Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Raya menutup wajahnya dengan sebuah bantal demi menyembunyikan rona merah di wajahnya. Hangat dan lembutnya bibir Abian yang menyapu permukaan bibirnya masih terasa. Tubuhnya merinding perutnya heli6 seperti banyak kupu-kupu yang berterbangan disana.

Ini kali pertamanya berciuman dengan seorang pria. Dan pria itu adalah suaminya. Ada rasa bangga di dalam dirinya karena telah memberikan yang pertama untuk suaminya. Walaupun saat ini dirinya belum sepenuhnya memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. Mungkin seiring berjalannya waktu dirinya akan mulai belajar menerima kehadiran Abian sepenuhnya dalam hidupnya.

Raya merasakan belitan lengan kokoh seseorang yang melingkar di pinggangnya. Di sertai kecupan hangat di puncuk kepalanya.

"Sudah malunya Ya, sekarang waktunya kita tidur!" Ucap Abian yang segera menarik tubuh mungil istrinya itu masuk ke dalam pelukannya. Abian memeluk Raya dengan senyum bahagia. Dia tahu istri bocilnya itu baru pertama kali berciuman. Terlihat dari gesture nya yang kaku bagai patung saat ia menyentuh bibirnya tadi. Abian sangat bahagia telah menjadi yang pertama menyentuh gadis itu. Walaupun masih sebatas ciuman. Tidak apa-apa Abian akan perlahan mengajari istrinya bagaimana menjadi seorang istri seutuhnya. Tidak perlu terburu-buru mengingat status Raya masih pelajar.

Tidur memeluk erat Raya adalah yang terbaik selain hal itu membuat tidurnya semakin nyenyak juga untuk mencegah terjadinya kerusuhan di atas tempat tidur. Sebab tidur Raya tidak bisa tenang.

PAGI MENJELANG

Raya membuka kedua matanya saat merasakan sesuatu yang dingin mencolek-colek pipinya. Perlahan matanya terbuka dan seketika memincing kala cahaya yang berasal dari bohlam lampu itu menyorot netranya.

Cup!

Satu kecupan mendarat di pipinya dan itu berhasil membuat bola mata raya membulat.

"Kak Bian..." Rengeknya saat melihat wajah tampan suaminya itu berada begitu dekat dengan wajahnya.

"Bangun sayang, ini sudah subuh!" Ucapnya lembut jari telunjuknya mencolek pucuk hidung Raya.

Mendengar kalimat sayang dari Abian tentu saja membuat Raya tersipu malu dengan kedua pipinya yang memerah.

"Bangun Ya! Atau mau aku...."

"Nggak, ini sudah bangun!" Potong Raya yang secepat kilat bangun dari tidurnya. Gadis itu kini sudah duduk tegak dengan rambut yang sedikit acak-acakan.

"Hm! Kak Bian udah mandi?" Tanya nya saat menatap penampilan suaminya yang telah segar usai mandi subuh!

"Sudah dong, udah wangi ini!" Sahutnya sambil merentangkan kedua tangannya.

"Sana mandi, biar kantuknya ilang!" Ucapnya lagi.

"Tapi dingin....!" Rengeknya seperti anak kecil yang takut air.

Abian menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan istrinya itu. "Kamu takut dingin?" Tanya nya.

"Hu'um!" Sahut Raya polos.

"Jadi sebelumnya, apa nggak pernah mandi subuh?"

"Mandi, tapi mandi pakai water heater!" Sahut Raya lagi sambil tersenyum malu.

"Kenapa aku bisa lupa jika istriku ini berasal dari keluarga yang berkecukupan. Tentu saja hunian semewah itu memiliki water heater di setiap kamar mandi!" Monolog Bian yang baru sadar jika Raya lahir dan besar di keluarga yang cukup berada.

Abian pun duduk di samping Raya dan mulai berkata "Mulai sekarang kamu harus belajar mandi air dingin. Karena disini nggak masang water heater! Nanti juga lama-lama terbiasa kok! Mandi pagi dengan air dingin itu lebih menyehatkan tubuh!" Ucap Abian lembut. Sebelah tangannya menyampirkan helai rambut Raya yang menjuntai kebelakang telinganya.

"Oke! Aku akan coba!" Raya pun beranjak menuju kamar mandi tidak lupa membawa serta baju gantinya.

Abian menatap lembut punggung Raya yang telah hilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya bisa saja memasang water heater, tetapi Abian merasa itu tidak terlalu di butuhkan. Dirinya lebih senang mandi air dingin dalam keadaan apapun. Karena mandi air dingin itu menyehatkan tubuh terutama di pagi hari seperti ini.

*

*

"Valdo, kamu udah janji kan mau menghadap kedua orang tuaku?" Cerca Dira dengan wajah merengut. Saat ini gadis itu tengah berada di sebuah Apartemen milik Valdo. Dira memutuskan untuk meninggalkan kostan teman nya karena merasa tidak enak jika merepotkan teman baiknya itu terlalu lama. Dan Valdo meminta Dira untuk tinggal di salah satu Apartemen pribadinya yang tidak di ketahui oleh istrinya.

"Rileks baby! Aku akan segera menemui kedua orang tuamu. Tapi bukan hari ini! Aku ada rapat penting nanti siang, dan lanjut meninjau proyek pembangunan!"

Brak!... Dira menggebrak meja di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kesal mendengar jawaban Valdo yang menurutnya selalu banyak alasan ini itu.

"kamu terus saja menunda-nunda hal itu Val, aku mau kita segera menikah, kamu udah berjanji untuk menikahiku Valdo!" Ucap Dira dengan suara meninggi.

Valdo terlihat menghela nafasnya, kemudian meletakkan ponselnya di atas meja. Pria itu mendekati Dira dan duduk di samping wanita itu.

Dira langsung membuang muka ke arah lain saat Valdo mendekatinya.

Cup!

Valdo mengecup bahu Dira yang tidak tertutup itu karena saat ini gadis itu hanya mengenakan piyama singlet dengan celana pendek yang menampakkan paha dan bahu mulus nan putih itu.

"Jangan ngambek dong sayang! Jadwal ku Minggu ini sangat padat. Tapi kamu jangan khawatir, kita akan segera menemui kedua orang tuamu dalam waktu dekat ini. Kita akan segera menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu!" Rayu Valdo yang saat ini tengah mengusap paha mulus Dira.

Biasanya cara ini selalu berhasil meluluhkan hati kekasihnya itu.

🍃🍃🍃🍃🍃