Pertempuran Wanita Jelek

Malam telah menyambut, Alana duduk di meja makan dengan makan malam telah tersaji sejak tadi.

Gadis cantik ini kembali menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Ini sudah lewat jam pulang. Tapi, Zayn belum juga berada di rumah. Biasa pemuda itu telah berada di meja makan menunggunya memasak sembari bermain ponsel.

Alana menatap menu masakannya yang sudah tertata rapi. Ayam goreng kesukaan Zayn dan sup ayam yang mulai dingin karena menunggunya.

Makanan kesukaan Zayn.

Ya, walau Alana masih sedikit kesal. Tapi pemuda itu adalah kak Vino, dia tidak boleh bersikap tidak baik pada pemuda yang telah menolongnya itu.

Jadi Alana memutuskan melupakan saja masalah dan kembali memasak masakan kesukaan pemuda itu.

Alana masih menunggu Zayn di meja makan. Tiba-tiba perhatiannya terkalihkan pada ponselnya yang berbunyi.

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya lalu menatap nama yang tertulis di layar ponsel.

“Ibu,” gumam Alana kemudian menerima panggilan ibunya.

“Halo ibu.”

“Bagaimana kabarmu sayang?”

“Baik bu. Ibu bagaimana semua baik-baik saja kan?” Balas Alana.

“Iya sayang semua baik-baik saja.”

“Bagaimana keadaan keponakanku? Kandungan kakak baik-baik saja kan?”

“Baik, kali ini kakak kamu mengandung anak perempuan. Ibu akan dapat cucu perempuan.” Terdengar girang di seberang sana.

“Benarkah, anak ketiga mereka perempuan. Semoga selamat sampai lahiran ya bu. Tak terasa ponakanku sudah mau tiga.”

“Iya, setelah kakak kamu lahiran, di pesta menyambut kelahirannya kau sudah harus pulang.”

“Ya bu, aku masih punya waktu beberapa bulan di sini.”

“Sudah cukup Na, kamu harus pulang. Jika Kakakmu nanti sudah melahirkan, ibu sudah bisa punya waktu luang menemanimu untuk operasi.”

Alana hendak membuka kata namun suara langkah membuat manik matanya mengarah ke arah ke luar.

Alana menatap Zayn yang baru saja pulang dari kantor, wajah tampannya terlihat sangat lelah.

“Sudah dulu ya bu.” Bisik Alana.

“Ada apa?”

“Nana sedikit sibuk,” balasnya, dia harus melayani tuan jutek ini makan malam.

“Baiklah, Jaga dirimu, ingat pesan ibu. Modus laki-laki, kalau jalan jangan mau di bawa ke rumahnya apalagi dengan alasan ada barang yang ketinggalan, itu bohong Na. Itu adalah awal tragedi tidur bersama dan bisa hamil."

“Bu. Aku bukan anak abg. aku tahu,” Gemas Alana.

Ya Tuhan ibunya selalu saja memberinya nasehat tentang lelaki. Dia sudah bak anak kecil yang beranjak remaja. Dia sudah bukan abg lagi.

“Ingat jangan percaya ucapan lelaki yang bilang Cuma tes masuk sepotong aja, ngak bakal hamil. Apalagi dia bilang aku sudah siapin nanas muda sama sprite, biar ngak jadi. Ingat Nana jangan sampai kau kena mulut manis lelaki, apalagi bule.”

“Bu, Sudah cukup. aku tutup dulu.”

Alana memutuskan panggilan teleponnya, belum juga beranjak pemuda tinggi itu telah berada di dekatnya meletakkan kotak makan berwarna hijau di hadapannya yang tinggi.

“Ini aku sudah menemukannya!” ketus Zayn.

Karena kotak makan itu adalah sumber masalah seakan telah membuang harga dirinya.

Alana menarik mengembangkan senyuman, melihat kotak makan ibunya. Padahal dia sudah mencoba untuk mengikhlaskannya.

“Wah kakak menemukannya!” Alana berdecak kagum mengamati kotak berwarna hijau itu.

“Emmm.” Hanya berdeham melipat tangan di dada mengalihkan pandangannya. Karena mencari barang itu dia pulang terlambat.

“Terima kasih kak. Telah mengembalikannya.

Zayn menatap Alana.

“Kau tidak perlu marah lagi! Hanya karena kotak makan. Apalagi mengurangi jatah sarapanku,” cibir Zayn terdengar tersurat dendam akan kejadian tadi pagi.

“Maaf kak, aku tidak bermaksud marah semalam, hanya saja ibu mengomel itu mengerikan. Dia memang terlihat lemah, ngak kuat standarin motor matic tapi kalau ngomel seisi rumah pada takut, hebatkan ibuku,” ungkap Alana.

Zayn merotasi matanya. Ya Tuhan, dia telah menikah perempuan dengan sebutan warga +62 dari Indonesia.

“Sekali lagi terima kasih kak,” ucap Alana dengan senyum manis yang kembali menghiasi wajahnya.

Alana lalu bangun dari duduknya.

“Kakak belum makan kan! Aku sudah memasak untuk kakak,” kata Alana dengan semangat.

Alana lalu merangkul lengan Zayn dengan manja seolah itu adalah kak Vinonya.

Zayn terkesiap pandangannya turun ke arah lengan Alana yang bergelayut manja padanya lalu menggandengnya ke tempat duduk yang biasa ia tempati.

Dia ceria sekali, tak seperti semalam, kali ini manis sekali padanya.

Gadis ini menggiring Zayn duduk.

“Duduklah dulu, aku akan menghangatkan sup ayam ini,” ucap Alana dengan semangat.

Keceriaannya telah kembali.

“Ini hanya sebentar,” ucap Alana lalu membawa mangkuk sup menuju dapur.

Zayn mulai tersadar dari perlakuan manis Alana, oh astaga. Pemuda itu menatap ke arah Alana yang terus tersenyum.

“Dia memang aneh, bisa marah dan tersenyum untuk hal yang sepele,” gumam Zayn.

“Dia kembali tersenyum, ceria sekali dia, kaya habis menang undian.” Terus menatap Alana.

Tanpa sadar Zayn juga melengkungkan senyuman di wajah tampannya, ada perasaan aneh dalam dirinya, semakin melihat senyum di wajah itu, bak candu.

“Kenapa aku jadi deg-degkan kaya habis minum obat Paramex lihat senyumannya,” gumam Zayn menatap lekat Alana yang berdiri di depan kompor sedang menghangatkan sup untuknya.

hei maaf baru bisa up, biasa masalah hp ... akhirnya bisa login juga. gemes deh.