cerita ini mengisahkan tentang perjuangan orang tua yang perekonomiannya di bawah garis kemiskinan tetapi dengan semangat dan tekat yang kuat akhirnya ia bisa membesarkan anak anaknya akan tetapi setelah anak anak itu dewasa dan sudah bekerja justru mereka lupa akan perjuangan orang tua yang sudah membesarkan mereka..... mau tau ceritanya lanjutkan dengan baca cerita di bawah ini ya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cuzythree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Sepeninggal emak ranti dan anak anaknya hanya tinggal bu rina saja yang sedang berbelanja di warung mak sumi karena semua ibu ibu yang suka ngegosip sudah pada ngacir duluan karena segan dengan bu rina bahkan ada beberapa yang belum belanja sama sekali
"mak maafin saya ya gara gara saya nimbrung obrolan tadi menyebabkan ibu ibu itu pulang tidak jadi belanja di warung emak" sesal bu rina
"jangan berbicara seperti itu bu dokter justru saya senang mereka pergi dari warung saya mereka itu kalau belanja tak seberapa bahkan banyak yang ngebon dulu tapi ngerumpinya bisa 2 jam padahal cuma beli kangkung saja" ucap mak sumi sambil terkekeh
"saya juga heran mak tidak peduli mau pagi, siang maupun sore tahunya hanya ngerumpi saja" imbuh bu rina lagi
"ya mau bagaimana lagi bu sudah wataknya susah kalau di bilangin bahkan suaminya sudah marah marah saja mereka seolah tidak peduli" ungkap mak sumi lagi
Bu rina hanya geleng geleng kepala mendengar perkataan mak sumi, apa tidak ada yang lebih berguna dari pada ngegosip begitu pikir bu rina
"apalagi kalau ngomongin keluarganya emak ranti ampun bu dokter sampai kuping saya panas mendengarnya padahal mak ranti ga pernah mengganggu mereka" jelas mak sumi lagi
"ada ada saja para ibu ibu itu emak apa salah emak ranti sampai jadi bahan buat ngerumpi setau saya keluarga emak ranti ga pernah neko neko" tanya bu rina
"namanya juga orang julid bu apa saja ya di omongin, lagi tidak punya uang di omongin sudah punya uang di omongin juga padahal biarpun perekonomiannya kurang ranti ga pernah berhutang seperti mereka mereka, ranti memilih makan apa adanya dari pada berhutang kalaupun ada paling paling cuma hutang beras 1 liter nanti kalau suaminya pulang dari kebun pasti langsung di bayar sambil berbelanja apalagi sekarang nak yanto yang mengelola kebun hasilnya jauh lebih banyak bahkan kemarin aja yanto bisa menghasilkan uang 30 juta lebih sekali panen karena yanto menjual hasil panennya ke adik saya jadi saya tau dari mana ranti bisa belanja banyak bu rina" cerocos mak sumi sangat panjang seperti gerbong kereta
"wah hebat sekali nak yanto ya mak" ucap bu rina sambil tersenyum lebar karena sebenernya baik bu rina maupun putrinya yang bernama yanti sudah dari dulu mengagumi yanto yang tekun beribadah sekaligus tidak neko neko
"iya bu baru 2 kali panen saja hasilnya sudah segitu walaupun sepertiganya biasanya akan menjadi si pemilik tanah tapi uang segitu kalau untuk kehidupan kita di kampung kan sudah lebih dari cukup bu rina" imbuh mak sumi lagi
"iya mak bahkan sisa bisa buat di tabung" balas bu rina
"iya bu kata adik saya dia bertanya sama yanto kalau hasil panen mu banyak trus emang nya mau buat apa, lalu yanto menjawab kalau diijinkan Allah yanto ingin membangun kembali rumah orang tuanya dan syukur syukur bisa membawa abah dan emak nya bisa pergi umroh begitu jawaban yanto bu rina"
"mulia sekali pikiran nak yanto ya mak sumi padahal masih muda baru 20 tahunan pikirannya sudah sangat dewasa dia bisa memberi nafkah kedua orang tuanya beserta adik adiknya yang tidak sedikit kalau saya yang ada di posisi nak yanto mungkin saya belum tentu sanggup menjalaninya mak" ucap jujur bu rina yang tambah kagum akan pemikiran pemuda itu
"iya saya sendiri juga salut bu dokter bahkan anak saya yang saya jadikan PNS saja kadang ingat kadang ga sama emaknya hahahah" kelakar mak sumi yang membandingkan yanto dengan anak sulungnya
"ya tentu saja berbeda mak keluarga emak kan alhamdulillah ga pernah kekurangan jadi pikiran anak emak pasti uangnya mau buat apa" seloroh bu rina
"iya juga ya bu"
"ya sudah mak saya mau pulang dulu hari sudah semakin sore takut suami dan anak anak sudah pulang" pamit bu rina
"silahkan bu dokter" sahut mak sumi
Emak ranti dan anak anaknya sudah tiba di rumah tapi muka yuda masih saja masam dan mulutnya tidak berhenti berkomat kamit seperti dukun saja
"eh yuda kenapa mukamu di tekuk begitu dan kenapa mulutmu itu tidak bisa berhenti komat kamit" tanya adi yang heran akan sikap adiknya itu
"aku lagi kesal bang pengen ngebejek bejek mulut orang" sahut yuda yang masih terlihat sangat kesal
yanto melirik adik perempuannya itu untuk memberinya penjelasan
"tadi pas kita ke warung mak sumi disana ada bu ratna dan geng geng ibu julid mereka mengatai emak buat apa ora miskin belanja banyak banyak emang punya uang dari mana" jelas lia kepada semua anggota keluarganya
Mereka semua geleng geleng kepala mendengar kata kata dari lia tetapi bagi mereka itu bukanlah hal aneh lagi karena itu memang hampir setiap hari terjadi jadi mereka tidak mau ambil pusing dengan omongan ibu ibu itu tapi berbeda dengan lia dan yuda ini pertama kali bagi mereka melihat emak nya di hina di depan wajahnya jadi mereka merasa kaget
"hehehe sudah tidak perlu di ambil pusing memang itulah pekerjaan bu ratna dan yang lainnya mereka suka bergosip dan menghina orang lain padahal bekerja sebagai tukang gosip itu tidak menghasilkan uang banyak makanya kamu jangan ikut ikutan seperti mereka" yanto memberi pengertian kepada adik adiknya sambil sedikit bercanda
"emang iya bang tapi kan bu ratna duitnya banyak itu bukan hasil dari ngerumpi ya "tanya lia dengan polosnya
abah, emak dan semua abangnya tertawa terbahak bahak mendengar penuturan polos dari adiknya itu
" nanti kalau kamu lihat bu ratna dan yang lainnya bergosip dan menghina emak kamu bilang aja sama bu ratna kata bang yanto gaji tukang gosip berapa bu kalau uangnya banyak nanti bang yanto minta gitu ya"kelakar yanto menggoda adiknya itu
"baik nanti aku bilang sama bu ratna" sahut lia dengan mantap
Semuanya hanya bisa tepuk jidat mendengar jawaban lia barusan ternyata adiknya itu masih terlalu kecil untuk mengerti urusan orang dewasa
"adi daus tolong pergi ke tempat pemotongan ayam belia ayam 1 ekor buat kita dan beli 1 kg lagi dan antarkan ke rumah ana" yanto menyuruh adik adiknya itu sambil menyodorkan uang 200ribu
"asik abang beli ayam" teriak lia kegirangan
"iya nanti kamu yang masak bantuin emak ya"
suruh yanto lagi
"baik bang" lia mengangguk patuh
"tapi boleh bawa motor kan bang" ucap daus penuh harap ingin menaiki motor abangnya
"boleh dan ini kuncinya" sahut yanto
Adi dan daus menerima kunci motor dan uang dengan senang hati dan segera meluncur ke tempat pemotongan ayam
"permisi pak mau beli ayam 1 ekor dan minta di potong potong langsung terus sama 1 kg lagi tapi nanti di pisah wadahnya ya soalnya buat kakak saya di kampung sebelah" ucap daus kepada penjual ayam itu
"baik saya siapkan dulu" sahut bapak itu
"setelah 10 menit menunggu akhirnya pesannanya selesai juga
" semuanya jadi 160ribu dek"kata bapak itu sambil menyodorkan ayam nya
"ini pak uangnya" sahut daus sambil menyodorkan uang 2 lembar warna merah
"ini kembaliannya dan terima kasih sudah membeli di tempat saya" ucap pedagang itu dengan ramah
"sama sama pak kami permisi" balas daus
adi dan daus segera melajukan motornya menuju rumah kakak perempuannya
"assalamualaikum mbak ana" teriak adi dan daus dari luar
"waalaikumsalam" sahut ilham dari dalam rumah
Adi dan daus segera menyalami kakak iparnya itu barulah ana keluar dari rumah karena tadi merasa ada yang memanggilnya
"eh ada adi dan daus ada apa dek" tanya ana sama kedua adiknya itu
"ini mbak kita di suruh bang yanto memberikan ini" kata daus sambil menyodorkan plastik yang di pegangnya
"aduh ucapin terima kasih ya sama bang yanto" sahut ana yang tidak membuka dulu isi dalam plastik itu
"baik kak kami pulang dulu ya soalnya sudah di tunggu" adi dan daus berpamitan sama kakaknya
"iya dek"
Setelah adi dan daus pulang ana segera membuka isinya, ana terharu karena isinya adalah ayam yang cukup banyak menurut ana
"mas tolong ambilkan wadah mangkok ya biar aku bagi sama orang tuamu" perintah ana pada suaminya
"baik dek"
"mas bawa ayam ini masuk biar ana ke rumah abah" baik dek
" biar mas cuci sekalian ya nanti kamu tinggal masak"sahut ilham"
"ok makasih mas"
"sama sama"
Ternyata sebelum ana berjalan ke rumah mertuanya dia melihat mila adik ipar perempuannya itu baru pulang dari bermain
"mila" teriak ana
mila segera menghampiri kakak iparnya itu
"ada apa mbak" tanya mila
"ini tadi mbak di beri ayam sama bang yanto sebagian ini buat kalian suruh emak memasaknya ya dan jangan lupa mila bantuin" kata ana dengan lembut
"baik mbak" sahut mila dengan girang karena nanti dia mau makan dengan ayam
tetap semangat thor...