Fake Marriage

Siapa yang tidak mengenal Elvano Ferdinand, pewaris tunggal Galaxy Group, sebuah perusahaan multinasional yang memiliki cabang di berbagai bidang, termasuk teknologi, keuangan, dan properti. Namun mendengar nama itu kini sudah menjadi menantunya, rasanya sangat tidak mungkin. Selain itu, Heru tidak mungkin mengkhianati sahabatnya dengan membatalkan acara pertunangan anak-anak mereka nanti. Jordan pasti akan sangat kecewa padanya.

‎‎"Tutup mulutmu, Maura! Jangan membuat lelucon seperti ini!" sarkas Heru, merasa kesal dengan sikap putrinya.

‎‎Ditengah ketegangan yang terjadi, asisten Ryan menunjukkan surat nikah palsu yang sudah dia siapkan sebelumnya untuk membuat dua keluarga itu semakin percaya bahwa Elvano dan Maura memang sudah menikah.

‎‎Siang tadi setelah mendapatkan instruksi dari Elvano, asisten Ryan langsung mencetak surat nikah palsu tersebut di atas kertas yang sesuai dengan standar dokumen resmi. Dia kemudian menambahkan tanda tangan palsu dari pejabat yang berwenang, serta stempel yang terlihat asli.

‎‎Keluarga Elvano dan Maura terkejut melihat surat nikah yang ditunjukkan oleh asisten Ryan. Mereka tidak menyangka jika Elvano dan Maura sudah menikah diam-diam disaat mereka sendiri tidak mengetahui sejak kapan keduanya saling menjalin hubungan.

‎‎Heru terlihat sangat kecewa, dia menatap surat nikah yang ada ditangannya, bagaimana mungkin putrinya telah menikah diam-diam seperti ini. Apa yang harus dia katakan nanti pada Jordan dan keluarganya.

Rio, kakak kandung dari Maura mengambil alih surat yang sedang dipegang papanya, "Tidak mungkin, ini pasti palsu!"

"Tidak ada yang palsu, surat nikah itu adalah asli. Kami memang sudah menikah satu minggu yang lalu." kata Elvano dengan nada yang meyakinkan.

Rio menghampiri Maura, menunjukkan surat nikah ditangannya tepat didepan wajah adiknya. "Katakan, Maura. Surat nikah ini palsu kan?"

Maura tak menjawab, dia hanya diam tertunduk tanpa berani menatap kakaknya, membuat Rio semakin geram dan akhirnya membentaknya.

"Katakan pada kakak sekarang kalau surat ini palsu, Maura!"

Maura menggeleng pelan, perlahan mengangkat wajahnya hingga tatapannnya bertemu dengan tatapan kakaknya yang sedang dipenuhi amarah dan rasa kecewa padanya.

"Tidak Kak, surat nikah itu memang asli. Sekarang Elvano adalah suamiku, kami benar-benar sudah menikah." jawab Maura.

Rio melangkahkan kakinya mundur, menggeleng tak percaya dengan tatapan penuh kekecewaan pada adiknya, "Arrgghh!!!"

Surat nikah itu dibanting ke lantai, Rio menjambak rambutnya kuat-kuat, merasa frustasi dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Setahunya adiknya sangat mencintai Alex, tapi kenapa malah menikah dan hamil dengan pria lain.

Sementara itu keluarga Elvano masih memilih bungkam, mereka bahkan tidak tahu harus berekspresi bagaimana, antara senang dan juga sedih. Senang karena Elvano akhirnya menikah, tapi mereka sedih kenapa pernikahan itu harus terjadi tanpa sepengetahuan mereka.

"Pak Heru, semua sudah terjadi, mereka sudah menikah dan kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lagipula sekarang Maura sedang mengandung anak El, mungkin sebaiknya kita merestui saja hubungan mereka," Andrew akhirnya angkat bicara perihal pernikahan anak-anak mereka.

Heru menghela napas panjang, dia benar-benar tidak bisa berfikir dengan jernih sekarang. "Ya, Anda benar Pak Andrew. Hanya saja minggu depan putri saya ini sudah akan bertunangan dengan kekasihnya. Jujur saya sangat terkejut mendengar pernikahan mereka yang tiba-tiba seperti ini."

Rosa menatap tajam pada Elvano dan juga Maura. "Kalian berdua sekarang duduk dan jelaskan secara detail pada kami bagaimana kalian bisa bertemu dan memutuskan menikah diam-diam seperti ini!" tegas Rosa.

Elvano menarik kursi dan membimbing Maura untuk duduk, lalu dia duduk di samping gadis itu. Sandra membujuk Rio untuk ikut duduk kembali dan supaya ikut mendengarkan. Dengan wajah yang masih kesal Rio akhirnya kembali duduk di kursinya.

"Jelaskan pada kami sekarang, kami ingin mendengar penjelasan yang masuk akal supaya kami percaya jika kalian berdua ini memang sudah menikah." kata Rosa dengan nada tegas.

Elvano mengangguk kecil. "Kami bertemu secara tidak sengaja dua bulan yang lalu dan kami telah melakukan hubungan terlarang. Maura hamil, jadi aku merasa harus bertanggungjawab atas hal itu, itulah sebabnya kami memutuskan menikah diam-diam demi kebaikan Maura dan bayi yang sedang dikandungnya."

Terpaksa Elvano harus merubah skenario yang sudah dia susun gara-gara Maura mengatakan jika gadis itu sedang mengandung anaknya. Padahal saat dimobil tadi Elvano sudah memberikan arahan cerita yang akan mereka sampaikan didepan keluarga mereka, tapi mengapa gadis itu malah pakai bohong hamil segala.

Maura mengeluarkan alat tes kehamilan dari dalam tasnya dan memberikannya pada Rosa. Sebenarnya itu adalah alat tes kehamilan yang tadi dijatuhkan oleh pelanggannya saat di toko bunga, Maura berniat mengembalikannya tapi orangnya sudah keburu pergi hingga akhirnya dia menyimpannya di dalam tas, tapi sekarang alat tes kehamilan itu malah berguna.

Rosa membekap mulutnya dengan tangan saat melihat alat tes kehamilan tersebut menunjukkan dua garis merah. Oma Mia yang penasaran mengambil alih alat tes kehamilan itu dari tangan menantunya, wanita paruh baya itu menghela napas panjang.

Oma Mia menatap Elvano dan Maura. "Karena kalian berdua sudah menikah dan dia sedang mengandung anakmu, mulai sekarang kalian harus tinggal di kediaman utama bersama dengan kami. Kami tidak mau mengambil resiko jika kandungan istrimu ini sampai kenapa-kenapa." tegas Oma Mia.

Elvano tidak bisa membantah keinginan Omanya, dia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban setuju.

Rio masih tetap tidak percaya dengan pernikahan adiknya ini, pria itu kembali berdiri, menatap tajam pada Elvano dan Maura. "Tapi adik saya ini sudah punya pacar dan mereka akan bertunangan minggu depan, rasanya tidak mungkin jika adik saya ini tiba-tiba menikah dengan pria ini!"

"Jadi kamu sudah punya pacar, Maura?" tanya Rosa, "Bagaimana mungkin kamu bisa tidur dengan pria lain disaat kamu sendiri sudah punya pacar?"

Maura dan Elvano saling menatap. Seketika otak Maura langsung berfikir dengan cepat, mencoba mencari jawaban yang masuk akal supaya kakaknya percaya. Dibandingkan dengan kedua orang tuanya, hal tersulit adalah meyakinkan kakaknya. Karena selama ini Maura memang sangat dekat dengan kakaknya.

"Ya, Tante, sebelumnya saya memang sudah punya pacar, tapi sekarang kami sudah putus." jawab Maura.

Tatapan Maura kini beralih pada sang kakak yang masih berdiri dan sedang menunggu jawaban darinya, "Kakak ingat dua bulan lalu saat aku datang ke pesta ulang tahun temanku? Malam itu aku tidak pulang kan? Itu adalah malam dimana aku dan suamiku ini bertemu dan melakukan hubungan terlarang itu. Saat itu aku sedikit mabuk kak, jadi aku tidak sadar saat melakukannya."

Rio tersenyum sinis, dia sangat paham bagaimana karakter adiknya, "Tapi kakak tetap tidak percaya, Maura. Bagaimana kalau kita telepon Alex dan minta dia datang kesini untuk ikut menjelaskan semuanya?"

...

...

...

Bersambung...