Tidak ada satupun yang mau hidup dalam kegelapan termasuk Kiyara. Seorang wanita yang hidup sebatang kara. Tuhan merampas seluruh kebahagiannya namun sekarang Tuhan menggantinya dengan hadirnya sosok baru dikehidupannya, yaitu Adrian. Sosok laki laki yang berjanji kepada dirinya sendiri untuk membahagiakan jiwa rapuh Kiyara.
Mampukah Andrian menjaga janjinya dan menyembuhkan jiwa Kiyara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di rumah Tuan Dirgantara.
Mata Kiyara tak berhenti menelisik keseluruhan rumah tuan Dirgantara. Ia begitu takjub dengan kemegahan rumah ayah dari kekasihnya itu. Entah berapa dolar yang dihabiskan untuk membuat rumah ini. Dengan di iringi obrolan ringan, Kiyara sampai di ruang makan. Ruang makan yang harusnya cocok menjadi lapangan futsal. Desain klasik Eropa membuat ruang makan itu terlihat sangat mewah. Ada banyak kursi di ruang makan itu dengan meja yang panjang. Ukiran pada kursi serta mejanya sangat rumit.
"Ini nggak salah? Kursi segini banyaknya memangnya buat siapa? apa semua pelayan ikut makan disini?" Batin Kiyara.
"Duduklah sayang." ucap Tante Aira.
"Kamu heran ya kenapa disini ada banyak kursi?" tanya Tante Aira yang seolah faham dengan keheranan Kiyara.
"E..i..iya Tante." jawab Kiyara dengan sedikit malu.
"Jadi mama itu sering bikin arisan. Ya biasalah ibu ibu. Jadi kalau mau makan ya duduk disini Ki.." Sahut Adrian.
"Nah itu udah dijelaskan sama Adrian sayang.'" balas Tante Aira.
Kiyara kemudian tersenyum karena melihat interaksi antara ibu dan anak ini. Ia pun faham kenapa di ruang makan ini banyak sekali kursi. Sedangkan penghuni utamanya saja hanya ada 3 orang.
Saat mereka baru saja duduk, tiba tiba datang beberapa pelayan wanita membawa banyak sekali jenis makanan. Namun anehnya, menu makanan yang dibawa oleh pelayan bukanlah menu western atau mewah lainnya. Mereka malah membawa menu yang khas lokal. Seperti Lalapan, Sambal korek, cumi oseng, berbagai ikan goreng , sayur bening dan sebagainya. Kiyara yang melihatnya pun merasa sedikit kaget namun juga merasa senang karena ia bisa memakan makanan yang tidak sulit untuk dimakan alias merakyat.
"Kenapa sayang? Kamu tidak suka makanannya? Kita bisa ganti ke menu Western jika kamu mau." celetuk Tante Aira.
"Iya, kita bisa ganti ke menu Chinese kalau kamu mau Kiyara." sahut tuan Dirgantara.
"Tidak Om, Tante. Sebelumnya terimakasih tapi saya sangat suka sekali makanan lokal." jawab Kiyara dengan sopan.
"Iya Pa, Ma. Kiyara memang suka makanan lokal. Kadang makananku saja masih dihabiskan. Hihihi." Ledek Adrian.
"Enggak enggak Tante, Om. Itu bohong. Iih kamu yaa.." Jawab Kiyara dengan wajah cemberutnya.
Setelah kurang lebih lima menit berlalu, para pelayan telah selesai menyiapkan menu makanan diatas meja. Jujur saat itu Kiyara tiba tiba merasakan lapar. Entah karena makanan yang ada di depannya atau karena memang belum makan.
"Ahh.. Apa aku makan semua aja ya? Tapi kan aku harus jaga image! Baiklah. Aku akan makan sedikit untuk menghormati orang tua Adrian." batin Kiyara.
Dimulai dari mengambil satu centong nasi. Matanya menjelajahi setiap makanan yang ada didepannya. Ia cukup bingung untuk menentukan lauk apa yang akan menemani piringnya. Adrian yang sedari tadi memperhatikan pun tersenyum kecil. Ia lalu menyodorkan oseng cumi ke arah Kiyara sembari mengode agar Kiyara mengambilnya. Tanpa basa basi Kiyara mengambil beberapa sendok cumi oseng. Adrian lalu kembali menyodorkan sambel korek ke depan Kiyara. Kiyara merasa senang karena Adrian peka terhadapnya.
"Makasih." ucap Kiyara dengan senyum yang mengembang.
Kiyara melirik ke arah Tante Aira dan juga Tuan Dirgantara. Sebelum makan, keluarga Adrian mengawalinya dengan berdoa. Termasuk juga Adrian yang ikut memejamkan matanya. Kiyara pun juga reflek mengikutinya.
Saat makan, tidak ada suara sendok atau garpu yang saling berperang. Namun bukan berarti suasana saat itu tegang. Justru suasana saat itu hangat. Kedua orang tua Adrian bergantian menawarkan Kiyara untuk menambah nasi ataupun lauk. Lagi lagi hal itu membuat Kiyara ingat dengan kedua orang tuanya.
"Ki.. Ini jus jeruk buat kamu." ucap Adrian dengan menyodorkan segelas jus untuk kekasihnya. Suara Adrian membuat Kiyara tersadar dari kesedihannya. Tak seharusnya ia bersedih di saat saat seperti ini.
"Makasih." jawab Kiyara dengan tersenyum menawan.
Setelah makan malam selesai, Adrian membawa Kiyara menuju ruangan yang membuat Kiyara bingung menamainya apa. Di dalam ruangan itu ada beberapa sofa yang sangat mewah. Ruangan itu menghadap ke arah taman di depan rumah tuan Dirgantara. Mungkin jika duduk ditempat itu saat pagi atau siang, taman itu akan terlihat jelas oleh mata. Ruangan itu seperti ruang tamu hanya saja letak Sofanya berdekatan.

Tante Aira dan juga Tuan Dirgantara duduk di sofa yang sepertinya muat untuk tiga orang. Sedangkan Kiyara dan Adrian duduk di sofa samping Tante Aira.
Entah kenapa Kiyara merasa akan ada sebuah tembakan besar yang akan terjadi pada dirinya. Ia sedikit memiliki firasat buruk. Benar saja, belum lama Kiyara duduk, Tante Aira menanyakan suatu hal yang sangat membuat Kiyara menganga. "Kapan kalian akan menikah?"
"A..apa..? Menikah?"
Bak disambar petir di malam hari. Tubuh Kiyara tiba tiba menjadi batu. Ia ingin sekali menghilang atau menghapus pertanyaan yang diajukan oleh Tante Aira.
"Kok malah diam aja?" tanya Tante Aira.
"Maa, jangan langsung di tembak gitu dong. Pelan pelan gitu ngomongnya. Dia jadi kaget kan." sahut Adrian.
"Ma..maaf Tante . Tapi aku.." ucap Kiyara yang bingung harus bagaimana.
"Iya.. Tante faham. Kan cuma bercanda saja." jawab Tante Aira yang membuat Kiyara tersenyum lega.
"Bercanda untuk di seriusin maksudnya." Imbuh Tante Aira yang membuat Kiyara kembali panik.
Tante Aira pun tertawa lebar. Ia tak menyangka Kiyara akan sepolos itu. Namun dari sini Tante Aira bisa melihat bahwa ada juga wanita yang tak tertarik dengan hartanya. Buktinya Kiyara tak tertarik untuk menikah dengan anaknya.
"Tante bercanda Kiyara.." ucap Tante Aira.
"Berarti sekarang giliran saya yang meminta kamu dan Adrian untuk terus bersama." celetuk tuan Dirgantara.
Sungguh! Rasanya Kiyara ingin kabur saja dari rumah tuan Dirgantara. Ia tak menjawab apapun ucapan tuan Dirgantara karena ia tau harus menjawab apa.
"Culik aku Naruto!! Bawa aku ke Konoha!!!!" Jerit Kiyara dalam hatinya.