ELOUISE

Damien mengajak El ke Moskow untuk urusan pekerjaan. Dan El mau tidak mau menuruti perintah bosnya meskipun itu tidak berkaitan dengan pekerjaannya.

El dan Damien tiba di Moskow. Damien mengantar El ke rumahnya.

"Kau tidak mengundangku masuk?", tanya Damien.

"Tidak", jawab El singkat lalu menutup pintu mobil Damien.

Tapi Damien tetap turun dan mengikuti El sampai ke dalam rumahnya.

"Pulanglah..aku akan sibuk membersihkan rumah", kata El.

"Aku akan membantumu", kata Damien yang melihat bagian dalam rumah El yang besar itu.

"Ini seperti rumah hantu", kata Damien.

"Hmm...karena penghuninya memang seperti devil", kata El datar.

Damien mengerti maksud El.

Damien melihat lihat isi rumah El. Dan El membiarkannya, karena memang dia tak akan bisa mengusir Damien dari sini.

"Sayang..apa kau lapar?", tanya Damien.

El kesal jika Damien memanggilnya seperti itu tetapi tak bisa berbuat apapun untuk menghentikan Damien.

"Tidak".

"Aku akan memesan makanan", kata Damien yang selalu bertentangan dengan El.

Damien mengambil baju ganti di mobilnya dan mengganti bajunya dengan kaos hitam tanpa lengan.

Sedangkan El hanya memakai kaos oblong oversize berwarna putih.

"Kau akan tinggal sendirian dirumah ini?", tanya Damien sambil menyantap makanannya.

"Aku akan menyewa apartemen", kata El.

"Tinggallah di penthouseku", kata Damien.

"Sampai kapan kau akan mengikutiku?", tanya El kesal.

"Entahlah..mungkin sampai aku menemukan gadis yang lebih menarik darimu", kata Damien santai.

"Aku sama sekali tidak menarik..tinggalkan aku", El beranjak dari kursinya dan membawa piring kotornya ke wastafel.

Damien berdiri dan menghampiri El.

Damien berdiri tepat dibelakang El. Dagunya menopang di bahu El.

"Damien please..aku tidak akan pernah menerimamu...", kata El lirih.

"Biarkan aku mencoba sesuatu..please", bisik Damien di telinga El.

"No", El mendorong tubuh Damien dan menjauhinya.

Damien hanya tersenyum dan melipat tangannya didepan dada.

El hanya membersihkan kamarnya saja. Dan untuk ruangan ruangan lainnya, dia akan menyewa pelayan untuk membersihkannya.

Damien masuk kedalam kamar El yang terlihat sangat sederhana dibanding ruangan lainnya yang mempunyai interior mewah.

Damien bahkan tak melihat foto apapun yang dipajang dirumah ini.

Damien dan El mendengar gedoran pintu yang cukup keras dibawah.

El turun kebawah dan membuka pintunya.

"Cepat kemasi barang barangmu..aku pemilik rumah ini sekarang...kau tidak berhak lagi tinggal disini", kata Adriana, ibu tirinya.

"Aku menunggu cukup lama...sebenarnya aku bisa saja mengeluarkan barang barangmu kemarin tetapi ayahmu memintaku menunggumu datang", lanjutnya.

El hanya terdiam.

Damien memperhatikan dari atas tangga.

"Kau senang bukan ibumu sudah pergi?kuucapkan selamat untukmu..setidaknya aku tidak melihatmu disiksa lagi oleh ibumu yang sedikit gila itu", Adriana memandangnya sinis.

"Sudah?hanya itu yang ingin kau bicarakan?aku akan pergi besok...jangan khawatir..pergilah", kata El dingin.

Adriana melihat Damien yang sedang mengamati mereka.

"Waaaahh..kau bermain cepat El..kau bahkan berani membawa seorang laki laki kemari", sindir Adriana.

"Keluarlah", kata El.

"Oke ..aku akan memberitahukan hal ini pada Ben..kurasa dia akan terkejut melihat putrinya yang bagai biarawati sudah berani membawa laki laki..ah tidak tidak ..kurasa Ben tak akan peduli meskipun kau menjual dirimu", ujar Adriana.

"KELUAAARR!!", teriak El.

Adriana sedikit takut dengan teriakan El dan segera keluar dari rumah itu.

BRAAKKK.

El menutup pintu rumahnya dengan sangat keras. Dia bersandar di belakang pintu dan berusaha menahan emosinya.