rumit di matanya. Dia tahu bagaimana kehidupan mereka semua. Tapi mau bagaimana lagi, yang namanya tinggal di kontrakan ya harus membayar biaya sewa karena memang seperti itulah kesepakatannya sejak awal.

"Iya, Nak, tidak masalah. Untuk ke depannya tidak masalah kalau biayanya nunggak asal tidak lebih dari tiga bulan saja," jawab istri Haji Muhidin itu sambil tersenyum.

"Ya, Bu, terima kasih banyak atas bantuannya," kata Jaka yang sekali lagi membungkuk dan berterima kasih.

Maklum saja, di zaman di mana keuangan sangat susah seperti ini, sangat sulit mencari orang baik yang mau menerima situasi dan kondisi.

Karena yang paling rumit bagaimanapun adalah hati manusia. Sering kali lain di mulut, lain di hati.

Setelah bercakap-cakap sebentar, Jaka pun undur diri.

Saat perjalanan pulang dirinya juga sempat bertegur sapa dengan Pak Dirman terlebih dahulu sebelum akhirnya dia berpamitan untuk pulang.

Melangkah dengan santai, dia pun ingin berjalan ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah seperti beras, minyak, dan lain-lain.

Agar lebih cepat sampai rumah, dia melewati jalan tembus yang terdapat sebuah bangunan besar, yaitu gudang tua terbengkalai yang tidak terpakai.

Baru saja kakinya menapak beberapa langkah, dari jarak lebih dari sepuluh meter, telinganya yang tajam mendengar suara keributan.

"Hmm... sepertinya ini suara perkelahian?" gumamnya dengan dahi berkerut.

Rasa penasaran pun mengusiknya. Sambil melangkah dirinya kembali bergumam.

"Menarik!" ucapnya sambil mengangkat sudut bibirnya.

Dia bermonolog,

"Siapa yang malam-malam seperti ini kurang kerjaan berkelahi di tempat seperti itu!"

1
adi ambara
KEMBALI KE CERITA LA..FLASBACK LA..apa thor ni berapa kali ko nak ulang cerita...jangan jadi thor yg bodoh..kalau tak ada idea jangan menulis...bodoh..
adi ambara
cerita yg banyak basa basinya..skip je cerita yg perlu..jangan jadi thor yg bodoh..walaupun cerita pendek tapi padat..jgn banyak basa basi...tolol
Was pray
wah.... tujuan kepala sekolah menunjuk Jaka sebagai ketua kedisiplinan malah jadi gak. selamat sesuai Krn Jaka malah jadi ketua fraksi geng...
Bollong
saran aja Thor,jangan terlalu kebanyakan flashback Thor,dan jangan terlalu naif,kalo bisa langsung bantai bantai aja.🙏
Was pray
sesudah dianugerahi suatu kelebihan terus jangan lupa diri Jaka...gunakan anugrah yg kamu terima untuk kebaikan diri dan orang2 di sekitarmu, jangan malah timbul sifat sombong
Was pray
up nya lebih rajin biar banyak peminatnya Thor..
Pakde
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!