Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.
Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.
Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.
Victoria masuk dalam obsesi Julius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. INFORMASI
Langit sore itu tampak kelabu ketika Victoria duduk di depan layar komputer dengan wajah serius. Cahaya dari layar memantul di iris matanya yang gelap, menyingkap bayangan lelah sekaligus api yang sulit padam di baliknya. Di layar itu, tampak sederet kode yang terus bergerak cepat, hasil dari kerja seorang hacker profesional milik kelompok bawah tanah Black Viper: Nero.
Mau tak mau ia ke markas Black Viper untuk menemui Nero perihal informasi digital yanh diinginkan.
"Jadi ... ini semua yang bisa kau temukan tentang Violetta?" tanya Victoria tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputer.
Suara Nero terdengar serak diiringi deru kipas komputer.
"Untuk saat ini, ya. Tapi anehnya, ada dua nama yang selalu muncul di sistem lama yang aku bongkar, seperti bayangan yang menempel di setiap file miliknya," kata Nero.
"Nama siapa?" tanya Victoria penasaran.
"Leon Lemington dan Julius Lemington," jawab Nero dengan nada berat.
Victoria terdiam. Kedua nama itu bergema dalam kepalanya, menciptakan badai di dadanya yang sudah sejak lama tak tenang. Leon, yang kini menjadi direktur brengsek itu, dan Julius ... pria misterius yang selalu muncul entah dari mana, seperti bayangan yang menatap dari balik tirai.
"Apakah kau yakin?" suara Victoria nyaris berbisik.
"Seratus persen. Aku menelusuri IP address lama, jaringan terenkripsi yang digunakan untuk transfer data. Julius pernah mengakses sistem yang sama dengan Violetta dua tahun lalu. Dan Leon ...."
"Apa dengan Leon?" tanya Victoria tak senang setiap kali mendengar nama itu.
"Leon bukan cuma nama di catatan. Dia sempat melakukan authorize pada akses akun Violetta di tanggal yang sama saat gadis itu dinyatakan keluar dari proyek Lemington Group. Kau tahu artinya, ‘kan? Dia pernah mengambil alih akun-akun Violetta," jawab Nero.
Victoria menutup matanya, mencoba menenangkan pikirannya yang berlari. Ia tahu terlalu banyak hal berbahaya tentang keluarga Lemington. Dan ia sudah tahu kalau Leon memang brengsek.
Tapi mendengar nama Julius muncul di daftar itu membuat sesuatu di dadanya mencubit. Julius ... pria itu tidak mudah ditebak. Kadang seperti sekutu, kadang seperti ancaman.
"Aku harus tahu kenapa namanya ada di sana," gumam Victoria pelan.
"Victoria," suara Nero berubah lebih rendah. "Kau yakin ingin terus masuk ke sini? Aku sudah lihat beberapa protokol pertahanan data mereka. Ada sesuatu yang melacak balik. Kalau mereka tahu siapa yang mencoba mengorek data-"
"Mereka akan tahu aku," potong Victoria, tersenyum miring. "Biarlah."
Nero mendesah. "Kau gila."
"Sudah tahu sejak lama, Nero," ujar Victoria dengan nada bangga.
Nero menekan enter sekali lagi, menatap layar yang kini menampilkan folder dengan nama: V-03_Research_Violetta. Folder itu terbuka, hanya untuk menampilkan pesan sistem berwarna merah terang:
'Unauthorized Access Detected. Session Logged.'
Layar mendadak membeku. Lalu ponsel Victoria bergetar keras di meja. Ia meraihnya, dan nama yang muncul di layar membuat jantungnya berhenti sejenak.
Julius Lemington.
Untuk beberapa detik, Victoria hanya menatap layar ponsel itu tanpa suara. Seolah ia bisa merasakan hawa Julius yang dingin dan menekan dari balik pesan itu. Ia membuka pesan itu perlahan.
'Kau menggali sesuatu yang seharusnya tidak kau sentuh, Baby. Berhenti sebelum aku yang menghentikanmu.'
Alis Victoria berkerut. Sebuah ancaman halus, tapi dengan nada personal yang khas Julius, tenang, santai, namun mengandung bahaya yang nyata. Lalu pesan kedua masuk.
'Atau kalau kau masih keras kepala, datanglah ke rumah. Kita bicarakan di sana. Tapi jangan salah paham, Baby. Kalau kau datang, aku tidak menjamin kau bisa keluar dengan selamat.'
Victoria memandangi pesan itu lama sekali. Sesuatu di dalam dirinya, mungkin keberaniannya, mungkin kebodohannya, membuatnya tersenyum sinis.
"Ancaman, ya?" gumamnya. “Baiklah, Julius Lemington. Kita lihat siapa yang tidak bisa keluar dengan selamat."
Malam turun dengan cepat. Udara dingin menggigit kulit ketika Victoria menyalakan mesin mobilnya dan menatap jalanan yang basah oleh hujan sore tadi. Lampu-lampu kota memantul di aspal, membentuk garis-garis cahaya yang berlari bersama pikirannya.
Nero mengejar Victoria.
"Victoria! Jangan bodoh! Kau benar-benar mau ke rumahnya? Itu Julius Lemington, bukan orang biasa. Dia berbahaya ... aku dengar kabar kalau dia tidak segan membunuh orang," kata Nero penuh kekhawatiran.
"Justru itu. Aku ingin tahu kenapa namanya muncul dalam file Violetta," sahur Victoria.
"Kalau kau mati di sana, aku tidak akan ikut-ikutan mengubur jasadmu, tahu?" tukas Nero.
"How sweet of you, Nero," jawab Victoria ringan. "Tapi aku tidak akan mati malam ini."
Victoria langsung menutup pintu dan menyalakan mesin, lalu menatap cermin depan. Dalam pantulan kaca, ia melihat bayangan dirinya sendiri, rautan wajah yang dingin, dengan mata yang menyimpan amarah dan luka yang belum sembuh.
"Violetta, pa yang sebenarnya kau sembunyikan dari semua orang?" ucap Victoria.
Victoria menginjak gas untuk melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Tentu itu hal biasa untuknya yang berstatus petinggi Black Viper. Ia membelah jalanan dengan isi kepala hanya tertuju pada satu orang; Julius Lemington.
Hingga akhirnya Victoria sampai di tempat tujuan.
Mobil meluncur melewati gerbang besar bertuliskan Lemington Estate. Dua penjaga sempat menatap curiga sebelum salah satunya mengenali Victoria.
"Miss Victoria?" tanya salah satu penjaga ragu, karena ia pernah melihar Julius membawa Victoria ke rumah.
Victoria hanya tersenyum tipis. "Ya. Julius memintaku datang."
Para penjaga langsung memersilakan Victoria masuk tanpa banyak tanya. Gerbang besar itu menutup perlahan di belakang mobilnya, menimbulkan gema logam yang seolah mengurungnya dalam dunia yang berbeda, sunyi, asing, dan berbahaya.
Rumah besar di hadapannya berdiri megah dengan lampu-lampu kuning hangat dari jendela, tapi tak satu pun kehangatan yang terasa. Setiap langkahnya di atas jalan berbatu menuju pintu utama terasa seperti menghitung waktu menuju sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Tak banyak bicara Victoria langsung membuka pintu dengan kasar. Tak peduli dengan kebisingan yang dibuatnya.
Victoria melangkah masuk, membiarkan sepatunya bergema lembut di lantai marmer. Aroma minuman keras samar tercium di udara, bercampur dengan wangi kayu dari perapian yang menyala di ujung ruangan.
Matanya berkeliling, mencari sosok itu dan ketika pandangannya jatuh pada ruang tengah, ia bisa melihatnya dari jauh. Julius Lemington, duduk santai di sofa abu-abu dengan kaki bersilang, segelas minuman berwarna keemasan di tangan, dan senyum kecil yang seperti sudah tahu ia akan datang.
"Tidak kusangka ancaman tidak berlaku untukmu," ucap Julius pelan, suaranya serak namun tenang. "Tapi entah kenapa, aku memang sudah menduga kau akan datang walau aku menulis 'kalau kau datang, kau bisa mati' sekali pun."
Victoria berhenti di ambang ruangan, memandang Julius dengan wajah serius.
"Aku tidak datang untuk bercanda, Julius."
"Tapi aku suka bercanda denganmu, Baby." Julius meneguk sedikit minumannya, lalu meletakkan gelas itu di meja kaca di depannya.
Victoria melangkah lebih dekat, setiap langkahnya mantap, hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa meter.
"Aku menemukan namamu di data Violetta. Kau tahu apa artinya, ‘kan?" tuntut Victoria.
"Tentu saja aku tahu," jawab Julius ringan. "Kau pikir aku tidak sadar sedang diawasi oleh gadis sekeras kepala dirimu?"
Victoria mengerutkan kening.
"Berhenti bermain teka-teki. Katakan saja ... apa hubunganmu dengan Violetta?"
Julius tidak langsung menjawab. Ia hanya tersenyum samar, menatap Victoria seperti seseorang yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyalakan sumbu dinamit.
"Tenanglah, Victoria. Malam ini panjang. Aku punya banyak waktu dan kau pun tidak sedang terburu-buru, bukan?" ujar Julius.
Wajah Victoria menegang. Ia tahu pria itu sengaja memermainkannya. Tapi di balik ketenangan Julius, ia bisa merasakan sesuatu yang lain ... sesuatu yang gelap dan nyaris tak terdefinisikan, seperti bayangan yang menempel di senyumannya.
"Baik," katanya akhirnya dengan nada dingin. "Kalau begitu, kita bicarakan semuanya. Sekarang."
Dan langkah Victoria membawa mereka ke titik tanpa jalan kembali.
Di luar, hujan turun kembali, mengetuk kaca besar rumah Lemington seperti detak jam yang memacu waktu. Sementara di dalam, dua manusia dengan situasi rumit itu berdiri berhadapan, dengan rahasia yang ingin dibongkar, dan dengan kebenaran yang sengaja disembunyikan.
Dan di antara keduanya, hanya ada bahaya ... dan sesuatu yang bahkan lebih berbahaya dari itu: rasa penasaran.
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
semangat juga thor 💪
Sean obsesi bgt ke Victoria
boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
badai pasti berlalu
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya