Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.
Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.
Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.
“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana
“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel
Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?
Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?
Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seorang Berliana
Keesokan harinya.
Berliana kini sudah disibukan dengan lembaran- lembaran kertas di tangannya. Bukan sebuah kontrak yang harus dia tanda tangani, melainkan sebuah kertas yang berisi 'kan naskah-naskah yang harus ia hapalkan.
Karena, selain jadi model. Berliana juga menjadi seorang aktris dan penyanyi. Sudah 3 tahun lebih Berliana menjadi seorang aktris, ia memerankan peran entah itu tokoh utama atau hanya tokoh sampingan.
Dan meski banyaknya berita miring dan negatif tentangnya, drama apapun yang di perankan oleh dirinya selalu memiliki banyak peminatnya.
Mungkin ini yang dinamakan.
'Semakin dijelek-jelekkan namamu, tetap akan tercium harumnya juga.'
“Oke. Sangat bagus Berliana.” Puji Sang sutradara begitu syuting telah selesai. “Anda bekerja dengan sangat baik tuan,” jawab Berliana balas memuji, tetap dengan disertai nada datarnya.
Sutradara yang bernama Ferdy itu hanya tersenyum kecil. Jarang ada orang berbakat seperti Berliana yang namanya benar-benar kerja. Biasanya beberapa artis terlalu banyak pencitraan di luar sana hanya untuk sekedar di sukai.
Walau sebenarnya terlalu banyak yang iri dengan karir wanita itu, karena sifat datar dan acuhnya itu membuatnya menjadi sasaran orang yang tidak menyukainya di sosial media.
“Ya, justru kamu yang telah bekerja dengan sangat baik Berliana.” Seandainya Berliana bersikap sedikit ramah di depan media, apa akan lebih sedikit berita miring tentangnya?
Sutradara ini tahu sedikit tentang sikap Berliana, walau sikap yang terkesan acuh tak acuh, tapi terdapat jiwa gigih dan optimis yang kuat. Terbukti sampai saat ini Berliana masih bertahan di dunia industri hiburan, entah itu di dunia model atau pun drama. Semua itu tidak luput dari kerja kerasnya.
“Kamu pasti akan terlihat lebih ramah jika bisa sedikit saja tersenyum.” Jika bukan karena ia sering menjadi sutradara yang di bintangi oleh Berliana, mungkin sutradara itu akan terpengaruh dan menganggap jika Berliana bertahan di dunia hiburan karena lewat jalur belakang.
“Sayangnya, saya tidak ingin di anggap ramah. Itu menyebalkan. Kalau begitu saya pamit.”
Melihat Berliana yang bejalan pergi, sutradara itu hanya tersenyum. Jika ia punya anak lelaki yang seumuran dengan Berliana, mungkin akan ia jodohkan.
“Minum dulu.” Tanpa ingin di tolak, Sinta langsung menyerahkan botol plastik yang telah ia buka.
“Terima kasih.” Berliana menerimanya. Dalam sekali tegukan, setengah botol habis tandas di minum olehnya.
“Ada jadwal lagi?”
“Tidak ada.”
Mengangguk pelan, dengan berwajah sedikit malas Berliana menyenderkan kepalanya karena merasa lelah. “
“Aku ambilkan selimut.” Sinta mengambil inisiatif untuk membawakan selimut.
Beruntungnya Berliana memiliki ruangan pribadi, jadi ia bisa tidur dan istirahat di tempat itu. “Tidak perlu, aku hanya ingin istirahat sejenak Kak,” tolak Berliana. Ia tidak ingin sampai merepotkan Sinta.
Seolah mengabaikan, Sinta tetap memilih mengambil sebuah selimut dan sebuah bantal untuk Berliana.
“Tidurlah!, aku akan keluar sebentar karena memiliki beberapa keperluan penting.” Melihat anggukan Berliana, Sinta lalu keluar.
...*****...
Beberapa hari kemudian.
“Kak, ayo kita jalan-jalan ke mall,” ajak Anira terlihat semangat.
“Kamu pergi sendiri, kakak memiliki urusan yang harus di urus.” Tolak Exsel masih fokus dengan pekerjaannya.
“Ayolah kak, ayo!” tarikan tangan Anira berikan, ia sedikit memaksa sang kakak agar menurutinya.
“Anira.” Exsel berkata dengan sedikit keras karena kesal.
Mata yang awalnya berbinar-binar dengan penuh semangat, kini terlihat berkaca-kaca.“Kakak jahat!, Anira jadi benci sama kakak.”
Menghentakkan kakinya, Anira melepaskan pegangan tangannya di lengan kakaknya.
Di saat Anira hendak melangkah, cekalan tangan berhasil menghentikan langkahnya. Berbalik dan mendongak, dapat Anira lihat wajah sedikit frustasi dan kesal yang sedang di tahan oleh kakaknya.
Menghembuskan nafas sedikit kasar, Exsel menatap Anira dengan tatapan lembutnya. “Maaf”
“Nggak akan Anira maafin sebelum kakak turutin permintaan Anira.”
Dengan sedikit arogan Anira melepaskan cekalan itu dan melipat tangannya di dada.
“Baiklah.” Lagi-lagi terdengar helaan nafas pasrah dari Exsel.
“Yeayyy, Kakak yang terbaik.” Karena senang, Anira memeluk kakaknya. “Makasih kak.” Senyum Anira mengembang.
“Sayang, ayo katanya mau pilih baju.” Tiba-tiba Chelsea datang menghampiri mereka berdua.
“Kamu saja yang pergi. Saya tidak bisa menemani kamu.” Mendengar itu, Chelsea menatap tak percaya pada Exsel.
“Kemarin kamu batalin janji kita!, sekarang kamu juga batalin?”
Dengan tatapan yang tak percaya, Chelsea merasa tidak terima. Harusnya, saat acara lelang amal yang tidak lebih dari sebuah ajang pamer status dan kekuasaan itu, ia dan Exsel adalah bintang utama di acara tersebut. Karena dengan status Exsel, tidak ada yang bisa menyainginya.
Tapi justru acara itu gagal karena Anira meminta di temani oleh Exsel.
Exsel hanya menatap Chelsea tanpa ekspresi. Entah tatapan apa yang dimaksud oleh lelaki itu, yang jelas Chelsea akhirnya hanya bisa pasrah dan tidak berani untuk membantah ucapan Exsel.
...*****...
Di mall.
Berliana terlihat hanya diam memperhatikan Sinta yang sedang memilih beberapa pakaian untuknya.
“Yang ini gimana menurut kamu Ana?” Sinta selalu berusaha mengakrabkan diri dengan panggilannya untuk Berliana.
“Pakaianku sudah terlalu banyak Kak,” keluh Berliana yang seolah enggan memilih pakaian lagi.
“Pakaian yang ada di apartemen 'kan tinggal beberapa. Kamu lupa kalau beberapa pakaian kamu telah di lelang untuk amal?”
Lebih tepatnya pakaian yang jarang dipakai oleh Berliana telah ia lelang untuk acara amal kemanusiaan. Itu murni atas keinginan dan permintaan Berliana sendiri tanpa niat panjat sosial.
Lagipula hal itu hanya diketahui oleh mereka berdua dan beberapa orang saja tanpa diketahui media.
“Kakak tahu aku jarang berganti-ganti pakaian.”
Melihat sikap malas dan suara datar yang khas dari wanita yang sudah Sinta anggap sebagai adiknya itu, ia pun hanya menghela nafas.
“Kakak akan pilih beberapa. Terserah mau kamu pakai atau nggaknya.”
Berliana akhirnya mengedikan bahu seolah hanya berkata terserah. Ia hanya akan mengikuti apa yang Sinta inginkan.
Selesai berbelanja Sinta mengajak Berliana untuk berkeliling mall sejenak. Meski sebenarnya Berliana sangat malas akan hal itu tapi ia tidak pernah bisa menolak permintaan Sinta yang menurutnya sepele.
Tiba-tiba pandang mata Berliana teralihkan. Sosok yang sangat Berliana kenal, yang sangat Berliana benci dan sosok yang sangat Berliana hindari selama ini.
Kamu'!
Exsel melihat wanita masa lalu yang telah menjadi luka terdalam untuknya. Wanita yang berhasil mengecewakan dirinya dengan sangat keterlaluan.
Ketulusan yang pertama kali laki-laki itu lakukan harus dibalas dengan kekecewaan yang luar biasa. Meskipun batinnya seakan membela wanita itu, dan mengatakan jika wanita itu tidak bersalah sama sekali.
Tapi logikanya seakan menyangkal itu semua.
Apa yang Exsel yakini pasti itu kebenarannya, karena dia sangat percaya pada keyakinannya sendiri.