Amanda Zwetta harus terjebak ke dalam rencana jahat sahabatnya sendiri-Luna. Amanda dituduh sudah membunuh mantan kekasihnya sendiri hingga tewas. Amanda yang saat itu merasa panik dan takut terpaksa harus melarikan diri karena bagaimana pun semua itu bukanlah kesalahannya, ia tidak ingin semua orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Apalagi seseorang yang dibunuh itu adalah pria yang pernah mengisi hari-hari nya selama lima tahun. Alvaro Dewayne Wilson seorang CEO yang terkenal sangat angkuh di negaranya harus mengalami nasib yang kurang baik saat melakukan perjalanan bisnisnya karena ia harus berhadapan dengan seorang gadis yang baru ia temui yaitu Amanda. Amanda meminta Alvaro untuk membantunya bersembunyi dari orang-orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Akankah Alvaro membantu Amanda? Atau justru Alvaro akan membiarkan Amanda begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifafkryh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU MENCINTAIMU ALVARO
Amanda segera keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam mansion. Hal pertama yang menyambut kedatangannya adalah Mery.
"Nona ... Nona kembali?" Tanya Mery dengan raut wajah senang.
"Ya, Mery. Aku kembali, aku sangat merindukanmu." Jawab Amanda sambil tersenyum.
"Saya juga sangat merindukan Nona." Balas Mery sambil tersenyum.
"Benar-benar wanita tidak tahu malu, sudah pergi malah datang kembali ke rumah ini." Ucap Nora yang sudah berada di belakang Amanda karena wanita itu baru saja dari supermarket.
Amanda langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara Nora. "Senang bertemu denganmu lagi, Nora." Ucap Amanda sambil tersenyum lembut.
"Aku kembali kesini karena Alvaro yang meminta. Jika Alvaro tidak memaksa, aku tidak akan kembali kesini." Lanjut Amanda.
"Nona ... Jangan dengarkan ucapan Nora barusan. Sebaiknya Nona istirahat, nanti jika makan malam sudah siap, saya akan memberitahu Nona." Ucap Mery.
"Baiklah Mery, aku akan membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah itu aku akan membantumu memasak makan malam." Balas Amanda lembut.
Setelah itu, Amanda segera pergi menuju kamar yang ia tempati. Meninggalkan Mery dan Nora.
"Kenapa dia harus kembali ke rumah ini?" Tanya Nora kesal.
"Apakah kau tidak mendengar ucapan Nona Amanda barusan? Tuan Alvaro yang menyuruhnya kembali kesini. Nora ... Sebaiknya kau lupakan keinginanmu untuk mendapatkan hati Tuan Alvaro." Ucap Mery.
"Mudah mengatakan hal itu tetapi tidak mudah untuk melakukannya, Mery. Perasaanku untuk Tuan Alvaro sudah terlalu dalam." Balas Nora sambil berlalu pergi meninggalkan Mery.
Melihat Nora yang pergi begitu saja langsung membuat Mery menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana Tuan Alvaro mau menyukainya, jika sikapnya saja seperti itu." Gumam Mery.
Setelah itu, Mery segera pergi menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.
Amanda yang sudah selesai membersihkan diri pun segera pergi menuju dapur untuk membantu Mery membuat makan malam.
"Kau sedang membuat apa, Mery?" Tanya Amanda saat tiba di dapur.
"Saya sedang membuat roast meats, Nona." Jawab Mery.
"Biar aku yang mencuci dagingnya, Mery." Ucap Amanda saat melihat Mery akan mencuci daging.
"Baiklah, silahkan Nona. Saya akan menyiapkan yang lainnya." Balas Mery.
Amanda langsung mengambil daging yang tadi dipegang oleh Mery dan langsung mencucinya
"Oh ya, Nona ... Bolehkah saya bertanya sesuatu?" Tanya Mery yang sedang menyiapkan bumbu-bumbu dan juga sayuran yang akan digunakan.
"Tentu saja, Mery. Kau tidak perlu meminta izin terlebih dahulu." Jawab Amanda yang masih fokus mencuci dagingnya.
"Bagaimana bisa Nona bertemu kembali dengan Tuan?" Tanya Mery hati-hati.
Amanda pun langsung tersenyum saat mendengar pertanyaan Mery barusan. Jika mengingat bagaimana dirinya bertemu kembali dengan Alvaro, mampu membuat Amanda tersenyum.
"Aku bertemu kembali saat aku sedang bekerja, Mery. Dan kau tahu, ternyata perusahaan tempatku bekerja adalah perusahaan Alvaro." Jawab Amanda sambil terkekeh pelan.
"Astaga ... Ternyata dunia sesempit ini, Nona. Dan apakah Tuan yang meminta Nona untuk kembali tinggal disini?" Tanya Mery memastikan kembali.
Amanda langsung menghentikan kegiatan mencuci dagingnya dan langsung berbalik untuk menghadap Mery yang sedang menyiapkan perlengkapan untuk memasak.
"Ya ... Dia yang memintaku untuk kembali kesini. Dan dia juga mengatakan sesuatu yang membuatku terkejut bukan main, Mery." Ucap Amanda.
"Tuan mengatakan apa, Nona?" Tanya Mery.
Pandangan Mery langsung tertuju kepada seseorang yang baru saja tiba di dapur. Saat Mery hendak mengeluarkan suaranya, tiba-tiba saja seseorang itu menginstruksi Mery agar diam dan tidak memberi tahu Amanda mengenai kehadirannya. Mery pun langsung menuruti perintah Tuannya itu.
Ya, seseorang itu adalah Alvaro. Pria itu tadinya ingin mengambil air mineral. Tetapi saat dia mendengar Amanda sedang berbincang dengan Mery, membuat Alvaro menghentikan langkahnya karena ia ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Amanda selanjutnya.
"Kau tahu, ternyata Alvaro mencintaiku. Dia mengatakan bahwa dia merindukanku dan mencintaiku, Mery. Aku benar-benar terkejut saat dia mengatakan hal itu. Aku kira dia akan membenciku dan membawaku ke kantor polisi. Tetapi ternyata tidak." Jawab Amanda sambil tersenyum.
Mery benar-benar terkejut saat mendengar jawaban yang diberikan Amanda barusan. Jujur, Mery sangat senang saat mendengar bahwa Tuannya jatuh cinta kepada Amanda.
"Jadi selama ini Tuan mencintaimu, Nona?" Tanya Mery memastikan.
"Ya, Mery. Tapi aku takut jika yang diucapkannya itu hanya sebuah kebohongan." Ucap Amanda sambil tertunduk sedih.
"Nona ... Sepertinya Tuan memang benar-benar mencintai Nona. Yang saya tahu, jika Tuan sudah mencintai seseorang, ia akan menyayanginya dengan sungguh-sungguh. Tuan akan melakukan apapun untuk melindungi orang yang dicintainya." Ucap Mery.
"Tapi Nona ... Jika saya boleh tahu, kenapa Nona berpikiran bahwa Tuan akan membawa Nona ke kantor polisi?" Tanya Mery.
Alvaro yang masih berada di dapur pun masih diam mendengarkan perbincangan antara Amanda dan juga Mery.
"Sebenarnya ... Sebenarnya aku dituduh sudah membunuh seseorang, Mery. Tapi kau harus tahu, aku tidak melakukan hal sekejam itu. Aku yakin, ada seseorang yang menjebak-ku, Mery." Jawab Amanda jujur.
"Astaga ... Siapa yang sudah tega menjebak Nona? Saya percaya, Nona tidak mungkin melakukan hal sekejam itu." Ucap Mery.
"Aku tidak tahu siapa orang itu, Mery. Tadinya aku berniat untuk kembali ke Indonesia dan menyerahkan diriku ke polisi walaupun aku tidak bersalah." Ucap Amanda dengan raut wajah sedihnya.
"Jadi karena hal ini Nona pergi dari sini?" Tanya Mery.
"Ya ... Aku pergi karena Alvaro tidak menginginkanku tinggal dirumahnya. Selain itu, ada alasan lain kenapa aku pergi dari rumah ini." Jawab Amanda.
"Ya sudah, lebih baik sekarang Nona tidak perlu memikirkan hal itu dulu. Lagi pula Tuan sudah menerima Nona kembali, bahkan Tuan juga mencintai Nona. Saya yakin, Tuan akan menyelidiki masalah ini sampai selesai agar Nona bisa hidup dengan tenang." Ucap Mery.
"Emm ... Bolehkan saya bertanya satu hal lagi, Nona?" Lanjut Mery.
"Tentu saja, Mery." Ucap Amanda.
"Apakah Nona juga mencintai Tuan?" Tanya Mery.
Inilah pertanyaan yang Alvaro tunggu-tunggu. Ia sangat ingin mendengar jawaban Amanda.
Mendengar pertanyaan Mery kali ini mampu membuat Amanda terdiam. Ia bingung harus menjawab pertanyaan Mery seperti apa.
Setelah beberapa menit terdiam, akhirnya Amanda berani mengeluarkan suaranya.
"Sebenarnya aku ... Sebenarnya aku juga mencintainya. Tetapi aku takut, Mery ..."
"Apa yang Nona takutkan?" Tanya Mery.
"Seperti kataku tadi, aku takut Alvaro tidak bersungguh-sungguh mencintaiku. Aku takut disaat aku sudah memberikan hatiku padanya, tiba-tiba dia pergi meninggalkanku. Aku tidak ingin itu terjadi." Jawab Amanda sambil menunduk sedih.
Alvaro langsung menginstruksi Mery agar pergi meninggalkannya bersama Amanda. Jujur, Alvaro sangat bahagia saat mendengar pengakuan Amanda barusan. Tetapi di sisi lain, Alvaro merasa sedih karena Amanda meragukan perasaannya.
Mery pun langsung pergi menuju paviliun tanpa berpamitan kepada Amanda. Amanda yang belum menyadari kepergian Mery pun masih menunduk.
Amanda mendengar derap langkah yang sedang menghampirinya. Dan saat itu, Amanda melihat ada sepasang kaki yang tengah berdiri di hadapannya.
Saat itu juga Amanda langsung mendongakkan wajahnya. Betapa terkejutnya Amanda saat melihat kehadiran Alvaro.
"Apa aku harus diam-diam mendengarkan perbincanganmu dengan Mery agar aku tahu bahwa ternyata kau juga mencintaiku?" Tanya Alvaro sambil menaikan sebelah alisnya.
"Kau ... Kau mendengarnya?" Tanya Amanda dengan raut wajah terkejutnya.
"Ya, aku mendengarnya. Aku sedih karena ternyata kau meragukan perasaanku. Tetapi di sisi lain, aku merasa sangat bahagia karena kau juga mencintaiku." Jawab Alvaro sambil menarik pinggang Amanda agar mendekat kepadanya.
Jantung Amanda langsung berdegup kencang saat berada sedekat ini dengan Alvaro. Perlahan, semburat merah terlihat jelas di wajah Amanda. Dan itu semua tak luput dari pandangan Alvaro. Pria itu benar-benar merasa gemas dengan Amanda.
"Aku benar-benar bersungguh-sungguh dengan perasaanku, Amanda. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sampai kapan pun." Ucap Alvaro.
Amanda benar-benar tersentuh saat mendengar ucapan Alvaro barusan. Tanpa ia sadari, ternyata air matanya sudah menggenang membasahi matanya.
"Apa yang harus aku lakukan supaya kau percaya bahwa aku bersungguh-sungguh mencintaimu? Apakah aku harus berlutut di hadapanmu supaya kau percaya?" Tanya Alvaro.
Saat Alvaro hendak berlutut di hadapan Amanda, tiba-tiba saja Amanda menahannya.
"Jangan melakukan hal itu, Al. Sekarang aku percaya bahwa kau bersungguh-sungguh dengan perasaanmu itu." Ucap Amanda sambil tersenyum.
"Benarkah?" Tanya Alvaro memastikan.
Amanda langsung mengangguk menanggapi pertanyaan Alvaro barusan. Dan tanpa Alvaro duga, Amanda langsung memeluknya.
"Aku mencintaimu, Alvaro." Ucap Amanda.
*****
To be continue...