Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjaga Hati
Farid pun mulai menyanyikan lagu romantis yang berjudul penjaga hati yang dipopulerkan Ari Lasso.
🎼
Tak pernah aku impikan
Betapa beratnya meruntuhkan hatimu
Lama sudah ku menunggu
Seutas harapan tulus cintamu
Takkan kutemui
Wanita sepertimu
Takkan kudapatkan
Rasa cinta ini
Kubayangkan bila engkau datang
Kupeluk bahagia kan aku
Kuserahkan seluruh hidupku
Menjadi penjaga hatimu
Sering kali kutemukan
Mahkota bertabur intan permata
Meski aku telah terbiasa
Tambatkan hatiku pada wanita oh
Takkan kutemui
Wanita sepertimu
Takkan kudapatkan
Rasa cinta ini
Kubayangkan bila engkau datang
Kupeluk bahagia kan aku
Kuserahkan seluruh hidupku
Menjadi penjaga hatimu
Kubayangkan bila engkau datang
Kupeluk bahagia kan aku
Kuserahkan seluruh hidupku
Menjadi penjaga hatimu
Kubayangkan bila engkau datang
Kupeluk bahagia kan aku
Kuserahkan seluruh hidupku
Menjadi penjaga hatimu
Suara Farid tak kalah merdunya seperti saat ia melanjutkan ayat suci Al-Qur'an Siena hanya bisa senyum-senyum sendiri di tempatnya. Sampai ia pun sadar di akhir lagu Farid memberikan sebuah bucket bunga kepadanya. Kali ini Farid tudak perduli orang lain melihatnya. Ia hanya ingin membuat istrinya senang dan merasa dicintai. Siena pun menerima bucket tersebut serta menjawab pernyataan cinta Farid. Farid pun sangat bahagia dengan respon istrinya. Akhirnya mereka pun berpelukan.
Hal tersebut membuat semua pengunjung restoran memberikan tepuk tangan kepada mereka.
"Hubby, malam ini kamu terlihat konyol. Ini bukan kamu." Bisik Siena.
"Nggak pa-pa, yang penting kamu senang. Hem?"
"Terima kasih, by."
"Sama-sama, sayang. " Farid mengusap kepala Siena dengan penuh sayang. Ia tidak mungkin mencium istrinya di hadapan banyak orang. Meski hal itu dah sah saja, namun ia masih punya rasa malu dan sopan santun.
Setelah acara makan malam selesai, Farid mengajak Siena pulang. Namun ternyata mereka tidak pulang ke rumah utama, melainkan ke rumah Farid sendiri.
"By, ini kita nggak pulang ke rumah abi?"
"Tidak, kita pulang ke rumah sendiri."
"Sudah kasih tahu ummi?"
"Iya sudah, biar mereka tidak nungguin kita."
"Kenapa tiba-tiba pulang ke sini?"
"Nggak pa-pa, pingin suasana baru. Besok kita balik kok."
"Hem, iya. Aku ngikut kamu saja."
Saat memasuki rumah itu, bibi dan asisten yang lain sudah beristirahat. Namun sebelumnya Farid sudah memberitahu mereka. Bahkan Farid meminta tolong mereka agar membersihkan kamarnya yang mengganti sepreynya. Baru pertama kali ini Siena masuk ke kamar utama itu. Kamar yang ukurannya sama besar dengan kamar di rumah utama. Saat akan memasuki kamar tersebut, Farid tiba-tiba menggendong istrinya ala bridal style.
"Eh eh... "
"Tenang sayang."
Farid menurunkannya di atas tempat tidur.
"Terima kasih, by. "
"Hanya Terima kasih saja?" Goda Farid.
Siena pun mengecup pipi kanan suaminya.
"Yang kiri belum."
Cup
"Hubby... aku tidak membawa baju ganti."
"Di lemari sana, aku sudah menyiapkan."
"Oh ya? "
"Hem."
Siena pun membuka pashminanya.
"Hubby, kemarilah!"
"Ada apa?"
"Tutup matamu."
Farid menurutunya. Dan Siena sengaja menutup mata suaminya dengan pashmina.
"Hei... apa maksudnya ini?"
"Tunggu sebentar. Jangan dibuka, kalau aku belum selesai!"
"Baiklah."
Siena pun masuk ke ruang walk in closed. Dan benar saja di dalam lemari sudah ada beberapa baju tidur dan baju rumahan. Siena pun memakai salah satu lingerie yang unik menurutnya.
Hemmm... aku tidak menyangka kamu bahkan memilih baju model begini."
Ia merasa geli melihatnya. Namun ia tertantang untuk memakainya. Siena juga menggerai rambutnya serta menambah lipstik dengan warna yang mencolok. Ia juga menyemprotkan wewangian di tubuhnya.
"Sekali-sekali menggoda suami boleh kan? Aku harus membuatnya tetap nyaman di sisiku. Ah... kenapa aku kayak wanita malam begini?"
Tidak lama kemudian, Siena keluar. Ia melangkah perlahan.
"Sayang... sudah?"
"Biar aku yang buka."
Saat mendekati suaminya, wangi tubuh Siena sudah menusuk penciuman Farid. Siena pun membuka penutup mata Farid. Farid terperangah melihat penampilan istrinya yang sangat menggoda malam ini. Rasanya ia ingin langsung menerkamnya. Namun ia masih menunggu tindakan Siena selanjutnya. Siena berjinjit untuk membisikkan sesuatu di telinga suaminya.
"Hubby... malam ini milikmu."
Setelah membisikkan kalimat itu, Siena menggigit telinga istrinya. Farid menelan salivanya sendiri. Dia tidak menyangka jika istri kecilnya kini sudah semakin berani. Tentu saja Farid tidak akan menyia-nyiakannya. Malam ini mereka bahkan melakukannya berkali-kali.
Keesokan harinya.
Setelah selesai sarapan berdua di rumahnya, Farid dan Siena meninggalkan rumah untuk bertemu dengan suami Zania dan juga Romi. Kali ini mereka akan bertemu di hotel Farid.
Beberapa saat kemudian, Farid dan Siena sampai di hotel. Ternyata Romi sudah sampai duluan di sana. Farid sudah pasang kuda-kuda untuk menoyor Romi.
"Hai bro... "
Farid sudah menggulung kemejanya dan menggenggam tangannya sendiri.
"Eh eh.... santai bro."
"Ah... kalau saja aku tidak ingat Dwi sedang hamil, sudah aku bikin kamu babak belur dan masuk rumah sakit. Biar tahu rasa!"
"Ampun bro... kok jadi kejam begini setelah menikah."
"Sayang lihatlah orang ini! Tampang orang yang tidak mengakui dosanya." Ujar Farid kepada Siena.
Siena hanya bisa mengulum senyum.
"Huh... untung saja istriku cepat mengerti. Kalau tidak, aku tidak tahu harus bagaimana."
"Eh itu suami Zania sudah datang!" Ujar Rimi menunjuk seseorang yang baru saja memasuki area koridor hotel.
"Istriku beruntung kenal dengan mereka." Batin suami Zania.
Orang tersebut mendekati mereka bertiga. Ia juga memberikan salam perkenalan kepada mereka.
"Mari silahkan duduk." Ujar Farid.
"Terima kasih."
Farid memanggil seseorang agar mengantarkan minuman untuk mereka. Suami Zania mulai menjelaskan prospek bisnisnya sweta kendala yang dia hadapi. Ia sangat antusias dalam menjelaskannya karena berharap Farid benar-benar bisa membantunya. Jika dilihat dari proposalnya, Farid melihat akan banyak kebaikan yang diperoleh. Dan tentu saja Farid sudah mencari informasi tentang suami Zania ini, agar dia tidak salah memberi bantuan.
"Baiklah, saudara Rian. Setelah saya lihat dan pelajaran proposal ini, saya cukup tertarik untuk berinvestasi. Tolong nanti setelah kita bekerja sama, apa pun yang akan anda bicarakan dengan saya bisa melalui saudara Romi."
"Kok aku.... "
Farid melirik Romi.
"Ah iya.. iya boleh hubungi saya. Silahkan, hehe... "
"Terima kasih banyak, Pak Farid. Benar kata istri saya, anda ini orang baik. Salam dari istri saya untuk anda dan istri anda, Pak."
"Iya sama-sama."
Farid ber hati-hati dalam berbicara karena takut keliru di depan istrinya.
"Sampaikan salam kami juga untuk istri anda." Sahut Siena.
Sebenarnya Zania dan anaknya ikut. Tapi mereka ada di dalam mobil. Ia sengaja tidak turun karena sudah dapat himbauan dari Romi.
Setelah kesepakatan mereka selesai, Rian pun berpamitan.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Abang Farid makin posesif sama sang isteri yg masih imut nan cantik, meskipun pakai hijab ternyata pesonanya bisa membius rekan bisnisnya di negeri gingseng ini??🤩🤩🤩🤩🤫🤫
lanjut author
kayaknya sena hamil aamiin yra..