Anastasia, seorang gadis cantik namun bernasib malang.
Dia di tinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kini hidup sebatang kara.
Tapi, hal itu sama sekali tak melunturkan semangat hidup Anastasia.
Dia tetap tumbuh jadi gadis yang cerdas dan berpendidikan tinggi.
Hingga pada suatu hari, kehidupan Anastasia seketika berubah drastis saat ia harus terjebak dengan seorang pemuda tampan, kaya raya, namun berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Ana langsung menuju lantai lima , saat keluar dari lift dia melihat semua karyawan menatap kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ana menunduk, dia berjalan ke meja kerjanya, Zahra yang melihat Ana sudah kembali langsung menemuinya.
"Kenapa cepat sekali?"
Ana terlihat bingung dengan pertanyaan Zahra.
"Aku masih banyak pekerjaan." jawab Ana cepat.
"Oh iya." Ana menatap ke sekelilingnya, semua wanita melihatnya dengan tatapan tajam.
"Ada apa dengan mereka?" Bisik Ana.
"Lihat saja sebentar lagi, si Nenek lampir pasti akan datang untuk melabrakmu!" Bisik Zahra.
Dan benar saja, tiba-tiba dari arah lift Jia masuk dengan raut wajah marah.
Zahra langsung menepuk pundak Ana.
"Kamu harus sabar ya." Zahra langsung kembali ke meja kerjanya.
"Hey kamu jalang kecil, baru sehari kerja saja sudah berani membuat kekacauan, kamu tahu apa kesalahan kamu?" Bentak Jia, semua yang karyawan di sana menatap sinis ke arah Ana.
Ana menggelengkan kepalanya, dia menunduk melihat kemarahan Jia
"Sudah aku katakan padamu, jangan pernah berani dekat dengan CEO perusahaan ini. Apa kamu tuli?"
"Maaf, tapi Pak Adam langsung yang memanggil saya!"
"Tetap saja, kamu tidak perlu kepedean, Pak Adam hanya memintamu untuk menemuinya, mungkin dia melihat kinerja hari pertama kamu yang buruk."
Ana hanya menunduk, tiba-tiba Elliot datang ke sana. Jia yang melihat kedatangan Elliot langsung menunduk.
"Ada apa?" Elliot melihat Ana yang menunduk, dia tahu pasti Ana mendapat perlakuan yang tidak baik, lalu dia melihat Jia yang kembali tersenyum.
"Ini Pak, saya hanya mengajarinya tentang pekerjaan. Saya memberi tahunya semua yang Pak Adam katakan kemarin. Iya kan Ana?" Jia meminta Ana menggangguk dengan mengedip matanya.
"Iya Pak!" Ana mengangguk.
"Baiklah, kalian jangan ada yang macam-macam sama anak baru, ini berlaku pada seluruh karyawan baru. Kalian dengar?"
Semua mengangguk termasuk Jia.
Zahra sangat kesal, kenapa Ana tidak mengatakan yang sebenarnya.
Elliot melihat ke arah Ana, perasaannya masih sama.
"Meski tidak bisa memilikinya, tapi melihat dia baik-baik saja sudah cukup." batin Elliot.
Dia langsung meninggalkan lantai 5 menuju lantai 10 tempat sahabat sekaligus atasannya.
Jia melirik Ana, jika tidak ada Elliot mungkin dia sudah memberi pelajaran pada Ana.
Sedangkan di kontrakan Putri dan Lisa sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mereka sibuk memainkan ponselnya.
"Kita harus mencari pekerjaan, Ana sudah bekerja, kita juga harus."
"Iya aku juga berpikir untuk mencari pekerjaan yang layak, agar Papa tidak jadi menjualku."
"Ana sedang apa ya? Dia pasti sedang sibuk bekerja?" Ucap Lisa.
Sedangkan Ana saat ini sedang banyak sekali pekerjaan, Jia terus memintanya melakukan tugas yang sebenarnya adalah pekerjaan Jia.
Zahra ikut membantu Ana secara diam-diam, ia merasa kasihan dengan teman barunya itu.
Namun, semua karyawan perempuan di sana masih terus saja bisik-bisik.
'Jalang kemarin itu kembali lagi, dia terus menempel pada CEO kita.'
'Yang katanya model itu ya? Tidak tahu diri sekali dia, padahal jelas-jelas sudah di tolak.'
'Iya, aku dengar Bu Jia sudah kesana untuk melihatnya, pasti dia sangat marah saat ini.'
Mereka terus membicarakan kedatangan Sofia yang jelas-jelas ingin merayu Adam, tapi melihat tanggapan Adam pada Sofia mereka langsung menyerang Sofia.
Ana masih sibuk dengan pekerjaannya, dia juga mendengar semua bisik-bisik karyawan disana, tapi sama sekali tidak peduli karena itu bukan urusannya.
"Ana, kamu kok tidak kepo sih pada Pak Adam? Kamu tahu tidak, Sofia yang seorang model itu, dia datang kesini untuk merayu CEO kita loh?" Zahra orangnya sangat keро, meski usianya terbilang masih muda dia sudah memiliki kemampuan yang luar biasa.
"Aku malas, sedang banyak kerjaan!"
"Aku mau lihat dulu ya, nanti aku ceritakan semuanya padamu.'" Zahra langsung pergi untuk melihat Sofia.
Di lantai satu, Sofia sedang berdebat dengan pengawal, dia tetap maksa masuk meski sudah diusir.
"Kalian tidak tahu siapa aku? Aku adalah seorang model papan atas, dan sebentar lagi akan menjadi Nyonya Steve." bentak Sofia emosi.
"Tetap tidak bisa Nona, kita hanya menjalankan perintah dari atasan, sebaiknya Nona keluar dari sini."
"Lihat saja nanti, saat aku sudah menjadi Nyonya Steve, kalian semua akan aku pecat!!" Sofia keluar dari sana dalam keadaan marah.
'Dasar tidak punya malu, sudah beberapa kali di usir tapi masih berani datang.'
'Angkuh sekali jadi orang, belum tentu juga jadi Istri, jadi pembantu Pak Adam saja tidak cocok.'
"Dasar sampah!!?" Teriak Sofia, dia malu setengah mati saat mendengar bisik-bisik para karyawan.
"Apapun alasannya jangan biarkan dia masuk. Jika dia sampai berani macam-macam kalian bawa saja dia kemarkas, biar aku sendiri yang akan turun tangan." Adam merasa jengah dengan para wanita yang terus mengejarnya.
Semua ingin dekat dengannya, entah karena harta atau memang ingin menjadi miliknya.
Tapi menurut Adam, mereka hanya tergila-gila dengan hartanya saja.
Tiba-tiba senyumnya mengembang, hanya Ana saja yang bersikap acuh padanya, dan hanya Ana yang bisa menolak pesonanya dari awal bertemu sampai sekarang masih tetap sama.
"Aku jadi rindu dengan gadis itu." Adam membuka tabletnya.
Dia melihat rekaman cctv yang berada di lantai 5, dia melihat Ana yang sibuk dengan laptopnya, sedangkan para karyawan sibuk bergosip tentang kedatangan Sofia tadi.
Adam tersenyum, lagi-lagi Ana membuatnya semakin jatuh cinta, hanya Ana yang tidak peduli dengan urusan orang lain.
Sedangkan Zahra baru masuk ke ruangan mereka yang berada di lantai 5, dia langsung menceritakan tentang kejadian tadi di bawah.
"Aku benar-benar sangat senang, sampai saat ini tidak ada yang berhasil memikat hati Pak Adam, mungkin dia akan melirikku jika sudah waktunya."
Ana hanya menggelengkan kepala melihat tingkah teman barunya itu.
"Menurut kamu, Pak Adam cocok tidak denganku?" Zahra sangat bersemangat saat mengatakan itu di depan Ana.
"Cocok sekali, daripada dengan mereka!" Bisik Ana.
"Hahahaha ..." tawa mereka berdua pecah.
Tiba-tiba saja Jia datang, membuat Zahra dan Ana langsung terdiam.
"Ini tugas tambahan, periksa semua dokumen penting ini." Jia menyerahkan setumpuk berkas di depan Ana.
"Perasaan dia hanya bersantai saja dari tadi?" Gumam Zahra geram.
Ana hanya menarik nafas kasar.
Sudah pukul 4 sore, saatnya mereka semua pulang, namun Ana masih sibuk dengan berkas yang tadi diberikan Jia.
"Ayo Ana, kamu tinggalkan saja ,besok kamu lanjutkan lagi." Zahra sudah siap dengan tasnya menunggu Ana.
"Kamu duluan saja, sebentar lagi selesai kok!"
"Ya sudah, aku duluan kalau begitu ?" Zahra melangkah menuju pintu hendak keluar, dia melihat Adam yang mendekat ke arahnya.
Zahra merasa sangat gugup saat berpapasan dengan Adam.
"Selamat sore, Pak?" Zahra membungkuk, sedangkan Adam hanya mengangguk, dia melewati Zahra menuju tempat Ana bekerja.
Dia melihat wanitanya yang masih di depan laptopnya.
Eheemmm!!
Ana menoleh ke belakang, dia melihat Adam yang berdiri dengan raut wajah khasnya.
Sedangkan Zahra mengintip dari balik pintu, Ana menoleh ke arah Zahra, Zahra menyuruh Ana diam.
Adam tahu kalau wanita tadi melihat mereka berdua.
"Kenapa belum pulang?"
Pertanyaan Adam membuat Zahra membulatkan mata.
Sejak kapan Adam berbicara dengan seorang karyawan biasa?
"Masih ada sedikit pekerjaan, Pak." Jawab Ana yang masih sibuk dengan berkas yang ada di hadapannya.
"Apa kamu mau saya berhentikan sekarang juga?"
Wajah Ana langsung terlihat kesal, dia tahu betul Adam tidak main-main dengan ucapannya itu.
"Baiklah." Ana menutup laptopnya, dia mengambil barang-barangnya dan segera pergi meninggalkan Adam.
"Zahra, ayo!" Ana langsung berlari kecil setelah menarik Zahra.
"Ana, kamu apa-apaan sih? Tidak lihat, aku sedang memperhatikan Pak Adam?" Kesal Zahra.
"Tadi ngajak pulang, sekarang malah mau disini, gimana sih kamu? Lagian kenapa juga harus lihat-lihat Pak Adam? Seperti tidak ada pekerjaan lain saja?" Zahra hanya pasrah, mereka memasuki lift para karyawan.
Sedangkan Adam hanya tersenyum melihat wanitanya yang begitu lucu menurutnya.
************
************