NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

"Untungnya Ibu Lyra mengenakan sabuk pengaman, jadi benturan dari samping hanya membuat pelipis dan bahunya memar karena tertahan sabuk. Ada sedikit luka di kepala karena terhantam, tapi tenang saja. Tidak ada tanda-tanda gegar otak. Kakinya juga sedikit terkilir karena menekan pedal saat kecelakaan. Kabar baiknya ini hanya cedera ringan dan hanya butuh istirahat," jelas sang dokter, sudut bibirnya tertarik ke atas.

Mendengar penjelasan dokter, akhirnya mereka semua dapat bernapas dengan lega. Tidak terkecuali Dion, jari-jarinya saling bertaut seolah bersyukur atas kabar baik yang mereka terima.

Sementara itu di bandara, Adrian setengah berlari menuju pintu keberangkatan. Napasnya tersengal, bulir-bulir keringat meluncur deras dari dahinya. Suara dari roda koper yang beradu dengan ubin lantai berpadu dengan suara langkah dan riuh penumpang lain.

"Lyra! Kumohon bertahanlah!" batin pria itu seraya mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Gate enam? Itu dia!" gumamnya sambil melihat tiket yang ia pegang. Tangannya gemetar, kemudian memasukkan boarding pass miliknya ke saku jaket dan berjalan cepat menuju pintu keberangkatan.

Panggilan terakhir untuk penumpang pesawat dengan nomor penerbangan ....

Suara pengumuman melalui pengeras suara menggema beberapa kali di telinganya. Adrian melangkahkan kakinya, sedikit berlari menuju petugas yang berjaga di sana.

Dengan napas yang terengah, pria itu menyerahkan tiket beserta data dirinya pada petugas. "Terima kasih," ucapnya lalu meraih kembali tiket kemudian beranjak dari tempatnya menuju pesawat akan ia tumpangi.

Di tempat duduk, pria itu mengencangkan sabuk pengaman. Sebelum pesawat lepas landas ia kembali memeriksa ponselnya. "Kenapa masih belum ada kabar dari Papa dan Mama? Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Lyra?" batin Adrian meremas telepon genggamnya.

Mendekati waktu penerbangan, Adrian mengaktifkan mode pesawat pada ponselnya. Pikirannya terus tertuju pada Lyra. Sepanjang perjalanan jari-jarinya saling bertaut, seakan mengharapkan adanya kabar baik ketika ia telah tiba di kota asalnya.

Dua jam berlalu, pesawat akhirnya mendarat dengan selamat. Adrian tidak bisa tenang sepanjang perjalanan. Saat mode pesawat pada ponselnya di nonaktifkan, panggilan dari Pak Hardi masuk seperti membuat jantungnya hampir melompat liar.

Alisnya terangkat ke atas lalu turun di saat yang bersamaan. Ibu jarinya menggeser cepat lingkaran berwarna hijau bagai kilat.

Adrian : Pa! Bagaimana keadaan Lyra?! Kenapa baru mengabariku sekarang?

Pak Hardi : Adrian tenang ... Lyra baik-baik saja. Sebaiknya kau istirahat dulu sebelum kemari. Kau pasti kelelahan.

Adrian : Di mana Lyra dirawat, Pa? Aku akan langsung ke sana.

Pak Hardi : Di rumah sakit X, yang tak jauh dari rumah Papa dan Mama.

Adrian melangkah keluar dari bandara, mendekati taxi yang terparkir di sekitar gedung. "Pak, tolong ke rumah sakit X sekarang!" pinta Adrian seraya merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan memberikannya pada supir taxi.

Di perjalanan menuju rumah sakit, pandangannya terpaku pada langit malam tanpa satupun bintang yang menghiasinya. Dinginnya udara malam yang menyelinap masuk dari sela-sela jendela mobil seolah mencubit tengkuk belakangnya.

Keduanya terjebak dalam keheningan yang pekat selama beberapa saat. Baik Adrian maupun supir taxi seolah enggan membuka percakapan.

Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Adrian akhirnya tiba di rumah sakit tempat Lyra di rawat. Pria itu melangkah secepat yang ia bisa, gema dari derap langkahnya memantul di dinding koridor.

"Papa! Mama!" serunya seraya berlari menghampiri kedua orang tuanya.

"Adrian?!" sahut Bu Olivia spontan berlari kecil ke arah putranya.

"Ma, apa yang terjadi pada Lyra? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya pria itu, tanpa sadar kristal bening itu menetes dari sudut matanya.

Bu Olivia menyeka air mata itu dengan jemarinya. "Tenangkan dirimu, Nak. Lyra baik-baik saja," jawabnya berusaha menenangkan Adrian dalam pelukannya.

"Sangat berlebihan. Padahal wanita itu hanya kecelakaan biasa, bukannya meninggal," batin Safira seraya memutar bola matanya.

*

*

*

Kini tersisa Adrian dan Lyra saja, sebelumnya kedua orang tuanya dan Pak Satria juga ingin menemani Lyra di rumah sakit. Namun setelah dibujuk oleh Adrian, ketiganya akhirnya setuju untuk pulang.

Adrian menatap wajah istrinya dalam diam, tangannya menggenggam erat tangan Lyra. "Lyra ... maaf sudah bersikap dingin padamu pagi tadi." ia menautkan jari-jarinya lalu mengecup pelan punggung tangan Lyra.

"Tolong jangan tinggalkan aku ... kau hanya boleh meninggalkanku saat kontrak kita benar-benar berakhir. Sampai hari itu tiba, izinkan aku terus berdiri di sampingmu, menjadi satu-satunya pria yang kau andalkan." pria itu melepaskan genggamannya dan meletakkan tangan Lyra kembali ke tepi ranjang.

Pria berkacamata itu menarik napas panjang, kepalanya perlahan tertunduk disusul dengan suara isakan tangis. Matanya memejam erat, membiarkan air matanya luruh.

Tanpa ia sadari sebuah tangan mengelus lembut pipinya, menyeka setetes air mata yang ada di sana. "Ad ... rian ...," lirih wanita itu, menatap sayup ke arah suaminya.

Sontak mata Adrian membelalak, dengan cepat ia menoleh ke arah tangan itu berasal. "Ly–Lyra ...."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!