Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Kehidupan Baru
Pesawat yang membawa Freya mendarat dengan mulus di tanah Amerika. Perjalanan panjang dari Jakarta membuat rasa lelah menyelimuti dirinya, namun hatinya terasa lebih berat lagi. Ia menoleh ke arah jendela, memandang panorama kota yang asing. Sebuah kerinduan yang mendalam tiba-tiba menyeruak, membayangkan kembali Dante, dan momen perpisahan mereka.
"Kamu baik-baik saja?" suara Hani menginterupsi pikirannya. George, di sampingnya, mengangguk setuju. Freya mengulas senyum tipis, meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia baik-baik saja.
Freya memusatkan perhatiannya pada tujuan utama mereka di Amerika: fokus pada bisnis keluarga. Perusahaan pusat XY yang megah berdiri kokoh, menanti kehadiran mereka. Freya menyadari, ia harus segera mengalihkan semua perasaan rindu menjadi semangat kerja. Tugas ini bukan hanya tanggung jawabnya, melainkan juga bagian dari warisan yang harus ia jaga.
Di waktu yang sama, ribuan mil jauhnya di Jakarta, Dante sedang duduk di ruang rapat Gemagroup. Di depannya, tim inti sedang mempresentasikan rencana ekspansi bisnis. Mereka membahas target pasar, strategi pemasaran, dan potensi investasi. Dante mendengarkan dengan saksama, sesekali mengajukan pertanyaan tajam.
"Kita akan menaklukkan pasar, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia," Dante berkata dengan suara penuh keyakinan. Matanya memancarkan tekad yang kuat, seolah tidak ada hal yang dapat menghentikannya.
Ia harus berhasil. Demi Gemagroup, demi dirinya, dan yang terpenting, demi Freya. Ia berjanji akan menyusul, dan ia akan menepati janji itu.
Keesokan harinya, Freya memulai rutinitas barunya sebagai bagian dari staf perusahaan ayahnya. Ia mengambil peran dengan serius, beradaptasi dengan budaya kerja yang berbeda, dan mulai menjalin hubungan profesional dengan beberapa rekan kerja yang berasal dari Indonesia, menciptakan sedikit rasa familiar di tengah lingkungan yang baru.
Di luar jam kerja, ia berusaha menghabiskan waktu berkualitas dengan George dan Hani, berusaha mengisi kekosongan yang ia rasakan. Mereka makan malam bersama, mengunjungi beberapa tempat ikonik, dan sesekali berbagi cerita. Freya tahu, kehadiran mereka adalah penguat bagi dirinya.
***
Sementara Freya menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya, di Jakarta, Dante sedang berada di tengah-tengah pertemuan penting. Ia berhasil menjadwalkan janji temu dengan beberapa investor besar, individu-individu berpengaruh yang dikenal skeptis dan sulit diyakinkan. Namun, dengan presentasi yang terstruktur, data yang solid, dan visi yang jelas, Dante berhasil memukau mereka.
"Gemagroup bukan sekadar perusahaan, melainkan sebuah revolusi," ucap Dante, suaranya tenang namun penuh otoritas. Kata-katanya berhasil menyalakan percikan keyakinan di mata para investor. Pada akhirnya, mereka mengangguk setuju untuk berinvestasi, sebuah keputusan yang akan mendorong Gemagroup ke level yang jauh lebih tinggi.
***
Saat sedang bekerja, ponsel Freya berdering. Panggilan dari George. Freya mengangkat teleponnya.
"Freya, bagaimana kabarmu?" suara George terdengar, penuh perhatian. Freya menjawab bahwa ia baik-baik saja.
"Ayah hanya ingin mengingatkanmu untuk menjaga diri," George melanjutkan. "Kamu tahu, kesehatanmu adalah yang terpenting." Freya mengangguk, meskipun George tidak bisa melihatnya. Ia tersentuh oleh perhatian ayahnya.
Setelah itu, George mengalihkan pembicaraan, menyampaikan berita yang ia dengar. "Ayah sudah menghubungi Dante. Dia bilang belum bisa menyusul. Gemagroup sedang berkembang pesat di Jakarta. Mereka baru saja berhasil mengumpulkan dana dari investor besar."
Mendengar kabar tentang Dante, hati Freya dipenuhi dengan campuran perasaan. Ada kebanggaan yang mendalam, melihat bagaimana Dante berhasil mencapai ambisinya. Namun, ada juga kesedihan, menyadari bahwa kesuksesan itu membuatnya semakin jauh dari Dante. Freya hanya bisa tersenyum dan mengakhiri panggilan, berusaha menyembunyikan perasaannya yang rumit.
***
Hari itu, Freya memilih untuk berjalan-jalan sore bersama George dan Hani. Mereka menyusuri trotoar yang ramai, dihiasi lampu-lampu kota yang mulai menyala. Tawa Hani dan George terdengar sesekali, menciptakan suasana yang hangat, namun Freya merasa seolah ada celah kosong di hatinya. Keramaian kota yang asing membuatnya merasa lebih sepi.
Freya mengeluarkan ponselnya, menatap foto Dante. Senyum tipisnya di foto itu memicu gelombang kerinduan yang kuat, begitu kuat hingga matanya mulai berkaca-kaca. Ia menghela napas, berusaha mengendalikan emosinya, dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Di Jakarta, Dante duduk di meja kerjanya, menatap keluar jendela. Pandangannya kosong, meskipun matanya menatap gedung-gedung yang menjulang. Gemagroup baru saja merayakan keberhasilan yang signifikan, tetapi Dante tidak merasakan euforia yang sama. Ia merasa ada yang kurang. Seharusnya Freya ada di sini, di sampingnya, untuk berbagi momen kemenangan ini.
***
Freya memutuskan untuk menelepon Dante. Ia duduk di bangku taman, mencoba menemukan ketenangan. Terdengar nada sambung, namun tidak ada jawaban. Setelah beberapa kali mencoba, ia menyerah. Tiba-tiba, ia teringat suara George, yang menyebutkan bagaimana Dante sangat sibuk dengan Gemagroup. Freya kemudian memutuskan untuk meninggalkan pesan suara, mengatakan bahwa ia rindu dan akan menunggu Dante.
Di sisi lain, Dante berada di tengah presentasi penting dengan calon investor dari negara lain. Ia membiarkan ponselnya berdering, berusaha menjaga konsentrasinya. Namun, pikirannya tetap tertuju pada Freya. Setelah presentasi selesai, ia segera memeriksa ponselnya, melihat panggilan tak terjawab dari Freya. Ia menekan tombol putar, mendengarkan pesan suara yang ditinggalkan oleh Freya. Suara Freya terdengar, penuh kerinduan.
"Dante, ini Freya. Aku hanya ingin bilang aku merindukanmu. Aku akan menunggumu. Jaga dirimu di sana."
Mendengar pesan suara itu, Dante merasa seolah bebannya terangkat. Ia memejamkan mata, membiarkan suaranya meresap ke dalam dirinya. Tiba-tiba, ia merasa semangatnya kembali. Ia bertekad untuk bekerja lebih keras. Ia tidak akan membiarkan jarak menjadi penghalang, ia akan segera menyusul Freya, dan ia akan menepati janji itu.
***
Beberapa hari kemudian, Freya menemukan dirinya lebih sibuk dari sebelumnya. Tumpukan dokumen dan rapat-rapat yang tak ada habisnya membuat hari-harinya berlalu dengan cepat. Ia berhasil mengalihkan fokusnya dari kerinduan pada Dante, meskipun bayangan pria itu terkadang muncul di sela-sela pekerjaannya. Freya tahu, ia tidak boleh lengah. Ia harus membuktikan dirinya mampu mengelola perusahaan, sebuah bukti bahwa ia adalah pewaris yang pantas.
Sementara itu, Dante mengadakan pertemuan dengan kepala keamanan Gemagroup, Kania. Dante menjelaskan padanya bahwa ia telah merekrut kepala keamanan baru dari luar negeri. Dante mengungkapkan, "Aku sudah merekrut kepala keamanan yang baru. Namanya Liam. Dia adalah yang terbaik dalam bidangnya. Aku yakin dia akan melindungi Gemagroup dari ancaman apa pun. Aku ingin kamu melatihnya." Dante merasa bahwa kehadiran Liam akan membuat Gemagroup lebih aman. Ia harus memastikan bahwa Gemagroup aman untuk masa depan, baik untuknya maupun Freya.