Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.
"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."
Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.
Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.
"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.
"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.
Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?
Nantikan kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak pungut
Setelah kepergian Bi Surti, Adam mendekat ke arah Hana, dia memeluk tubuh berbalut kain kimono itu dari belakang dan menatap pantulan wajah mereka lewat cermin di depan sana.
"Sayang, pakai baju kamu, jangan turun sebelum Daddy naik. Daddy mau temui kakek dulu di bawah, ucap Adam, dan langsung dijawab anggukan oleh Hana. Karena gadis itu tidak mau ikut campur dalam urusan keluarga Matteo, apalagi dibawah ada kakek Barack yang jelas memang tidak suka dengannya.
Pria matang itu mengulum senyum, suka sekali kalau Hana patuh pada ucapannya. Lantas dia menciumi pipi Hana dan turun hingga ke leher, setelah itu baru dia melepaskan gadis cantik itu.
"Sayang, Daddy keluar dulu." Adam melangkah keluar dari kamar itu dan berpindah ke kamarnya untuk berganti pakaian. Baru kemudian Adam turun dan menemui sang papinya yang sudah lama tak mengunjunginya.
Adam menapaki satu persatu anak tangga, dan berjalan ke arah ruang keluarga. Tepat di ambang dekat pintu masuk, Adam sudah bisa melihat papinya yang sudah duduk santai di-atas sofa ruangan itu.
Adam menatap papinya dengan tatapan datar, lalu berjalan santai, tanpa sopan santun atau menyapa terlebih dahulu, Adam langsung duduk di depan sang Papi Barack.
Melihat itu, papi Barack menghela nafas. Sikap Adam memang seperti dirinya kalau sudah marah. Apalagi setelah pertengkaran mereka semalam. Adam menatap ke arah papi Barack.
Seseorang yang ada di samping pria tua itu. Dia menarik bibirnya sinis, seperti tahu apa yang akan dibicarakan sang Papi.
"Ada apa Daddy kemari? Apa Daddy belum puas dengan kejadian semalam?." sindir Adam sarkas.
"Adam! Jaga bicaramu!" bentak papi Barack.
"Loh kenapa? Bukankah benar? Kalau Daddy belum puas dan ingin melanjutkan masalah itu disini?" ujar Adam dengan tangan yang melipat di dada.
"Sudahlah, Papi tidak mau membahas soal pertengkaran itu, Papi ke sini ingin membahas tentang pertu_"
Ucapan papinya terhenti karena Adam menyela nya dengan cepat. "Adam nggak bisa terima pertunangan itu."
"Tidak bisa! .... pertunangan kalian sudah semakin dekat dan kamu ngga mau terima pertunangan itu. Terima atau tidaknya kamu, pertunangan itu akan tetap dilakukan. Kamu mau buat keluarga kita malu didepan keluarga ayah Nanda?" ujar papinya dengan nada marah.
Adam menatap papinya dengan wajah dingin. "Aku tetap nggak bisa, Pi."
"Kenapa nggak bisa? Memangnya apa yang buat kamu tiba tiba menolak pertunangan itu?" tanya papi Barack dengan wajah menelisik.
"Karena Adam nggak cinta sama dia Pi." ucap Adam
menatap daddy-nya.
"Omong kosong, cinta bisa datang dari belakang. Seiring kebersamaan kalian, setelah kalian nikah nanti." ucap papi Barack dengan kesal.
"Adam mencintai wanita lain, Pi." ucap Adam langsung pada intinya.
"Haha .... wanita mana yang kamu cintai? Selama ini kamu hanya sibuk bekerja dan papi tidak melihat ada satu wanita pun yang kamu ajak kencan. Jadi jangan coba coba berbohong untuk menghindari pertunangan itu." papi Barack menertawakan anaknya.
Ia merasa Adam mencoba membohongi dirinya agar terbebas dari pertunangan yang sudah mereka rencanakan.
Mendengar papinya tertawa, Adam langsung memberikan tatapan serius pada beliau. "Aku memang tidak pernah berbohong dengan ucapan Adam Pi, aku benar cinta sama perempuan lain." ucapnya.
Mendengar itu, papi Barack langsung memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam, lalu berdiri dari duduknya.
"Lalu siapa perempuan itu? Siapa perempuan yang sudah membuat kamu bisa jatuh cinta sama dia? Siapa hah?" bentak papi Barack dengan suara yang meninggi.
Apa reaksi Adam saat dibentak seperti itu oleh papi Barack? Biasa saja, ya dia malah terlihat menatap tajam papinya, seolah apa yang dia ucapkan bukanlah sesuatu yang salah.
Papi Barack mengatur nafasnya yang terasa memburu karena marah.
"Aku cinta sama Hana Pi, anak angkat ku sendiri." ucap Adam. Pada akhirnya Adam memberitahukan semuanya. Hubungan yang selama ini ia sembunyikan dari papinya, akhirnya ia katakan juga untuk pertama kalinya.
Pernyataan Adam lantas membuat Papinya melebarkan matanya terkejut. "Adam! jangan gila kamu ..... hal gila apa yang sudah kamu lakukan...!" teriak papi Barack didepan anaknya.
Adam memejamkan matanya sebentar lalu menatap kembali Papinya. Tampak papi Barack dengan wajah yang masih begitu terkejut sekaligus berbalut amarah.
"Aku mencintai Hana, kami berdua saling mencintai dan hubungan kami sudah lama terjalin tanpa sepengetahuan papi dan mami. Adam memang benar benar mencintai Hana Pi, dan Adam nggak bisa terima wanita lain masuk kedalam hidup Ad_"
Plakkkkkkkkk ....
Satu tamparan tepat mengenai wajah Adam. Tamparan itu sudah jelas berasal dari Barack untuk anaknya. Pria tua itu menatap anaknya dengan nafas yang memburu karena emosi.
"Dasar menjijikkan, bisa bisanya kamu melakukan hubungan terlarang itu sama anak angkat kamu sendiri. Anak pungut itu!" teriak papi Barack begitu menggema di ruang tamu itu.
Pertengkaran mereka sudah jelas didengar oleh para pembantu rumah itu. Mereka begitu tidak menyangka dengan apa yang baru saja mereka dengar dari jawaban Tuan Adam. Jadi selama ini perhatian Adam untuk Hana yang mereka curiga adalah benar. Bahwa perhatian Adam adalah untuk seorang lelaki pada kekasihnya? dan bukan sebagai seorang anak?. Pikir mereka.
Tapi itu semua tidak berlaku untuk bi Surti karena ia sudah mengetahui hal itu sebelumnya, ia hanya menyimpannya seorang diri.
"Papi! ..... jaga ucapan papi! .... papi nggak punya hak untuk menghakimi hubungan kita. Setuju atau tidaknya papi dengan hubungan ini, aku tetap mempertahankan Hana apapun yang terjadi."
"Kamu benar-benar sudah gila Adam. Ini semua karena anak itu, karena dia kamu jadi gila dan buta cinta kayak gini. Sadar Adam! sadar! dia tidak pantas dengan kamu. Dia hanya pantas menjadi anak angkat saja dan kamu malah melebihi batas dan melakukan hubungan terlarang itu."
"Papi memang tidak suka sejak pertama kali anak itu dibawa ke sini sama kamu, karena papi tahu akan jadi seperti ini akhirnya. Ingat Adam! dia hanya anak yang tidak jelas asal usul keluarganya. Dan kamu_" papi Barack tidak bisa lagi melanjutkan perkataannya karena Adam menyahutnya dengan cepat.
"Cukup papi! dari mana pun Hana berasal, papi nggak berhak menghina Hana seperti itu."
Papi Barack menatap tidak percaya dengan anaknya. Ia tidak habis pikir dengan tingkah anaknya sudah benar benar diluar batas. Dan hal itu ia salahkan atas kehadiran Hana didalam keluarga mereka.
Karena dia Adam menjadi seperti ini. Ia sudah hampir tidak mengenali anaknya sendiri. Dimana Adam yang ia dididik keras untuk mematuhi semua permintaannya.
Perdebatan antara anak dan ayah itu, didengar oleh Hana sedari tadi. Hana sebenarnya tidak ingin menyusul kebawah tadi, tapi rasa penasarannya membuat ia menyusul Adam untuk mengetahui apa yang akan mereka bicarakan dibawah sana.
Ia menguping pembicaraan mereka dibalik tangga itu. Melihat semua pertengkaran kedua pria itu. Hana meneteskan air matanya dengan perasaan yang begitu terluka mendengar hinaan papi Barack pada dirinya. Ia begitu sadar dengan posisinya sekarang, jika ia hanya dianggap asing oleh keluarga mereka.
Dengan cepat ia berlari menaiki tangga dan masuk kembali kedalam kamar, dengan menyeka air matanya.