NovelToon NovelToon
Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Dia Pelacur, Tapi Suamiku Murahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Suami Tak Berguna / Penyesalan Suami / Selingkuh / PSK
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ame_Rain

(Based on True Story)

Lima belas tahun pernikahan yang tampak sempurna berubah menjadi neraka bagi Inara.

Suaminya, Hendra, pria yang dulu bersumpah takkan pernah menyakiti, justru berselingkuh dengan wanita yang berprofesi sebagai pelacur demi cinta murahan mereka.

Dunia Inara runtuh, tapi air matanya kering terlalu cepat. Ia sadar, pernikahan bukan sekadar tentang siapa yang paling cinta, tapi siapa yang paling kuat menanggung luka.

Bertahan atau pergi?
Dua-duanya sama-sama menyakitkan.

Namun di balik semua penderitaan itu, Inara perlahan menemukan satu hal yang bahkan pengkhianatan tak bisa hancurkan: harga dirinya.

Kisah ini bukan tentang siapa yang salah. Tapi siapa yang masih mampu bertahan setelah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

(POV Hendra) Terjebak Semakin Dalam

"Bukan begitu, Dik. Ini hanya preferensi pribadi saja. Mas lebih suka kalau Adik pakai lipstik merah. Jadi lebih gemes gitu lihatnya. Mau, ya?" pintaku.

Aku tahu Inara sebenarnya kesal dengan permintaanku, tapi tak bisa disangkal dia juga sedikit senang dengan rayuanku. Hah, dasar perempuan. Maunya dirayu dulu, baru menurut.

"Yaudah, deh. Aku pakai lipstik merah." katanya.

"Nah, begitu, Dik. Jangan marah-marah lagi, ya. Mas cuma pingin Adik kelihatan lebih cantik saja."

Istriku itu akhirnya bisa sedikit tersenyum. Dia mengambil lipstik baru, mulai memoleskannya ke bibirnya.

Dan benar saja, dia jadi lebih cantik. Kurasa dia juga cocok memakai warna itu, meski sepertinya pesona Dewi masih belum terkalahkan.

Kami pegi menghadiri pesta pernikahan itu dengan bahagia. Aku pun merasa lebih bangga menggandeng istriku, lebih dari biasanya.

***

"Mas, kita mau kemana?"

Aku menoleh ke kursi samping. Disana, ada Dewi. Aku memang sengaja mengajaknya keluar siang ini. Kami sudah sering ngobrol dan sangat nyambung selama ini. Mentraktirnya makan siang tidak masalah, kan?

"Mas pingin traktir kamu makan, deh. Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih. Selama ini kan kamu selalu mendengarkan keluh kesah Mas, soalnya." kataku.

Dewi tersenyum.

"Enggak perlu makasih kalau untuk itu, Mas. Tapi, emangnya istri Mas enggak bakal marah?"

"Kalau tahu sih, pasti marah. Makanya jangan sampai ketahuan. Lagipula tadi Mas bilangnya mau kerja, dia enggak akan tanya-tanya." kataku sambil terkekeh.

Dewi tertawa. Dan lagi, aku suka sekali melihatnya.

Sejak pertama kali kenal dengan Dewi, ini sebenarnya bukan pertama kalinya kami bertemu lagi. Tapi, biasanya kami berkumpul beramai-ramai dengan teman-temanku yang lain. Baru kali ini aku mengajaknya pergi berdua.

Aku baru tahu kalau ternyata Dewi ini seorang LC. Hari itu kami yang biasanya pergi karaoke sambil minum-minum saja, tiba-tiba memesan beberapa LC atas saran Doni. Dia bilang, biar lebih seru. Karena karaoke bersama seperti itu sudah biasa kami lakukan.

Aku awalnya tidak begitu memperhatikan saat Doni mulai memesan mereka. Hingga akhirnya aku syok saat melihat ada Dewi diantara mereka. Aku sudah menduga bahwa Wina---teman Doni yang kami temui saat itu---bukan perempuan yang baik. Karena pakaiannya sangat terbuka saat bertemu dengan kami, para laki-laki. Tapi Dewi berbeda. Dia masih memakai pakaian yang sopan meski tidak memakai jilbab. Aku jadi kaget saat mengetahui bahwa dia ternyata LC juga.

Sama seperti ku, Dewi juga kaget. Sepertinya dia tidak menyangka akan bertemu dengan aku disini. Aku memanggilnya, menyuruhnya duduk disampingku daripada dia menemani teman-temanku yang lain. Dari situlah dia bercerita, bahwa dia juga terpaksa melakukan pekerjaan ini.

"Jadi kamu melakukan ini karena tuntutan ekonomi? Dan kamu enggak pernah mau melakukan lebih dari sekedar menemani tamu nyanyi dan minum?" ujarku, mengulang kata-katanya.

Meski pekerjaannya begitu, aku merasa dia keren. Bahkan sudah terjepit seperti ini pun, dia masih bisa menjaga harga dirinya. Dia tak membiarkan orang lain mencicipi tubuhnya---hanya sekedar menemani tamu berkaraoke saja. Karena bagi Dewi, bercinta adalah hal yang sakral. Hanya boleh dilakukan jika saling mencinta.

Karena itulah, aku semakin kagum padanya.

Jadi, hari ini--- adalah pertama kalinya aku membawa Dewi bersamaku sendiri, tanpa teman-temannya maupun temanku. Hanya kami berdua saja di dalam mobil truk yang melaju dengan di iringi musik pelan.

Kami berhenti di rumah makan pinggir jalan yang menyajikan lauk rumahan seperti ikan asin, sambal jengkol, dan semacamnya. Entahlah, aku pun heran kenapa aku membawanya kesini. Padahal kalau Inara, dia pasti bakal berkomentar kenapa kami mampir ke tempat seperti ini karena di rumah pun kami sudah biasa makan ini. Tapi, jujur saja, kami para supir memang suka makan di tempat ini---bosan saja makan-makanan ampera atau nasi padang.

"Aku kayaknya salah pilih tempat, ya? Apa kamu lebih suka di rumah makan biasanya?" tanyaku sambil menggaruk tengkuk, malu.

Dewi tertawa geli melihatku. Dia menganggap ekspresi wajah maluku itu imut.

"Enggak, kok. Aku enggak apa-apa makan disini. Aku juga suka makan di tempat beginian." katanya.

"Serius?"

"Iya, serius."

"Atau kita coba cari tempat makan yang lain? Masih bisa putar balik, loh. Kan kita belum pesan apa-apa."

Dewi kembali terkekeh sambil menggeleng.

"Serius, aku juga suka makan di tempat seperti ini. Apalagi Mas juga kelihatannya lebih ngiler makan disini, kan?"

Aku tersenyum. Dewi pandai sekali membaca isi pikiranku.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita masuk ke dalam." ajakku.

Kami pun masuk ke dalam rumah makan itu, lalu memesan banyak menu. Selama menunggu dan juga makan, kami sibuk membicarakan banyak hal. Jujur, bersama Dewi aku merasa lebih lepas. Tidak ada beban, tidak ada rasa insecure. Semuanya begitu lepas bersamanya. Dan aku menyadari, bagaimanapun aku berusaha mengubah istriku agar mirip dengannya...

Dewi tidak pernah tergantikan.

Dia masih tetap memesona dimataku.

Kami bertemu beberapa kali. Dan setiap kami bertemu, perasaanku padanya semakin dalam.

Sadar telah kelewatan, aku pun berusaha menghilangkan bayangannya. Takut jika semakin kebablasan. Tapi nyatanya tidak bisa. Setiap hari aku semakin merindukannya. Saat tidur pun aku memimpikannya.

Inara cantik, tapi tetap tidak bisa memuaskan dahagaku yang hanya bisa kuhilangkan saat bersama Dewi. Bahkan rasanya aku pun tak lagi berselera pada istriku.

Kepalang tanggung, akhirnya aku menemui Dewi lagi setelah sekian lama tak menemuinya. Dewi terkejut melihatku datang. Dia yang saat itu baru keluar rumah langsung menghampiriku.

"Mas, kenapa? Kok tiba-tiba datang?" tanyanya.

Aku menatapnya. Gelora di hatiku masih belum padam juga. Justru aku semakin ingin memeluknya.

"Wi," panggilku, "Mas sepertinya enggak bisa hidup tanpa kamu." kataku.

Dewi menatapku dengan mata melebar, terkejut dengan pernyataan ku barusan.

"Mas udah coba lupain kamu, tapi enggak bisa. Mas selalu rindu sama kamu, siang maupun malam. Mas pingin peluk, cium, dan melakukan semuanya sama kamu. Tapi kamu pun tahu kalau Mas udah punya istri dan anak-anak. Mas rasanya tersiksa disini. Mas harus bagaimana, Wi?"

Aku menatap wajah perempuan yang selama beberapa waktu terakhir telah merenggut hatiku ini. Padahal baru beberapa bulan saja sejak kami berkenalan, tapi aku sudah seyakin ini untuk memilihnya. Inara... maafkan Mas.

"Mas..."

Suara lembut nan mendayu dari perempuan yang kucintai itu terdengar. Aku menatapnya penuh harap, meski kutahu menginginkannya adalah hal yang sangat tabu.

"Aku... sebenarnya juga cinta kamu, Mas." katanya.

Mataku melebar, jantungku berdebar kencang bak genderang perang. Dewi... apa katanya tadi? Dia juga mencintaiku?

Tubuhku gemetar saat aku mendekatinya.

"Ulangi lagi, Wi." pintaku.

Dia mengangkat wajahnya, membuat kami saling bertatapan.

"Aku juga cinta kamu, Mas." ulangnya.

Mendengar itu, semua kewarasanku hilang. Aku lupa akan statusku. Aku lupa dengan anak-anakku. Yang jelas, aku mencintainya, dan dia mencintaiku. Dunia tak lagi berarti selama kami bersama-sama.

Aku menciumnya, dalam dan menuntut. Sedang Dewi memelukku erat seolah dia pun sudah lama menantikan itu. Kami begitu terlena akan cinta terlarang yang kami rasa, hingga tak lagi peduli saat kami benar-benar menyerah pada rasa yang kami miliki. Membiarkan diri terjerumus dalam nafsu dan juga dosa.

Kami... akhirnya menyatu untuk pertama kalinya saat itu.

***

Ulala, akhirnya tiba di momen ini juga.

Ada pesan untuk Hendra?

Untuk Dewi?

Untuk Inara?

Atau untuk Author? hihi.

Boleh komen sebanyak-banyaknya, author baca kok 🙈

Seperti biasa, jangan lupa like, komen, dan subscribe nya kakak-kakakku. Biar author makin semangat nulisnya 🤭

Bye-bye, see you tomorrow~

1
Anggrek Handayani
Kak, di sini ada typo
Anggrek Handayani
Haha... Senjata makan tuan itu namanya.
Anggrek Handayani
Tergila-gila dia sama Si Hendra🤣🤣
rokhatii
hahah kaciann pelakorre🤣🤣
rokhatii
kenapa kagettt yaaa
kim elly
pindah rumah tinggal kan si hendra kau akan aman
kim elly
😀😀jangan percaya manusia ok
kim elly
semoga balim lagi ke wanita penggoda itu ilmu hitam nya🙄🙄
Rezqhi Amalia
Nah lo, katanya duda. kok gini jangan jgan Renk di bohongi sama tu laki
Rezqhi Amalia
gak apa-apa. Itu malah bgus. Tapi setidaknya selidiki dulu dia duda Krena apa. jangan smpai karena dipenjahatnya di rumah tangga yg sebelumnya hehe
Rezqhi Amalia
senang banget . kukira neneknya si ratu ngebiarin cucunya digituin 🥹
Rezqhi Amalia
dia dendam. dan mungkin cintanya berubah jadi dendam
Drezzlle
🤣🤣 pengen gue lempar batu 🪨🪨🪨
Drezzlle
kan dari sini neh, dengerin keluh kesah jadi basah berdua 🪨🪨
Ameee: Ugh, basah 🙈
total 1 replies
Drezzlle
Suami mah gitu, biarinlah istrimu jadi diri sendiri
TokoFebri
gwendeng ndra
TokoFebri
ya bener Inara loh ndra..🤣
Ameee: Hendra kan beda. Dia gak nyari yang bener, nyari yang enak aja dia mah 🙃
total 1 replies
TokoFebri
ya sangat ndraa. dalam Islam sangat dilarang yang namanya perselingkuhan itu
TokoFebri
ya itu cinta sesaat atau pelarian 🤣
Anggrek Handayani
Reni.. Reni... Aku baru tahu kalau kamu itu pemabuk.😁
Anggrek Handayani: Lo? Kok bisa?
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!