Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Nah, itu, Mbak Rere dan Mas Rangga, Tante!" tunjuk Ria ke arah pintu rumah.
Keluarga Rere dan Rangga datang setelah Ria dan Rio. Mereka sama-sama membawa anak-anak mereka tanpa terkecuali.
Tante Gina menyambut kedatangan para keponakannya.
Pada Ria dan Rere, Tante Gina bersikap sangat baik. Mereka semua dijamu dengan sangat layak.
Tapi saat bersama Naura, Tante Gina akan bersikap berbeda.
"Mama kalian ke mana, kenapa belum sampai juga?" Tante Gina berbaur di ruang tamu.
Semua makanan ringan di rumahnya dikeluarkan untuk disajikan di meja. Anak-anak Rere dan Ria pun berebut mengambil makanan.
"Sedang di jalan mungkin, Tante," jawab Rere. "Tadi waktu aku telepon, Mama sedang menunggu Naura yang sedang siap-siap."
Tante Gina tampak sinis.
"Kenapa tidak kamu suruh tinggalkan saja Naura?" usul Tante Gina sama seperti Rere tadi.
Mereka tidak tahu tentang kebenarannya. Yang membuat lama adalah ibu mertua mereka sendiri. Bukanlah Naura.
Dari sebelum Azriel pulang mengajar. Naura sudah hampir siap hanya tinggal ganti pakaian.
Rere, Ria, dan Tante Gina mulai bicara usil tentang Naura dan Azriel.
Seolah tidak ada hal yang lebih penting dari membicarakan orang lain? Apa lagi mereka masih keluarga.
Tapi sepertinya, kekurangan Naura menjadi hiburan bagi ketiga perempuan itu.
Dewi mencari ibunya. Diajaknya calon ibu itu bergabung bersama sembari menunggu Naura dan Azriel tiba.
"Tante sampai sekarang masih merasa heran. Kenapa ibu mertua kalian bisa memberi restu? Azriel itu tampan, anaknya baik, bijak, kenapa bisa suka pada perempuan seperti Naura? Lihat saja, kan! Sudah delapan bulan menikah, Naura tidak kunjung hamil! Sedangkan Dewi... langsung isi." Tante Gina mengusap perut putrinya.
"Itulah, Tante. Kita juga heran. Mungkin Azriel diguna-guna oleh Naura mungkin, ya? Kita kan mana tahu!" celetuk Ria nyinyir.
"Mas Azriel masih dengan Naura, Ma?" timpal Dewi. "Mama carikan Mas Azriel perempuan lain saja. Aku kasihan pada Mas Azriel. Sekali dapat pasangan, malah beban seperti Naura!"
"Aku kadang kasihan pada Mama, Tante. Keberadaan Naura tidak ada guna sama sekali. Di rumah, Mama masih masak sendiri, bersih-bersih rumah sendiri. Aku titipkan anak-anak ke Naura, malah dikasih ke Mama! Apa namanya kalau bukan menantu durhaka?" Rere mulai menyebarkan fitnah pada adik iparnya. Alhasil, semua orang di sana semakin tidak suka pada Naura karena mulut Rere dan Ria.
"Eh, itu mereka datang!" seru Dewi menepuk paha ibunya heboh.
Mereka pun terdiam. Gina menyambut Kakak perempuannya lebih dulu. Dewi bangkit dari tempat duduk lalu mencium punggung tangan tantenya.
"Oh, Naura ikut juga, ya?" Tante Gina senyum-senyum penuh arti. "Tante kira kamu tidak akan ikut karena malu melihat Dewi hamil, padahal baru saja menikah."
Rere dan Ria tertawa.
Naura seketika diam dan menahan diri agar tidak mencakar wajah Tante Gina.
Ia baru tiba, bukannya disambut dengan baik, malah dirundung.
"Ra, minta tips ke Dewi sana! Biar kamu dan Azriel cepat dikasih momongan!" timpal Ria ikut-ikutan.
"Iya, nih! Masa sudah berbulan-bulan menikah malah kalah dengan yang masih baru!" sahut Rere antusias merundung adik iparnya.
Naura sudah bisa menebak kalau ia akan berada di posisi ini bila datang.
Tapi Naura tetap berdiri tegap tanpa takut walau semua orang di sana mulai merundung dirinya karena tak kunjung hamil.
"Mbak Naura tidak malu apa, Mas Azriel umurnya sudah lumayan loh. Kalau tidak buru-buru punya anak, nanti keburu tua. Punya anak, nanti dikira cucu, lagi!" celetuk Dewi.
Azriel melihat anggota keluarganya sudah benar-benar keterlaluan. Ia menggenggam tangan Naura, memberi kehangatan dan dukungan.
Biarkan orang-orang berkata apa. Yang penting Azriel tetap berada di sisi Naura. Tidak lari ke mana-mana sekali pun Naura tak kunjung hamil.
"Mas Azriel, saranku lebih baik bawa Mbak Naura ke dokter untuk periksa. Siapa tahu ada masalah. Kan, bisa saja Mbak Naura tidak bisa memberi keturunan untuk Mas Azriel," Dewi menghina Naura secara terang-terangan di hadapan Azriel. "Zaman sekarang orang menikah yang dicari kan keturunan. Memangnya Mas mau sampai tua hanya berdua saja?" kekeh Dewi.
Naura tersenyum. Semua orang melihat reaksi Naura di sana. Tak terkecuali Dewi yang telah menghina dirinya habis-habisan.
"Tidak apa-apa telat hamil. Belum hamil, bukan berarti ada masalah, kan? Siapa tahu belum rezekinya saja," jawab Naura yang sejak tadi diam. "Daripada kamu, menikah baru dua bulan, tapi hamil sudah empat bulan. Kalau aku lebih malu seperti itu karena nabung duluan sebelum menikah! Benar kan, Tante Gina?"
Seketika wajah Dewi langsung merah padam. Hanya sekali balas saja, semua orang di sana langsung bungkam.
Tante Gina dan Dewi sibuk menyembunyikan wajahnya dari hadapan semua tamu.
Diam-diam Tante Gina mengutuk menantu sang kakak karena bicara sembarangan di depan umum.
Ini acara Dewi, tapi Naura malah mempermalukan pemilik acara.
"Ma," cicit Dewi menggerakkan sebelah bahunya. Terus merengek layaknya anak kecil karena kalah dari temannya.
Baru begitu saja Dewi langsung down. Bagaimana dengan tindakan mereka yang mencoba mengeroyok Naura.
Bukan hanya Ria dan Rere saja yang mengolok perempuan itu. Dewi pun mengolok Naura habis-habisan tanpa menjaga perasaan satu sama lain.
Jika dibalas, jangan menangis. Itu adalah konsekuensi mencari masalah dengan orang lain.
Tante Gina dan Dewi sama-sama menundukkan kepala menahan malu.
Sejak Naura membalas, mereka tidak dapat bicara apa-apa selain menundukkan kepala menyembunyikan wajah mereka.
Azriel diam-diam bangga kepada Naura karena bisa melawan semua orang itu sendirian.
Alhasil, suasana menjadi hening. Wajah Tante Gina dan Dewi seketika merah padam mirip kepiting rebus.
"Kita ke sana yuk, Sayang. Ada banyak makanan," tunjuk Azriel lalu menggandeng lengan istrinya.
"Yuk, Mas." Naura mengiyakan. "Kami duluan, ya." Naura tersenyum lebar, jelas sekali ia tengah mengejek Dewi dan ibunya.
Sontak mereka semakin merasa kesal. Karena niat awal mereka kan ingin mempermalukan Naura. Tapi dengan mudah perempuan itu mengembalikan keadaan.
Tante Gina dan Dewi pun kalah. Rere, Ria, dan ibu mertuanya ikut tercengang. Mereka tidak mengira kalau Naura akan seberani itu.
"Dasar perempuan kurang ajar! Mandul!" amuk Dewi menggerakkan kaki. "Maksudnya apa dia bilang gitu di depan banyak orang?! Tante, bisa ajari sopan santun tidak menantunya?!"
"Tahu nih, Mbak! Naura sudah membuat Dewi malu di acaranya sendiri! Lihat, Dewi sampai menangis begini." Tante Gina sedikit menarik Dewi mendekat. Menunjukkan kalau putrinya menangis akibat menahan malu.
Naura pandai membaca situasi. Sekali ia membalas, lawannya langsung terjun bebas. Ia membalas Dewi di saat sedang banyak tamu.
"Menantu kamu itu kampungan, Mbak! Tidak milenial," oceh Tante Gina.
"Padahal hamil di luar nikah sekarang kan sudah lumrah kalau di kota!"
"Aku minta maaf, Na. Anak itu..." Wanita setengah baya itu geram. "Aku akan tegur Naura saat pulang nanti. Sekali lagi aku minta maaf ya, Na ..."
Tante Gina melengos. Tidak seharusnya ia marah-marah kepada kakaknya. Tapi, Tante Gina tidak bisa tinggal diam saja kalau anaknya dihina oleh orang lain.
Ia akan menjadi garda paling depan membela Dewi. Toh, isi duluan sebelum menikah tidak merugikan siapa-siapa, apa lagi Naura.
************
************
smoga Azriel sll berada di jln yg lurus...
tunggu sja mm sovi apa yg km tabur... kelak akn km tuai hasilnya.... ank dan mantu" parasitmu yg akn mnenggelamkn dirimu... beserta mereka jga ikut tnggelam...
dan smoga saja azriel bukan suami yg bodoh dan mudah di hasut.... di manfaatkn mereka....
sumpah..... hidupnya cm bikin ssh org lain....
se kali" lah seatap dgn mantu" kbanggaan dan ksayanganmu.... agr km tau mna yg manusia ber adab dan mna yg hnya manusia parasit tak tau diri...
biar mrtuamu tau wujud asli mantu" sengkuninya....
krna tak ada luka yg paling mnyakitkn selain pnghianatan...
syukur" kalian para kturunan dajjal di poligami.... biar tau rasa kalian....
intinya km g suka dgn mnantumu yg dri kmpung hidup senang.... km maunya mantu dri kmpung itu trtindas.... jdi babu... jdi pngasuh cucu"mu dri menantu"mu yg yg km anggp perempuan karir trpndang.... dan sll km bela"in