NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제4장

Ha Young berbaring di bangsal rumah sakit, matanya menatap bucket bunga lavender yang diletakkan di meja samping tempat tidur. Aroma lembutnya memenuhi ruangan, membawa kenangan yang tak pernah benar-benar hilang.

Lavender adalah bunga kesukaannya. Hee Jae tahu itu sejak lama. Ia teringat saat di Inggris, ketika tubuhnya lemah karena flu, dan Hee Jae datang menjenguk dengan membawa bunga matahari.

“Apakah kamu suka bunganya?” tanya Hee Jae waktu itu.

“Aku suka... tapi aku lebih menyukai lavender,” jawab Ha Young sambil tersenyum.

Dan di hari berikutnya, Hee Jae kembali. Kali ini dengan bucket lavender yang harum dan segar. Jika bukan karena bunga itu, mungkin perasaan Ha Young tak akan tumbuh seperti sekarang. Rasa sukanya berawal dari perhatian kecil dari seikat lavender yang dibawa dengan tulus.

Lamunannya buyar saat pintu bangsal terbuka. Yeo Jin dan Eunjung masuk, menyapanya dengan wajah cerah. Mereka tahu Ha Young bosan, tapi tetap patuh pada arahan dokter.

“Manager Seo,” ujar Ha Young, “apa kamu tahu tentang Detektif Han Jae Wan?”

Yeo Jin mengangkat alis. “Kamu tahu namanya? Kukira kamu tidak tertarik dengan orang yang sudah menolongmu.”

“Aku menyukai Detektif Han,” timpal Eunjung cepat, matanya berbinar. “Bukankah dia sangat tampan?”

“Awalnya aku tidak tertarik,” ujar Ha Young pelan, “tapi aku baru saja bertemu dengannya. Pria itu bahkan memperkenalkan dirinya padaku.”

Yeo Jin menatapnya, sedikit terkejut. “Aku pun baru tahu dari CEO Song bahwa dia yang menolongmu. Tapi kamu tak perlu cemas. Tak satu pun orang tahu bahwa Detektif itu menggendongmu. Hanya aku, Eunjung, dan CEO Song yang tahu.”

“Anio,” sahut Ha Young tegas. “Media harus tahu bahwa Detektif Han yang menyelamatkanku. Itu penting bagi kariernya.”

“Kamu serius?” tanya Yeo Jin, memastikan.

“Tentu saja. Apa aku terlihat sedang bergurau?” Ha Young menatapnya, matanya mantap.

“Kapan kamu akan bicara pada pers? Kamu tahu ini akan jadi topik hangat. Berita utama.”

Ha Young menghela napas. “Kamu tahu apa yang kupikirkan... Dulu aku sangat egois. Tapi sekarang, aku harus berubah. Aku harus belajar berterima kasih pada orang yang telah menolongku.”

Yeo Jin hanya mengangguk pelan.

Ha Young memperhatikan manajernya. Ada sesuatu yang berbeda. Biasanya Yeo Jin akan sedikit cerewet, memberi komentar, bahkan bercanda. Tapi hari ini, ia lebih banyak diam. Wajahnya murung, sorot matanya menyimpan sesuatu yang tak terucap.

Ha Young tahu, Yeo Jin selalu menyembunyikan masalahnya. Ia terbiasa menanggung semuanya sendiri. Ia tidak punya keluarga yang bisa melindunginya. Tapi bagi Ha Young, Yeo Jin bukan sekadar manajer. Ia adalah kakak, pelindung, dan satu dari sedikit orang yang benar-benar tulus.

Eunjung duduk di sisi tempat tidur Ha Young, mengupas apel dengan gerakan pelan dan hati-hati. Ha Young menatapnya, senyap, lalu tersenyum kecil. Dalam benaknya, Eunjung bukan sekadar sekretaris. Ia seperti ibu dengan sikap cerewet yang tak pernah menyebalkan, justru memberi kehangatan yang selama ini dirindukan.

“Eunjung-ah,” panggil Ha Young datar.

“Ya? Ada yang kamu butuhkan?” tanya Eunjung, menoleh cepat.

“Tidak. Hanya saja... aku bahagia sekali memilikimu dan Manager Seo di sisiku.”

Eunjung tersenyum manja. “Aku juga senang sekali bisa mengenalmu.”

Lalu, dengan nada penasaran, ia bertanya, “Oh iya... apa Hee Jae oppa punya pacar?”

Ha Young tertawa pelan. “Anio. Mana mungkin dia punya pacar... ketika ada aku di sini.”

“Benarkah? Apa mungkin aku salah lihat...” gumam Eunjung sambil mengingat-ingat.

“Maksudmu?”

“Saat aku mengambil barang di mobil, aku melihat Hee Jae oppa bersama seorang gadis. Mereka tampak dekat. Tapi kau bilang dia tidak punya pacar... jadi mungkin aku salah lihat.”

Ha Young terdiam. Matanya menatap langit-langit, pikirannya melayang ke Sunhwa Galeri. Ia juga sempat melihat Hee Jae bersama seorang gadis berambut panjang, bergelombang, dan tampak akrab.

Ada rasa khawatir yang mulai tumbuh. Tapi Ha Young mengenal Hee Jae. Pria itu selalu terbuka padanya. Ia selalu menceritakan apa pun tentang hidup, tentang lukisan, bahkan tentang rasa sedih yang tak pernah ia tunjukkan pada orang lain.

Tidak mungkin, pikir Ha Young, jika Hee Jae menyembunyikan sesuatu darinya.

Namun bayangan gadis itu tetap mengusik.

Ha Young menghela napas. Ia tak ingin berlama-lama di rumah sakit. Ia ingin kembali ke dunia luar, ke kamera, ke panggung, ke kehidupan yang ia pilih sendiri. Tapi lebih dari itu... ia ingin segera menemui Hee Jae. Bukan sebagai artis, tapi sebagai seseorang yang sedang bertanya-tanya apakah hatinya masih menjadi satu-satunya tempat pulang bagi pria itu?

Setelah Eunjung pergi untuk mengurus keperluan sebelum kepulangan Ha Young dari rumah sakit, kata-katanya masih bergema di benak Ha Young. Tentang Hee Jae. Tentang gadis di mobil. Tentang kemungkinan yang tak pernah ia bayangkan.

Malam itu, Ha Young benar-benar tak bisa memejamkan mata. Ia berdiri di depan jendela rumah sakit, memandangi langit yang bertabur bintang. Kerlipnya seperti bisikan, mengingatkan pada mimpi yang belum selesai.

Bukan hanya tentang siapa gadis yang bersama Hee Jae. Tapi juga tentang pria berpakaian serba hitam dalam mimpinya. Tentang Detektif Han Jae Wan yang ingin menemuinya. Pertanyaan demi pertanyaan muncul, berbaris rapi di pikirannya, menuntut jawaban.

Ia tahu, ia harus menemukan semuanya. Satu per satu. Agar rasa penasaran tak berubah menjadi luka.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Ha Young telah pulih sepenuhnya. Eunjung sibuk mengemasi barang-barang, memastikan tak ada yang tertinggal. Sementara Ha Young memegang bucket lavender dari Hee Jae dengan hati-hati, seolah bunga itu adalah jantung dari harapannya.

Udara dingin menyambut mereka. Eunjung membantu mengenakan mantel merah jambu milik Ha Young, membungkus tubuhnya yang masih lemah dengan kehangatan.

“Kurasa salju akan turun besok,” ujar Ha Young, matanya berbinar.

“Bukankah Natal baru lusa? Kenapa kau yakin salju akan turun besok?” tanya Eunjung, bingung.

“Karena aku bisa merasakannya. Langit malam ini terlalu sunyi... dan dingin. Salju pasti datang.”

Eunjung tersenyum. “Apa kamu sudah mengosongkan jadwalmu di hari Natal?”

“Tentu saja,” jawab Ha Young. “Hee Jae oppa sudah berjanji padaku. Setiap Natal, dia akan merayakannya bersamaku.”

Dan Ha Young percaya pada janji itu. Karena bagi dirinya, Natal bukan hanya tentang pohon dan lampu. Tapi tentang kehadiran seseorang yang membuat dunia terasa lebih hangat. Lebih berarti.

“Kalau begitu... apa aku bisa merayakan Natal bersama keluargaku di Pohang?” tanya Eunjung, matanya berbinar.

“Tentu saja,” sahut Ha Young, tersenyum hangat.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk dari Hee Jae.

Maaf, aku tak bisa menjemputmu hari ini. Ada pertemuan penting dengan pembeli lukisan. Aku akan menghubungimu nanti.

Ha Young menatap layar ponsel, senyumnya memudar. Eunjung, yang duduk di sampingnya, ikut membaca pesan itu dan langsung menangkap perubahan ekspresi sahabatnya.

“Jangan seperti itu,” ujar Eunjung lembut. “Hee Jae oppa memang sibuk. Lagi pula, dia bukan sengaja tidak menemuimu.”

“Aku tahu,” jawab Ha Young, mencoba tersenyum. “Apa kamu kira aku akan menangis hanya karena dia tidak datang?”

“Yang kulihat... begitu,” ledek Eunjung sambil tersenyum nakal.

Mereka keluar dari rumah sakit dan menaiki mobil van putih yang sudah menunggu. Seorang sopir membuka pintu, membantu Ha Young masuk. Ia melirik kursi di sebelah sopir kosong.

“Di mana Manager Seo?” tanya Ha Young, matanya mencari-cari.

“Aku tidak tahu. Dia bilang akan menyusul. Tapi kenapa belum datang?” Eunjung juga mulai heran.

Mobil mulai melaju, meninggalkan rumah sakit. Di dalam, suasana sedikit hening. Eunjung mengecek ponselnya, berharap ada kabar dari Yeo Jin. Dan benar sebuah pesan masuk.

Cek berita hari ini tentang Ha Young.

Eunjung mengernyit. Pesan itu singkat, tapi mengandung sesuatu yang membuatnya gelisah. Ia membuka aplikasi berita, matanya mulai membaca cepat. Ha Young, yang duduk di sampingnya, memperhatikan perubahan ekspresi Eunjung wajahnya tampak bingung, bahkan sedikit panik.

“Ada apa?” tanya Ha Young pelan,

“Ada apa? Kenapa wajahmu begitu?” tanya Ha Young, penasaran melihat ekspresi Eunjung yang berubah drastis.

“Lihat ini,” ujar Eunjung sambil menunjukkan layar ponselnya. “Penggemarmu sudah tahu kamu keluar dari rumah sakit hari ini. Mereka akan menunggumu di depan apartemen untuk memberi semangat.”

Ha Young menghela napas panjang. “CEO Song... selalu membuat hal-hal yang membosankan.”

Ia memejamkan mata, mencoba merilekskan pikirannya. Tapi Eunjung masih melanjutkan dengan nada kesal, “Ini pasti ulahnya. Dia ingin mendongkrak popularitasnya lewat berita tentangmu. Dia memang licik.”

“Aku akan pulang ke rumah saja,” gumam Ha Young, masih dengan mata terpejam.

“Kamu serius?” tanya Eunjung, terkejut.

Tiba-tiba, ponsel Eunjung bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Ia membuka pesan itu, dan seketika wajahnya pucat. Sebuah foto muncul Yeo Jin, dengan lebam di pipinya.

Eunjung menjerit pelan, terkejut dan panik.

“Ada apa?” tanya Ha Young, membuka matanya dengan cepat, terganggu oleh reaksi Eunjung.

Eunjung tak langsung menjawab. Matanya masih terpaku pada layar, tangannya gemetar. Dan Ha Young tahu apa pun yang baru saja dilihat Eunjung, itu bukan hal biasa.

Eunjung memandangi Ha Young dengan tatapan perlahan, suaranya nyaris berbisik. “Ha Young-ah... apa yang sebenarnya terjadi pada Manager Seo?”

Ha Young merebut ponsel dari tangan Eunjung. Matanya membelalak saat melihat foto Yeo Jin wajahnya lebam, sorot matanya tampak kosong. Ha Young terkejut, jantungnya berdegup kencang.

Eunjung mencoba menghubungi Yeo Jin. “Ponselnya mati,” ucapnya, nada suaranya penuh kekhawatiran.

Tanpa ragu, Ha Young memantapkan hatinya. Ia harus menemui Yeo Jin. Ia harus tahu apa yang terjadi.

Mereka bergegas menuju kantor Seonghwa Entertainment. Beberapa artis yang berpapasan menegurnya ramah, tapi juga tampak heran Ha Young baru saja keluar dari rumah sakit, dan kini berjalan tergesa-gesa dengan wajah tegang.

Seorang gadis muda menghampirinya. Juniornya. Kim Juyong.

“Wae geurae, eonni?” tanya Juyong, bingung melihat ekspresi Ha Young.

“Apa kamu lihat Manager Seo, Yeo Jin?” tanya Ha Young cepat.

“Barusan. Di ruangannya,” jawab Juyong.

Eunjung ikut bertanya, nada suaranya cemas. “Apa dia baik-baik saja, Kim Juyong?”

Juyong mengangguk ragu. “Aku melihat luka lebam di wajahnya. Apa Manager Seo mengalami kecelakaan?”

Ha Young tak menjawab. Ia hanya mempercepat langkahnya, meninggalkan Juyong tanpa sepatah kata. Eunjung menyusul di belakang, berlari kecil, mencoba mengimbangi langkah Ha Young yang kini dipacu oleh rasa takut dan amarah.

“Ada apa dengan mereka?” gumam Juyong, bingung melihat Ha Young dan Eunjung bergegas pergi. Ia kembali ke ruang latihan, masih bertanya-tanya.

Sementara itu, Ha Young telah tiba di ruangan Yeo Jin. Ia tertegun melihat manajernya berbaring tak berdaya di sofa panjang. Wajah Yeo Jin tampak lelah, tangannya sibuk mengompres pipi yang bengkak. Ia tak menyadari kehadiran Ha Young.

“Manager Seo, ada apa denganmu?” seru Eunjung histeris, berlari menghampiri.

Yeo Jin tersentak, buru-buru bangun dari posisi berbaring. Matanya membelalak saat melihat Ha Young berdiri di sana, wajahnya penuh amarah.

“Katakan padaku,” ujar Ha Young, suaranya tegas dan bergetar. “Siapa yang berani berbuat seperti ini padamu?”

“Ha Young-ah…” bisik Yeo Jin lirih, enggan menjawab.

“Apakah CEO Song yang melakukannya? Apa dia memukulmu?” desak Ha Young, matanya menatap tajam.

Yeo Jin tetap bungkam.

Melihat sikap itu, Ha Young tak bisa menahan diri. Ia berbalik dan melangkah cepat menuju ruangan CEO Song. Eunjung menatap Yeo Jin, yang hanya menggeleng pelan, lalu segera menyusul Ha Young.

Di depan ruangan CEO Song, Ha Young terhenti. Ia mendengar suara dari balik pintu yang sedikit terbuka.

CEO Song sedang berbicara dengan Song Mina putrinya, sekaligus rival Ha Young di dunia hiburan. Di dalam ruangan juga hadir manajer Mina, duduk dengan sikap santai namun penuh pengamatan.

“Aku tidak tahu kalau Ha Young begitu membenci CEO Jung,” ujar CEO Song, suaranya terdengar sinis.

“Tak ada yang lebih menyedihkan daripada dirinya, Ayah. Kalau bukan karena CEO Jung dan wajah cantiknya, dia bukan siapa-siapa,” timpal Mina, nada suaranya penuh cemooh.

“Andai saja Seonghwa Entertainment bukan milik CEO Jung, sudah lama aku menendang Ha Young dari agensi ini. Dia hanya beruntung karena CEO Jung adalah ayahnya,” lanjut CEO Song.

“Dan kalau tidak ada Ha Young, aku yakin Song Mina sudah jadi artis besar,” tambah Yoon Dae Shik, manajer Mina. “Beruntung aku jadi manajer Mina. Kalau aku di posisi Manager Seo, aku pasti sudah meninggalkan Ha Young. Apalagi setelah dipukuli oleh ayahnya sendiri.”

“Kita lihat saja seberapa tahan Manager Seo bekerja untuk Ha Young setelah semua tekanan dari CEO Jung. Dia pasti sudah jera... dipukuli lagi,” ujar CEO Song, lalu tertawa bersama Mina dan manajernya.

Ha Young berdiri diam di depan pintu, mendengar semuanya. Kata demi kata menusuk seperti belati. Ia tahu sekarang siapa yang telah menyakiti Yeo Jin. Dan yang paling menyakitkan itu adalah ayahnya sendiri.

Ia tak tahu apa kesalahan Yeo Jin sampai ayahnya tega melakukan itu. Tapi satu hal yang pasti, hatinya hancur.

Eunjung, yang berdiri di sampingnya, hanya bisa menatap Ha Young dengan mata berkaca. Ia tahu sahabatnya sedang menahan luka yang dalam. Tak ada kata yang bisa menghibur. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka.

Ha Young menoleh pelan ke arah Eunjung. “Tetaplah bersama Manager Seo. Aku akan pulang ke rumah.”

Eunjung tak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, menuruti permintaan sahabatnya. Bukan hanya sedih ia tahu Ha Young sedang kecewa. Sangat kecewa pada ayahnya sendiri.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!