Setan apa yang telah merasuki suamiku. Dengan teganya ia bermain dibelakangku. Terlebih didalam kamar yang sering aku dan suamiku memadu kasih.
Aku buka perlahan knop pintu itu. Dan untungnya tidak terkunci. Perlahan aku melangkah. Namun aku dikejutkan dengan dua sosok manusia yang sedang berada dalam satu selimut. Aku mendekat. Aku tarik rambut perempuan itu. Tak peduli ia merasakan kesakitan atas perlakuanku.
Dan sejak saat itu. Aku Ajeng Shafanina akan membalaskan atas luka yang mereka torehkan kedalam hatiku. Dan aku akan buktikan bahwa aku pun bisa tanpanya. Tanpa seorang Yudha Mahardika, suami yang tak tau diri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Nihaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Terungkap
"Apa-apaan ini?" tanyanya. Saat sesosok itu membuka pintu.
"Pak Rasyid?" sapa Yudha terlihat salah tingkah.
Ya, karena memang sosok orang yang dimaksud adalah Rasyid, ayah dari Abian Qadafi.
Rasyid pun masuk dengan menggunakan kursi roda yang di dorong oleh asistennya bernama Ezhar.
Sementara itu Fiona membetulkan pakaiannya yang sedikit terbuka akibat dorongan suaminya tadi. Ia pun lekas berdiri.
"Yudha tolong jelaskan." ujar Rasyid.
"Ini... Ini Fiona Pak, istri saya." jawab Yudha dengan sedikit gugup.
"Istri?" Rasyid sedikit terkejut. Karena ia tidak tau mengenai keadaan rumahtangganya.
"Kenalkan, nama saya Fiona istrinya Mas Yudha." Ucap Fiona tersenyum sambil mengulurkan tangannya. Namun tangan itu hanya di lihat saja oleh Rasyid tanpa balasan tangan darinya.
Sehingga Fiona menarik tangannya kembali dengan perasaan kesal.
"Yang saya tau, istri kamu itu namanya Ajeng, bukan Fiona." kata Rasyid terlihat bingung.
"Iya, tapi sekarang saya istrinya Mas Yudha, bukan lagi Ajeng. Anda paham kan?" balas Fiona sedikit kesal.
"Fiona. Apa-apaan kamu? Tolong bicara yang sopan" titah Yudha.
"Kenapa sih Mas? Biarin aja, lagian udah tua kok ngeyel banget, udah dijelasin aku istrinya kamu, tetep aja gak percaya." celetuk Fiona.
"Fiona." bentak Yudha menatap tajam padanya.
"Kenapa sih Mas? Memang siapa dia? Kenapa kamu bisa kenal sama si tua bangka ini?" omelnya.
"Fiona cukup." Teriak Yudha. "Lebih baik kamu keluar." bentaknya.
"Hanya karena membela si tua bangka ini? Kamu tega ngusir aku Mas?" bentak Fiona sambil berkacak pinggang.
"Fiona... Diam." dan lagi Yudha berteriak dengan menatapnya nyalang. Sementara Rasyid dan Ezhar hanya menggelengkan kepalanya.
Abian melintas di depan ruangan itu, ia melihat pintu itu sedikit terbuka. Ia pun mendekat dan mendengar suara keributan dari dalam.
Karena penasaran dengan apa yang terjadi didalam. Abian pun membuka pintu itu.
"Ada apa ini?" tanyanya, membuat mereka berempat menoleh.
"Nah, ini dia orangnya." kata Fiona sambil menunjuk pada Abian. "Cepat Mas, pecat dia dari sini sekarang juga. Dia orang yang kemarin telah kurang ajar sama aku. Dan sekarang kamu akan tau akibatnya." kekeh Fiona sambil menatap remeh pada Abian.
"Fiona kamu tidak tau mereka ini siapa. Jangan bicara yang tidak-tidak lagi." kata Yudha dengan sangat geram pada istrinya.
"Siapa memangnya? Yang satu udah tua bangka yang satu hanya seorang karyawan. Kamu kenapa bisa kenal dengan mereka sih Mas?" cebik Fiona.
"Jaga mulut anda." bentak Abian sambil menunjuk pada wajah Fiona."Jangan sekali-kali menyebut ayah saya dengan sebutan itu. Atau kamu akan berhadapan dengan saya." Abian menatap nyalang pada Fiona. Ia sangat terpancing emosinya karena sang ayah mendapat sebutan tua bangka.
"Ohh jadi dia ini ayah anda? Ayah dan anak memang gak tau sopan santun. Masuk ke sini main nyelonong tanpa permisi sama sekali.
"Fiona, kali ini kamu sudah sangat keterlaluan. kamu tau siapa mereka? Mereka itu adalah ... "
Namun Abian mengangkat tangannya meminta Yudha untuk tidak memberitahukan siapa dia sebenarnya, ia ingin dirinya sendiri yang memberitahukannya.
"Apa? Mau bilang apa? Cepat katakan?"
Yudha memilih diam. Lalu menundukkan kepalanya.
"Eh kamu! Cepat bawa dia keluar atau saya akan panggilkan satpam untuk mengusir kalian." titah Fiona pada Ezhar.
"Silakan saja kalau mereka berani ngusir kita." kata Abian tersenyum sinis.
Fiona segera menekan bel diruangan itu untuk memanggil satpam. Sontak dua satpam itu segera menuju ke ruangan itu.
"Kalian lagi! Memangnya satpam disini cuma kalian?" tanya Fiona sinis pada Dibyo dan juga Darman. Saat mereka sudah berdiri di depan pintu yang terbuka. Keduanya saling menoleh lalu menundukkan kepala.
"Yasudah, masuk." titah Fiona. Lalu dua satpam itu pun masuk.
"Sekarang juga, kalian bawa tiga orang ini keluar." titah Fiona pada dua satpam itu, tapi mereka saling menoleh lalu membelalakan matanya.
"Kenapa diam? Cepat usir mereka sekarang juga."
Dibyo dan Darman tetap menundukkan kepalanya. Benar-benar tak berani mengangkat wajah. Begitu juga Yudha. Ia seperti tidak memiliki keberanian. maka memilih diam saja.
"Kalian ini kenapa sih?" omel Fiona sambil sedikit mendorong bahu salah satu satpam itu.
"Cukup." bentak Abian. "Kamu mau tau kenapa mereka berdua tak berani ngusir kami?" tanya Abian menatap tajam pada perempuan yang ada dihadapannya.
"Itu karena aku dan ayahku pemilik perusahaan ini." jelas Abian serius.
"Apa?" Fiona terkesiap dan membelalakan matanya, ia benar-benar terkejut dengan penjelasan lelaki di hadapannya.
"Ya, apa perlu saya jelaskan sekali lagi? Baiklah, karena saya gak mau terjadi kesalahpahaman lagi disini." ujar Abian.
"Kenalkan. Saya Abian Qadafi Al-rasyid. anak dari orangtua yang berdiri di samping saya yang kamu sebut si tua bangka. Beliau pemilik resmi perusahaan ini, dan karena beliau sudah tidak mungkin memimpin perusahaan ini lagi, maka saya sebagai anaknya yang memimpin perusahaan ini." papar Abian serius.
"Pasti kamu penasarankan? Kenapa suami kamu bisa menduduki kursi CEO di perusahaan ini? Makanya kamu menyangka suami kamu pemilik perusahaan ini. Itu karena saya yang memintanya. Kita sahabatan sejak kecil. Maka saya pun gak mungkin membiarkan dia luntang lantung dijalanan."
Tubuh Fiona seketika melemas, berdiri pun ia seperti tak punya tenaga, dan ia pun perlahan mundur lalu menyandar di tembok sambil memegang dadanya.
"Lalu gimana? Siapa sekarang yang akan memohon ampun supaya tidak dipecat dari sini?" tanya Abian tersenyum remeh. Tapi Yudha terlihat bingung dengan apa yang Abian ucapkan barusan.
"Saya sebenarnya masih menyelidiki kasus ini. Karena saya belum punya bukti yang akurat, maka saya tetap membiarkan dia masih bekerja disini. Tapi jika saya sudah punya bukti dan bukti itu benar adanya, maka saya tidak akan segan-segan memecat dia dari kantor ini, sekalipun dia sahabat saya." papar Abian sambil melirik pada sahabatnya yang menggelengkan kepalanya.
Abian dan sang ayah beserta asistennya lalu keluar dari ruangan itu, di ikuti dua satpam di belakangnya. Meninggalkan Yudha dan Fiona yang berkecamuk dengan perasaan masing-masing.
y nma jua lg kesel y bu..
nasib yudha jd apes setelah pisah sma
istri ...
kmu lambat..quien jua suka sma kmu ..
bersukur sdh lepas dri suami mu...