Juminten dan Bambang dari namanya sudah sangat khas dengan orang desa.
Kisah percintaan orang desa tidak ada bedanya dengan orang kota dari kalangan atas hingga bawah.
Juminten, gadis yang ceria dan supel menaruh hati kepada Bambang kakak kelasnya di sekolah.
Gayung bersambut, Juminten dan Bambang dijodohkan oleh kedua orangtua mereka.
Pernikahan yang Juminten impikan seperti di negeri dongeng karena dapat bersanding dengan pria yang dia cintai hancur berkeping-keping. Disaat Juminten berbadan dua, Bambang lebih memilih menemui cinta pertamanya dibandingkan menemaninya.
Apakah Juminten akan mempertahankan rumah tangganya atau pergi jauh meninggalkan Bambang dan segala lukanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa Mulachela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Juminten yang masih mode ngambek dengan suaminya, memilih ikut pergi ke kontrakan Eka daripada harus berduaan dengan suaminya di rumah.
Bagaimana tidak ngambek, janji hanyalah janji. Juminten di tarik kembali ke deritan ranjang kembali dengan suaminya. Alhasil, Juminten semakin berjalan dengan susah. Dengan kekuatan foundation dan bedak, semua belang-belang tertutupi.
"Kamu udah nggak apa-apa, Jum?" tanya Eka saat menyetir.
"Jumi dari tadi nggak apa-apa, Bang!"
"Kok Abang lihat dari tadi desas-desis terus?"
"Juminten lagi belajar jadi seniman Nyi Blorong. Makanya desis mulu, Bang!"
Sampai di kontrakan, Eka menjadi pribadi pendiam. Bahkan, selalu menjaga jarak setiap Juminten mendekatinya. Juminten yang merasa aneh dengan sikap kakak iparnya, menjadi kurang nyaman.
"Jumi pulang aja, ya! Jumi lihat-lihat dari tadi Abang jaga jarak terus sama Jumi? Apa kehadiran Jumi bikin Abang nggak nyaman? Maafin Jumi ya, Bang!" Juminten memilih keluar dari kamar, lalu duduk di kursi belakang kontrakan.
Pohon mangga besar dan pohon belimbing membuat sejuk. Kontrakan yang luas dan nyaman, apalagi untuk yang sudah berkeluarga. Alasan Eka memilih mengontraknya, karena orang tua Jumi yang akan sering menemani dia disana.
"Nih! Biar adem atinya!" Eka menyodorkan segelas es jeruk pada Juminten.
Juminten masih tetap mengacuhkannya. Eka pun meletakkan diatas meja di dekat adik iparnya. Eka mimilih duduk di kursi yang ada di seberang Juminten, agar nyaman untuk mengajak bicara.
"Jum!" Juminten masih diam.
"Maafin Abang, ya! Abang bukan jaga jarak sama kamu. tapi, Abang lagi sumpek aja!" alibi Eka.
"Banyak pengeluaran yang harus Abang keluarkan habis ini. Maafkan Abang ya, Jum! Abang nggak ada niatan seperti itu sama Jumi!"
Eka turun dari kursinya, lalu menekuk lututnya di depan Juminten. Tangan kanan Juminten diraihnya, di apit dengan dua telapak tangannya.
"Jangan salah paham, ya!" Eka menepuk pelan punggung telapak tangan Juminten.
"Please, maafin kesalahan Abang! Jangan diamin Abang kayak gini!"
"Abis nyebelin, Abang bukannya ucapin terima kasih udah Juminten bantuin. Eh, malah cuek dari tadi! Kalau nggak gitu, tiap Juminten dekatin langsung jaga jarak! Jumi kan jadi tersinggung!"
Eka mengusak rambut Juminten, "Yuk jalan sama Abang, Abang mau cari angin!"
Juminten pun naik ke atas motor, Eka melajukan motornya ke rumah orang tua Juminten untuk meminjam mobil Udin.
"Kayak ke rumah Juminten, ya!"
"Emang ini mau kesana. Mau pinjem mobil kamu!"
"Itu mobil, punya Bapak! Juminten belum punya mobil! Boro-boro punya mobil, bisa beli es teh aja masih nodong Mas Bambang! " membuat Eka tertawa.
Mereka pun sampai di rumah Juminten, Juminten langsung berlari ke kandangan Justin.
"Selamat sore, Justin sayang!"
Ang!
Ang!
Ang!
"Emak! Tolong! Juminten dikejar soang!" teriak Juminten sambil berlari keluar kandang. Namun, Justin masih dengan galak nya mengejar Juminten.
"Astagfirullah Bapak! Emak! Tolong!"
"Pak! Pak!"
Semua orang dari dalam rumah, berlari keluar. Eka menarik Juminten untuk bersembunyi di belakangnya, Eka berusaha menghalanginya, agar tidak menjadi sasaran Justin.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba!
Surip, karyawan Udin yang bagian bersihin kandang masuk halaman rumah, turun dari motornya sambil mengeluarkan soang betina yang baru dia beli.
Justin pun tak mengejar Juminten lagi, menoleh pada suara indah soang betina yang baru datang. Surip pun mengusir halus 2 soang yang sedang asyik kasmaran untuk masuk ke kandang.
"Alhamdulillah!" Lega hati semua orang.
Justin memang beberapa hari ini sedang mode minta kawin. Udin yang sedang sibuk mengurus toserba juga kontrakan Eka, kurang memperhatikan hewan kesayangan anaknya. Beruntung Surip peka untuk membantunya, membelikan jodoh untuk Justin di pasar hewan.
Juminten yang bersembunyi di belakang Eka, mendapatkan jeweran di telinganya.
"Aduh,ampun Mak!" ucapnya sambil berusaha melepas tangan Emaknya.
"Enak kan, rasanya azab!"
"Juminten salah apa, Mak? Kok mak tega azab anak nya sendiri?"
"Azab utamain soang dari pada Emaknya!" dengan mata melotot mengarah ke anaknya.
Juminten hanya senyam-senyum di buatnya, ternyata Emaknya juga bisa cemburu dengan Justin. Juminten pun memeluk manja lengan Emaknya, mengelus juga mengedipkan kedua matanya.
"Apaan? Kelilipan lu?"
"Maafiin Juminten ya, Mak. Udah jadi anak durhaka!"
"Udah ah, malah drama di sini. Ayo masuk semua!" Udin mengajak mereka masuk ke ruang tamu untuk ngobrol bersama. Ralat, bukan bersama! Hanya Udin dan Eka yang asyik mengobrol dan itu membuat Juminten bosan.
"Mak, bikin jajan yuk! Jumi kangen masakan Emak, nih!" Sambil mencolek tangan Emaknya.
"Emak tadi pagi nggak belanja. Bikin telur gulung aja mau?" Juminten menganggukkan kepalanya. Mereka pun pergi ke dapur.
"Jum, Emak pikir-pikir kayaknya lu sekolah di rumah aja, deh!"
Juminten yang sedang mengocok telurnya, menghentikan kegiatannya. "Kenapa harus home schooling, Mak?"
"Emak takut, lu hamil! Kan murid sekolah yang udah nikah, mana boleh sekolah! "
"Tenang, Mak! Juminten sama Mas Bambang bakal hati-hati disekolah. InsyaAllah, nggak bakal ketahuan." Mengelus lengan Emaknya.
"Emak, cuman antisipasi, Nak! Nggak ada orang tua yang punya niat jelek anaknya!"
"Iya Mak, Bismillah. Semoga Juminten amanah! Kalau emang Juminten bakal ketahuan sama pihak sekolah, ya mau gimana lagi itu konsekuensi Jumi, Mak." Rohaya memeluk anaknya, pasti berat menikah di umur muda. Orang tua hanya bisa mengharapkan hidup bahagia rumah tangga anaknya.
Setelah sholat isya, Eka yang merasa lelah setelah seharian mengurus pindahannya, membaringkan tubuhnya di atas karpet ruang tamu. Sambil menunggu mobil Udin yang di bawa karyawannya pergi jalan-jalan.
" Abang, Abang! Bangun! " Juminten menggoyangan lengan Abang iparnya.
"Iya, Jum!" Segera mendudukkan tubuhnya sambil merentangkan tangannya. "Udah dateng mobilnya?"
"Belom, Bang. Di suruh Emak pindah ke kamar Jumi, biar badannya nggak sakit semua." Eka menganggukkan kepalanya, lalu mengikuti Juminten masuk ke dalam kamar bernuansa biru milik Juminten. Terlihat foto-foto berderetan juga boneka kecil di atas meja belajar.
Ternyata kamu memang cantik dari dulu, Jum. Dan semakin cantik dari hari ke hari.
Eka menyunggingkan senyumnya sambil melihat satu persatu foto tersebut.
"Abang, Jumi tinggal ambil teh hangat ya!" Eka menganggukkan kepalanya, mengambil 1 bingkai foto Juminten saat masih sekolah dasar dengan pipi chubby membuatnya gemas.
Ting!
Bambang : [Bang, tolong anter Juminten nginep di rumah mertua ya🙏Bambang mau nginep di rumah sakit nemenin Mala. Mila lagi ada job di luar kota, nggak bisa di tinggal 😅]
Eka : [Yang sakit siapa?]
Bambang : [Radit. Anaknya mila]
Eka : [Gila! Radit itu urusan mereka! Ngapain u ikut2an!🙄]
Bambang : [Kasian mereka, Bang😓]
Eka : [Justru kasian ma istrimu! Bukan mereka! Radit punya Bapak, harusnya Bapak dia yang jaga bukan Lu!]
Eka melempar keras hapenya di atas kasur. Mengacuhkan suara pesan dan panggilan masuk dari Adiknya.
Sudah cukup lelah, dirinya mengingatkan Bambang yang selalu mengutamakan dan memilih menemani orang lain daripada istrinya sendiri.
"Ini, Bang teh hangatnya!" membuat Eka terkejut kedatangannya.
"Abang ngelamun?"
"Maaf, Abang kaget aja. Makasih, ya! " Mengambil minuman yang sudah di hidangkan, lalu meneguknya pelan-pelan.
"Jumi nginep di sini dulu, ya!" ucap Eka pelan-pelan, takut menyinggung hatinya.
"Emang Jumi mau nginep, Bang. Emak kangen kelonin Jumi hehe.. Abang lanjut tidur, aja!" Juminten pun keluar dari kamar.
Bambang jgn galau gitu,noh Rena sdh siap jd masa depanmu. tinggal kedipkan matamu buat othor. biar bisa dpt daun muda😁✌️🏃🏃🏃💨💨💨💨