NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

"Kenapa sad ending?"

"Sad ending?" Azaira sesaat melayangkan pandangan ke luar kafe, tepatnya pada hamparan hijau rumput sintetis yang menjuntai di dinding luar, juga pada titik-titik air yang jatuh di antara rumput hijau itu.

"Itu happy ending," ujarnya sambil tersenyum.

"Happy ending?" Kini giliran Kinara yang melayangkan tatapannya ke luar. Mungkin ke arah objek yang sama dengan arah pandang Aira barusan. Jawaban yang didapat Aira mungkin didapatkan dari sana. Dari rintik hujan buatan di atas hamparan rumput hijau yang sedang perhatikan.

Karena sudah jelas alur cerita yang dikisahkan Aira tentang buku yang akan diterbitkan itu sad ending. Tapi, gadis ayu itu malah menyatakan kebalikannya.

Jadi ceritanya, hari ini Aira dan Kinara bertemu di sebuah kafe untuk membahas progres penerbitan novel.

"Mungkin sad ending untuk para pembaca. Tapi, itu happy ending untuk semua tokoh di sana." Aira menguraikan maksud ucapannya seraya tersenyum.

"Menarik." Satu penilaian singkat terucap dari Kinara. Meski sudah menangkap maksudnya yang tersirat, ia tetap merasa harus mendapat pemahaman yang akurat.

"Gimana, gimana?"

Kinara bahkan sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Aira yang duduk di depannya. Dalam jarak satu meja, dan dua gelas minuman di atasnya.

"Happy ending bukan berarti mc cowok dan cewek harus hidup bersama. Terlihat bahagia tapi sebenarnya bawa beban, karena ada hal yang belum selesai. Lebih baik saling melepaskan dengan rela, tanpa beban. Itu sebentuk kebahagiaan tak ternilai. Happy itu letaknya dalam hati, pada perasaan. Bukan kebersamaan, tapi terasa hambar."

Kinara tersenyum dengan uraian Aira. Sebuah pemikiran yang berbeda, namun, ia suka. Tapi, tetap ada garis besar tentang alur cerita yang harus ia sampaikan. "Konsep happy ending menurut pembaca pasti bukan itu."

Menurut Kinara--dari sisi seorang editor--boleh saja setiap individu memiliki konsep bahagia sesuai standar masing-masing. Tapi, ketika sebuah pemikiran dicetuskan ke ranah publik, dilihat dan dibaca secara umum dalam sebentuk naskah atau buku yang dipasarkan, maka penting untuk memperhatikan selera pasar. Hal apa yang menjadi minat para pembaca secara garis besar.

Sementara ini para penikmat cerita dalam sebentuk novel, baik yang dipasarkan secara online maupun offline, mayoritas memilih bacaan yang berakhir bahagia atau happy ending. Dan lebih sedikit yang menyukai alur kisah yang berakhir sedih, atau sad ending.

"Iya, benar. Di pf juga bila aku nulis kisah yang sad ending, sebagian pembacaku pasti ngasih komentar pedas, ada juga yang sampai menghujat." Aira tersenyum saat berkata demikian dengan tatapan sedikit menerawang. Mengingat kembali beberapa komentar tak mengenakkan yang sempat didapatkan.

"Tapi di kisah ini, aku ingin menulis sesuai dengan suara hatiku sendiri. Hal-hal apa yang ingin kusampaikan, dan pelajaran apa yang ingin kubagikan. Mungkin kisah Aldara-Rayn tak akan banyak meraup pembaca karena alurnya yang sad ending. Tapi, aku tetap memiliki kepuasan tersendiri dengan sudah menyampaikan yang sesuai dengan apa yang kurasakan."

Aldara dan Rayn adalah nama tokoh dalam novel yang sedang digarap Aira untuk diterbitkan.

"Jadi, tetap dengan sad ending?"

"Tetap," jawab Aira tegas.

Di penerbitan Elang Pustaka, Kinara tak hanya berperan sebagai editor Akuisisi, yang bertugas mencari, menyeleksi, dan memutuskan naskah apa yang akan diterbitkan. Tapi, dia juga sebagai editor naskah yang fokus pada isi dan struktur tulisan. Juga membenahi alur, ide, logika, konsistensi, dan gaya bahasa. Kadang juga memberi saran besar seperti memangkas bab, memperdalam tema, atau memangkas bagian yang dianggap tidak relevan.

Sebagai pribadi, Kinara suka dengan ide cerita dan alur yang dibawa Aira dalam kisah berjudul ISTRI KEDUA SAHABATKU itu. Namun, sebagai editor dengan tugas yang sudah disebutkan di atas, ia perlu mengoreksi dan menyampaikan saran untuk sebuah tulisan yang bernilai dan disukai banyak pembaca.

Akan tetapi setelah melihat alasan kuat sang penulis pada kisah yang alurnya sad ending itu secara garis besar, Kinara pun merasa pilihan Aira sudah benar.

"Baiklah, aku setuju," putus wanita berhijab cantik itu kemudian.

"Alhamdulillah. Terima kasih ya." Aira sampai meraih tangan Kinara sebagai luapan rasa senang.

"Jadi kira-kira kapan kisah Aldara-Rayn ini akan selesai kamu tulis?"

"Insyaallah dua minggu dari sekarang, bagaimana?"

"Sepuluh hari, bisa?"

"Mmm." Gumaman Aira disertai berpikir, dan menimbang-nimbang sebelum memberi jawaban. "Baiklah, insyaallah."

"Kita sepakat?"

"Iya."

Kesepakatan yang ditandai dengan meraih minuman masing-masing dan menyesapnya perlahan.

"Aldara dan Rayn ini mengingatkan aku pada kamu dan adek," kata Kinara sejurus kemudian.

"Adek?"

"Maksudku Zian," ralat kinara.

Aira jadi menatap Kinara lekat. "Kamu kakaknya Zian?"

"Kakak ipar. Suamiku, abangnya Zian."

"Ooh." Aira mengangguk, dan sepintas kemudian nampak seakan mendung menyebar di wajah ayu-nya.

Kinara yang paham maksud perubahan wajah Aira segera berkata, "kamu tenang saja. Apa pun keputusanku tentang novel kamu, tidak ada kaitannya sama sekali dengan hubungan kekerabatanku dan Zian."

"Zian memang merekomendasikan novelmu. Tapi, kalau bukan karena aku menilai adanya potensi dalam tulisanmu, aku gak akan setuju untuk menerbitkannya. Suamiku saja gak bisa mempengaruhiku dalam pekerjaanku, apalagi Zian," tambah Kinara dengan penuh penegasan. Ia paham, kalau Aira ingin karyanya diterbitkan karena kualitasnya, bukan karena adanya koneksi dengan orang-orang yang berpengaruh di dalamnya.

"Terima kasih, Kinara. Sekali lagi terima kasih."

"Santai saja." Kinara menepuk punggung tangan Aira sambil tersenyum.

"Aku setuju dengan alur sad ending kisah Aldara dan Rayn ini. kita namai saja demikian, meski kamu bilang ini sebenarnya happy ending dan aku setuju dengan pendapatmu itu. Tapi aku ingin kamu menyerahkan beberapa paragraf bab akhir padaku." Kinara kembali bicara secara profesional.

"Bab akhir?" Aira langsung merasa kepalanya berdenyut. Pasalnya yang ia tulis saat ini baru sampai di bab 35. Sedangkan target selesai pada bab 50-an.

"Kamu bisa menentukan alurnya dari awal, Aira. Maka kamu bisa menentukan scene bab akhir itu sekarang."

Aira mengangguk, setuju dengan ucapan Kinara. Scene bab akhir itu bukan tak pernah terlintas di kepalanya. Bahkan, gadis itu terkadang tak dapat membendung jatuhnya air mata, saat merangkai scene bab akhir itu dalam otaknya.

Akan tetapi menurut Aira, feel dari cerita itu baru akan sangat terasa ketika dilalui step by step dari setiap bab-nya. Bukan yang langsung melompat beberapa anak tangga seperti keinginan Kinara.

Kinara sendiri sebagai seorang editor tentu juga sangat paham tentang hal itu. Akan tetapi ia suka membuat tantangan pada penulis yang terpilih untuk semakin melihat kredibilitas mereka dalam berkarya.

"Sekarang?"

Aira tak mungkin menolak tantangan dari editornya.

"Kalau kamu masih butuh semedi, besok juga gak papa," ucap Kinara sambil senyum.

"Sekarang insyaallah bisa."

"Itu lebih bagus. Sementara kamu nulis, aku mau telphon suamiku dulu ya," pamit Kinara seraya meraih ponselnya yang sedari awal tergeletak di atas meja.

"Silakan!"

Kinara segera bangkit, dan melangkah keluar kafe untuk sepenuhnya memberi waktu pada Aira menulis di aplikasi Writerp yang ada di ponselnya.

1
Ayuwidia
Vote buat tulisan yang sukses bikin senyam senyum sendiri setelah dibuat bad mood sama sistem
Najwa Aini: Watauu..selebrasi dulu akuu
total 3 replies
Ayuwidia
Haduhhh, habis ini Dira mesti cek jantungnya. Masih amankah 😬
Najwa Aini: Dokter Askara dari klan William
total 3 replies
Ayuwidia
Uhuk, keselek biji rambutan
Najwa Aini: untung bukan biji salak
total 1 replies
Ayuwidia
uhuk juga
Najwa Aini: Minum buruan. ntar tak bisa napas
total 3 replies
Ayuwidia
nongkrong di gazebo, sambil ngobrol ditemani gorengan panas & secangkir teh 🤤
Ayuwidia: Betul, saat ini masih berandai-andai
total 2 replies
Ayuwidia
Semedi nyari Ilham biar dpt reward karya, buat naik haji
Najwa Aini: Bukan.
dia semedi nyari tenang
total 1 replies
Ayuwidia
Nggak bayangin klw beneran ketemu, pasti kaya' gini
Najwa Aini: bnaget lahh
total 3 replies
Ayuwidia
Dira ntu nggak suka difoto, Yum. Masa kamu nggak ngerti sih
Ayuwidia: bener, cuma jadi patung
total 3 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!