NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 06 Antara Ego Dan Malu

Cahaya putih dari lampu studio menyorot tubuh Alka yang terus bergerak di depan cermin besar. Keringat menetes dari dahinya, napasnya memburu. Tapi matanya masih fokus, seperti menolak kalah dari dirinya sendiri.

Setiap irama musik, gerakan tubuh, hentakan kaki. Semua terlihat sempurna, membuat sang pelatih merasa kagum.

"Alka, break dulu," suara pelatihnya menghentikan gerakan Alka. Ia menatap Alka dari pantulan cermin. "Lo udah latihan hampir tiga jam, tapi nggak kelihatan ada capeknya?" tanyanya heran.

Alka tersenyum samar, ia memegangi lututnya. "Capek, Bang. Tapi... gue takut kalau berhenti, mimpi gue juga ikut berhenti."

Rian menghela napas. "Gerakan lo udah sempurna, flownya bener-bener dapet. Tapi, entah kenapa tiap penilaian juri kok kayak ada yang salah terus, ya."

Alka diam. Tatapannya jatuh ke lantai. Bibirnya bergetar. "Gue juga nggak tahu, Bang. Bukan sekali dua kali, ya. Tapi hampir setiap lomba."

Rian menatap Alka iba. "Nggak papa, lo nggak kalah, kok. Cuma belum waktunya aja. Semangat terus, ya. Gue yakin lo bisa." Rian menepuk-nepuk lengan, Alka.

Alka menghela napas panjang, lalu mengangguk tipis. "Makasih, Bang. Lo juga udah sabar nemenin gue latihan sampai berjam-jam."

"Gue mah nggak masalah, Ka. Namanya juga kerjaan. Yang gue khawatirin justru kesehatan, lo. Sekarang udah mau larut malam, latihannya udah dulu, lo pulang sana." kata Rian, ia berjalan keluar studio.

Alka tersenyum tipis, lalu menggeleng kepala. Ia meraih tas miliknya, lalu pergi dengan baju yang masih basah karena keringat.

Suara gelas gelas bersentuhan terdengar nyaring. Cakra masih memainkan senar gitar, sementara Lista menyimpan mic. Athar sibuk membereskan meja.

Cafe itu sudah sepi, hanya menyisakan mereka berempat yang juga sedang bersiap untuk segera pulang.

"Ka, lo nggak capek? Pulang sekolah langsung ke studio, sekarang malah nangkring di sini?" tanya Athar.

Alka nyengir, matanya setengah terbuka. Di tangannya, gelas berisi kopi yang di siram es batu dan alkohol. "Kalau capek, minum aja," balasnya santai.

Cakra melirik sekilas. "Nggak usah sok dewasa, Ka. Kita masih di bawah umur, lo doang yang minum alkohol udah segitunya."

"Jangan bahas soal umur, nggak penting. Gue aja di dewasakan oleh keadaan. Kalau keadaannya normal, mungkin gue nggak gini." balas Alka, matanya udah mulai kosong.

Lista menatap Alka sebentar, lalu tersenyum tipis. Ada rasa kesal pada kembarannya itu, karena alkohol sudah biasa di jadikan pelariannya. Tapi di sisi lain, Lista juga tahu, Alka anak baik.

"Gue duluan, ya." pamit Lista, dia berjalan menuju parkiran.

"Ta, lo bawa sekalian kembaran lo, ngeri kalau dia bawa motor sendiri." teriak Cakra dari dalam cafe.

Langkah Lista terhenti, ia tak langsung menoleh. "Yaudah, cepetan. Gue udah ngantuk banget."

"Ka, pulang. Cafe udah mau tutup." Cakra menggoyangkan tubuh Alka. Tapi tak ada respon.

"Udah teler dia," sahut Athar sambil mengenakan jaket kulit hitamnya.

"Yaudah bantu seret dia." kata Cakra.

Athar dan Cakra membantu Alka untuk naik ke motor Vario milik Lista.

"Ta, hati-hati ya." Cakra menatap khawatir mereka saat motor Lista hendak melaju.

Athar dan Cakra juga kini pergi meninggalkan cafe yang sudah sepi.

Jalanan malam sudah mulai sepi. Lista melajukan motornya dengan hati-hati, berusaha terus menjaga keseimbangan.

Motor itu kini memasuki kawasan perumahan elite. Dan tak jauh, Lista tiba di depan gerbang rumahnya. Ia menekan klakson motor. Tak lama, gerbang di buka oleh penjaga rumahnya.

"Makasih, Mang." kata Lista sambil tersenyum ramah.

Motor itu berhenti di garasi. Awalnya, Lista bingung bagaimana ia turun tanpa membangun Alka. Tapi nyatanya itu sulit, akhirnya, ia membiarkan Alka terjatuh...Brukhh!!

"Sorry, Ka. Lo berat," Lista tertawa pelan, melihat Alka yang nyungsep ke lantai garasi.

"Kok nggak bangun, nggak mungkin juga kalau gue biarin tidur di sini." kata Lista, ia berjongkok di sampingnya.

"Ka, bangun. Gue nggak bisa angkat lo. Alka, bangun..." Lista menggoyangkan tubuh Alka berkali-kali dengan kencang.

Alka menggeliat kecil, matanya terbuka perlahan. Lalu mencoba bangun, kepalanya terasa pusing, tubuhnya hampir ambruk kembali, tapi untungnya, Lista berhasil menahan.

"Lo sadar dulu, napa, Ka. Gue nggak kuat kalau harus angkat tubuh, lo." kata Lista, ia masih membantu Alka berjalan masuk.

Pintu rumah di buka pelan, mereka berdua melangkah masuk bersama angin malam yang berhembus. Lista kehilangan keseimbangan, yang akhirnya ia ikut terjatuh di ruang tamu.

"Rese lo, Ka. Terserah deh, tidur di sini aja, lo. Berat gue." Lista bangkit, menepuk-nepuk tangannya sendiri.

Saat hendak melangkah. Fellisya berdiri, mengenakan piyama sutra. "Kalian bikin malu aja! Jam berapa ini, baru pulang. Mana mabuk lagi." suaranya tajam.

Mendengar suara Fellisya, Alka mengangkat wajahnya yang lelah, matanya merah. "Saya nggak mabuk, cuma capek, Nona."

"Bangun, jangan tidur di sana. Sialan." Fellisya menggoyangkan tubuh Alka menggunakan kakinya.

"Awasin tuh kaki, nggak sopan." Lista menatapnya tajam.

"Kamu juga... cewek baru pulang jam segini. Dari mana? Jual diri?" nada suara Fellisya semakin meninggi.

"Iya, saya penghibur. Puas!" balas Lista dengan nada yang sama.

"Berani ngelawan kamu. Kurang ajar!" Fellisya melayangkan tamparan ke pipir Lista.

Rasa panas dan perih menjadi satu yang menjalar di pipi. Lista menatapnya tajam, tak lagi bersuara, tak juga melawan.

Tapi kini, Alka yang bangkit dengan susah payah. Menjaga keseimbangan tubuhnya. "Jangan kasar sama, Lista. Kalau lo mau main tangan, sama gue. Jangan sama dia." Alka mendorong tubuh Fellisya.

"Berni juga, kamu. Anak sialan, kurang ajar!"

"APA!! NONA FELLISYA YANG TERHORMAT. LO PIKIR GUE NGGAK BERANI." suara Alka menggema di ruang tamu malam itu.

"Ka, udah. Lo sama gilanya, kalau lo ladenin dia." Lista menarik tangan Alka, tapi Alka menepis nya.

"Lo ke kamar sana! Lain kali, kalau perempuan ini main tangan, lo balas, Lis. Jangan cuma diem aja." Alka berjalan, menabrak bahu Fellisya yang masih berdiri dengan napas memburu.

Lista hanya menghela napas panjang, lalu berlari kecil menaiki anak tangga. Sementara Alka, kembali ambruk di lantai.

Suara ribut kecil membangunkan Renata dari tidurnya. Ia langsung keluar kamar, tapi ruang tamu sudah kembali sepi.

"Felli, Felli. Pasti kamu nyinggung anak-anak lagi." gumam Renata, matanya kini terbuka sempurna saat melihat Alka terbaring di lantai.

"Ya ampun, Ka. Kamu kenapa?" Renata berjongkok, memastikan tidak ada masalah serius padanya.

"Ka, bangun, Nak! Ke kamar dulu yuk, Ibu bantu, ayok bangun dulu." Renata menepuk pelan pipi Alka.

Setelah beberapa kali mencoba membangunkan, tak ada respon dari Alka. Akhirnya Renata memutuskan untuk memanggil Varel.

Tak lama Varel muncul dari dalam kamar, matanya setengah terbuka. Kalau bukan karena permintaan Renata, mungkin Varel sudah menolak mentah-mentah.

"Ayok, Mas. Bantu Alka. Kasian dia kalau tidur di sini." kata Renata, yang mengangkat tangan kanan Alka.

"Iya, lagian ni anak baru pulang dari mana jam segini? Kayaknya mabuk juga?" tanya Varel dengan suara yang masih serak.

"Dia abis dari cafe, terus latihan, Mas." jawab Renata pelan.

Dengan bantuan Varel, akhirnya tiba di kamar Alka. Begitu pintu di buka, aroma mint hangat menyambutnya, cahaya lampu redup dari sudut meja. Beberapa sertifikat dance, dan piala tertata rapi di lemari kaca.

Ada senyum tipis di bibir Varel saat matanya menangkap benda itu. Ia tahu, Alka sudah berlatih dengan keras.

"Mas, bajunya agak basah, tolong gantiin ya." suara Renata pelan, ia sudah duduk di tepi ranjang. Mengelus lembut kepala Alka.

"Hmm," jawab Varel sambil mengambil baju di lemari Alka.

Renata menunggu di balkon kamar Alka, saat Varel sedang menggantikan pakaiannya.

Varel menatap lama Alka saat itu. Wajahnya benar-benar lelah. Tangannya terulur mengelus rambutnya, ia tersenyum tipis saat menyadari, jika Alka mirip dengan dirinya.

Dadanya tiba-tiba sesak, tenggorokannya tercekat. Rasa bersalah menyergap dirinya. Angin berhembus pelan melalui pintu balkon yang terbuka, dinginnya tak mampu menghapus rasa sesak di dada Varel saat ini.

"Keandra Alkezar," panggilnya pelan. "Seandainya takdir tidak seperti ini. Mungkin... hubungan kita nggak akan berjarak, Ka." ia tersenyum getir.

"Udah mau tujuh belas tahun, kamu hadir di sini, Ka. Tapi, Papa masih belum bisa lawan ego, Papa." lanjutnya, suaranya bergetar.

"Papa udah terlalu dalam mengabaikan kamu. Sehingga, ingin sekedar menyapa pun rasanya malu." tangannya kembali mengelus rambut Alka.

"Ka, terus kejar apa yang kamu impikan. Jangan hiraukan apa kata, Oma. Jangan patah semangat karena cacian Fellisya. Dalam diam, Papa selalu dukung kamu." Varel menatapnya lama, sebelum akhirnya ia bangkit. Menghampiri Renata yang melihatnya dari luar.

Ada senyum lega di wajahnya, hatinya merasa tenang. "Mas, kenapa nggak coba buka hati dari sekarang buat deketin, Alka?" tanya Renata.

Varel terkekeh pelan. "Pelan-pelan aja, kalau sekaligus. Alka bakalan kaget, mungkin dia bakal ketawa. Udah belasan tahun Mas abaikan dia."

"Mas, jangan cuma buka hati buat Alka. Kamu juga punya, Lista. Dia yang benar-benar butuh peran kamu sebagai, Ayah." Renata menggenggam tangan suaminya.

Varel tak menjawab, pandangannya menembus gelap sana. Semilir angin malam berhembus lembut, seolah ingin membantu menghapus rasa malu Varel, untuk mengakui kesalahannya kepada anak-anak.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!