Sarah

Dewi langsung berlari ke kamarnya di bukanya lemari ada banyak tumpukan buku di dalamnya ,salah satu dari buku itu di ambilnya dan di bukanya lembaran buku itu di salah satu lembaran terselip sebuah foto seorang laki-laki yang sudah di robek tapi nampak jelas wajah yang di gambar adalah ustadz yang berjaga di pintu gerbang pagi tadi.

"akhirnya dia datang!!!" gumamnya senang,ia yakin dia tidak salah orang.tapi ia berpikir lagi bagaimana ia memberi tahu kalau wanita tembok membutuhkan bantuan paman itu? bagaimana ia akan memberi tahukan keberadaan wanita tembok? Dewi berpikir keras bagaimana cara bisa bertemu dengan ustadz tadi sedangkan peraturan di sini Sangat ketat melarang bertemu dengan laki-laki di lingkungan sekolah.

Sore itu Rahmat yang sesudah mengajar berkeliling beberapa kali ia melihat lingkungan sekitar tak ada yang salah menurutnya semuanya tampak normal.

langkah kakinya berjalan menyusuri lorong demi dan berakhir di belakang sekolah di lihatnya ada tembok tinggi pembatas antara lingkungan laki-laki dan perempuan menjadi pembatas.

"sedang apa kamu ada di sini" ucap seorang dari belakang yang membuat Rahmat terkejut mendengarnya, Rahmat langsung menoleh dan ternyata ustadz Satrio yang berbicara.

"ahhh tidak ustadz, saya hanya berkeliling melihat suasana pondok karena saya orang baru di sini jadi hanya menghafalkan jalan saja." elaknya Rahmat karena merasa tertangkap basah.

"ohhhh begitu !!! Jika mau saya bisa temani kamu berkeliling"jawab ustadz Satrio dengan senyuman ramahnya.

"wahh terimakasih banyak ustadz, tidak perlu repot-repot."jawab Rahmat tidak enak.

"tidak masalah,saya senang jika bisa membantu mu."ucapnya berjalan yang di ikuti oleh Rahmat .

"ohh ya ustadz ini bangunan apa?"tanya Rahmat yang salfok pada bangunan yang cukup besar yang menyatu dengan tembok pembatas laki-laki dan perempuan tadi.

"ohhh ini perpustakaan tua, sudah tidak di pakai lagi hanya ada buku-buku tua yang tersimpan di sana karena sudah ada perpustakaan baru yang lebih baik yang di bangun.

Rahmat yang mendengar jawaban itu hanya mengangguk ternyata tu hanyalah perpustakaan tua .

"dulu ini adalah ponpes yang di dirikan oleh mendiang kakek ku dan di kembangkan oleh ayahku dan kini aku sebagai pemimpin di sini ,mungkin kamu sudah sedikit tau tentang sejarah sekolah ini dari cerita masyarakat.!!"ujarnya sembari berjalan di iringi Rahmat di belakangnya.

"tentu ustadz, aku sedikit mendengar cerita dari teman ku ustadz."jawab Rahmat.

"maksud mu ustadz Jupri "tanyanya yang tetap berjalan pelan.

"ya ustadz."dia teman ku ketika masih sekolah di Aliyah dulu.

"ohh begitu rupanya, aku juga tau kalau dia yang merekomendasikan mu di sini.semoga kamu betah tinggal di sini.!!"dari ucapan ustadz Satrio sepertinya tak ada yang salah ataupun mencurigakan,tapi Rahmat berpikir ia harus tetap waspada pada lelaki ini .

sore itu sekitar jam setengah lima Dewi langsung bergegas pergi ke belakang sekolah tempat biasa ia datangi,ia berniat memberi tahu wanita tembok kalau penyelamatnya sudah datang.

"mbak...mbak..."panggilnya pelan.

wanita itu yang sedang tertidur tiba-tiba terbangun mendengar ada yang memanggilnya ia segera menghampirinya ,lalu ia membuka lobang kecil itu yang di tutupi dengan tumpukan kardus .

"ada apa ,..aku di sini.!!"ia sangat senang ketika Dewi mengunjunginya setidaknya ia dapat mengusir rasa sepinya di sini.

"dia datang mbak, dia ada di sini!!"ujarnya senang.

"siapa.? orang tua mu?"tanyanya bingung .

"isss bukan orang tua ku mbak , tapi Azhari "ucapnya yang membuat jantung sarah berhenti berdegup ia rasa tak percaya kalau dia benar-benar datang.yups yang di kurung di dalam ruangan itu adalah Sarah ia sudah lama tak melihat dunia luar kini yang di lihatnya hanya kegelapan dan penyiksaan yang sering ia rasakan.

"kamu tak bercanda kan?"ucapnya memastikan lagi apa yang di dengarnya tadi.

"tidak , aku tidak salah lihat .aku yakin kalau pria itu yang ada di foto.!"tegasnya meyakinkan sarah.tanpa sadar butiran bening kini mengalir di pipinya, secerah harapan kini muncul di dalam dirinya ia harus bertahan ia tak boleh mati dengan sia-sia ia harus mengungkap ini semua, ia yakin Azhari pasti bisa menemukannya disini.

Sarah teringat ketika ia masih kecil ketika bermain petak umpet semua temannya selalu kesulitan menemukan persembunyian tapi tidak dengan Azhari yang selalu bisa menemukan dimana ia berada.lamunan Sarah pun buyar ia berpikir bagaimana ia bisa membuat Azhari tau kalau dia di kurung di sini.

"mbak tapi aku harus bagaimana kali ini ?"ucap Dewi yang gugup apa yang harus ia lakukan ia tau jika salah sedikit saja nyawa bisa terancam.ia ingat dulu awal dia masuk di sini tak sengaja melihat kejadian yang di luar nalarnya seorang ibu menangis menuntut ke Adilan anaknya yang meninggal tapi kasus itu tak pernah terungkap dan hanya diam saja itu lah alasan ia tak berani mengungkap siapa pelaku di balik wanita tembok walaupun ia tau penyiksaan yang di alami wanita itu.

Setelah berbicara dengan Sarah dewi kembali ke asrama ia berjalan sendirian di antara rerumputan seperti biasa ia melewati kelas-kelas yang kosong pikirannya kemana-mana ia berpikir mencari ide untuk bisa bicara langsung dengan ustadz Azhari secara langsung.

ketika ia berjalan di pinggiran kelas yang kosong karena para murid sudah kembali ke asrama dan juga sudah mendekati waktunya magrib samar ia mendengar suara aneh"ahhh ustadz"langkah kakinya langsung terhenti tiba-tiba ia merinding "suara apa itu."ia diam sejenak melihat sekelilingnya karena biasanya ketika ia menemui wanita tembok tak pernah sampai sesore ini otaknya langsung berfikir kemana-mana.

"bagaimana?enak kan?"terdengar suara pria berbicara.

"ahhh..ahhhh... ustadz "suara itu semakin kencang.

"apa ada orang di sini?apa ada setan?"gumam kakinya menjadi gemetar jantungnya berdegup kencang ia beranikan diri mengintip di balik jendela ada salah satu gorden yang terbuka sedikit, dalam hatinya memastikan apa ada orang di kelas kosong jam segini.betapa terkejutnya ia melihat ada seorang wanita dan laki-laki di dalam itu melakukan hal yang aneh wanita berpakaian sekolah tapi rambutnya tergerai sedang terguling di atas meja dengan roknya yang sudah tersingkap ke atas dan kelaki yang juga melepaskan celananya,mata Dewi langsung terbelalak melihat kejadian itu tapi ia tak bisa melihat siapa orang yang ada di sana, karena lelaki itu memunggunginya dan wajah perempuan tertutup badan si lelaki.

"ahhhh..."desahan wanita itu terdengar kencang membuat Dewi yang melihat seperti tak percaya kejadian yang di lihatnya saat itu tapi ketika ia ingin melihat lebih jelas kayu tempatnya berpijak tiba-tiba patah TREKKK...bunyi patah membuat Dewi langsung terjatuh ia segera bangun suara jatuhnya pasti terdengar ia langsung saja lari bersembunyi.

"suara apa itu"ujar siswi yang di dalam kelas seketika adegan mereka berdua langsung berhenti wanita itu langsung bangun menurunkan roknya dan lelaki kembali memakaikan celananya. Mereka pergi melihat jendela "meong..."seekor kucing liar bersuara.

"ah ternyata ulah si kucing."ujar siswi itu.

"hari ini sampai di sini saja sayang,lain kali akan ku hubungi lagi."ujar lelaki itu yang terdengar oleh Dewi dari luar.

"terimakasih ustadz."

Suara azan magrib berkumandang, mendengar itu Dewi langsung pergi meninggalkan tempat itu ia tak mau ada masalah,soal siapa wanita dan pria itu nanti ia cari tau lagi.