Aliza Azzahra harus menikah dengan laki-laki yang menjebaknya. Aliza di grebek warga bersama Dhafian, seorang pria yang sengaja mengatur rencana agar bisa menikahi dirinya untuk tujuan pembalasan dendam.
Dhafian hanya ingin membalaskan dendam atas kematian ayahnya yang berkaitan dengan Paman Aliza. Orang yang selama ini tinggal bersama Aliza saat kedua orangnya meninggal dalam kecelakaan.
Meski Aliza mengetahui pernikahan itu untuk dendam. Tetapi tidak satupun rahasia suaminya yang tidak dia ketahui. Dhafian kerap kali berterus terang kepadanya.
Bagaimana Aliza menjalani pernikahannya dengan pria yang dipenuhi dengan dendam.
Apakah kemuliaan hatinya mampu menaklukkan seorang Dhafian?
Lalu bagaimana perjalanan pernikahan mereka berdua yang penuh dengan lika-liku, air mata dan diwarnai dengan keromantisan tipis-tipis.
Mari para pembaca untuk mengikuti ceritanya dari bab 1 sampai akhir, jangan boom like dan jangan suka nabung Bab.
Ig. ainunharahap12.
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Permintaan
Untuk pertama kali Aliza keluar dari kamarnya yang terlihat begitu sangat anggun menggunakan cadarnya.
"Jadi benar, wanita yang di bawa tuan Dhafian adalah istrinya?" Aliza mendengarkan pembicaraan dua asisten rumah tangga yang bergosip sembari tangan bekerja.
"Sepertinya memang itu istrinya dan tidak mungkin wanita simpanan," ucap salah satu.
"Bagaimana mungkin kamu mengatakan bahwa Nona Aliza adalah wanita simpanan dan sementara tuan Dhafian pernah menikah dan bukankah wanita simpanan itu ketika laki-lakinya sudah menikah," ucap yang satunya.
"Aku hanya tidak percaya saja jika tuan Dhafian membawa wanita seperti itu kerumah ini. Wanita itu begitu Sholehah yang sudah bisa diduga bahwa dia sangat cantik!" ucap pelayan itu.
"Kemungkinan saja tuan Dhafian kecantol dengan Nona Aliza dan bukankah banyak yang mengatakan bahwa cinta itu buta," ucapnya lagi.
Tiba-tiba saja mereka berhenti bergosip ketika menyadari bahwa Aliza menghampiri mereka dan membuat mereka tampak takut-takut yang langsung menundukkan kepala.
"Nona membutuhkan sesuatu?" tanya satu pelayan itu dengan suara bergetar.
"Jika ada yang ingin kalian tanyakan kepada saya, maka kalian bisa langsung berbicara saja dan tidak perlu membicarakan orang lain seperti ini. Ini hanya akan menambah dosa dan Allah sangat membenci orang-orang yang suka membicarakan orang lain dan itu sama saja dengan berprasangka buruk kepada orang lain," ucap Aliza yang langsung mengeluarkan ceramahnya kepada asisten rumah tangga itu.
"Maaf Nona, saya tidak bermaksud sama sekali. Tolong jangan sampaikan semua ini kepada tuan Dhafian," mereka langsung ketakutan.
Karena jika berurusan dengan Dhafian maka akan menambah masalah.
"Saya bukan orang yang harus menyampaikan sesuatu hal yang belum tentu benar. Tetapi jadikan semua ini pelajaran dan lain kali saya tidak suka mendengar seperti ini, jika memang ingin bertanya atau lebih tahu mengenai saya. Maka bisa langsung tanyakan pada saya," ucap Aliza dengan bijak yang membuat mereka menganggukkan kepala.
"Saya hanya ingin bertanya di mana dapurnya?" tanya Aliza.
"Nona ingin melakukan apa?" tanya pelayan itu.
"Saya lapar dan ingin memasak," jawabnya.
"Nona ingin makan apa dan kami akan menyiapkannya," pelayan itu langsung buru-buru sebelum majikannya itu bergerak ke dapur.
"Tidak apa-apa. Biar saya sendiri saja yang melakukannya, saya tidak ingin merepotkan siapa-siapa," ucap Aliza.
"Nona adalah pelayan di rumah ini dan apapun kebutuhan Nona sudah menjadi kewajiban kami. Kami akan mendapatkan masalah dari tuan Dhafian, jika kamu tidak melayani Nona dengan baik," ucapnya.
"Tapi saya......"
"Benar apa yang dikatakan mereka...." tiba-tiba saja terdengar suara itu yang membuat Aliza menoleh dan ternyata itu Dhafian.
Pelayan itu langsung menunduk dan ketakutan.
"Jika kau tidak mengikuti aturan di rumah ini dan apa yang kau butuhkan tidak dapat mereka penuhi dan yang mendapatkan masalah bukan hanya kau saja tetapi mereka yang akan langsung aku keluarkan dari rumah ini!" tegas Dhafian.
Aliza melihat kedua pelayan tersebut yang sejak tadi menunduk yang pasti sangat takut jika apa yang dikatakan Dhafian benar-benar dilakukannya.
"Aku tidak biasa di masakan oleh orang lain. Aku hanya ingin memasak yang simpel saja untuk diriku dan ini tidak ada kaitannya dengan orang-orang yang ada di rumah ini," ucap Aliza.
"Jangan membuat peraturan sendiri dan katakan kepada mereka apa yang kau butuhkan!" tegas Dhafian.
Aliza membuang nafas perlahan ke depan.
"Kalau begitu siapkan makan siang saya," ucap Aliza yang ternyata tidak punya pilihan lain.
"Baik Nona!" pelayan itu mengangguk dengan cepat dan langsung buru-buru pergi.
Dhafian yang tidak mengatakan apa-apa juga berlalu dari hadapan istrinya itu.
***
Dhafian saat ini berada di ruang kerjanya yang terlihat pelayan wanita yang menunduk di hadapannya.
"Apa katamu!" pekik Dhafian dengan raut wajahnya tampak kaget.
"Maaf tuan, saya hanya menyampaikan apa yang dikatakan Nona Aliza. Beliau memanggil tuan untuk makan siang bersama," ucap pelayan itu yang berbicara sangat hati-hati.
"Hah!" Dhafian sampai menyergah nafas yang tidak pernah terpikir di otaknya apa yang ada di pikiran wanita yang baru saja dia nikahi itu.
"Kau katakan kepadanya aku tidak akan sudi melakukan hal itu, siapa dia berani sekali menyuruhku!" sinis Dhafian.
"Tetapi Nona Aliza tidak akan makan sebelum tuan datang," jawabnya.
"Aku tidak peduli yang lapar adalah perutnya, dia juga akan menderita sendiri," sahut Dhafian yang semakin kesal.
Ternyata Aliza yang sudah setengah jam menunggu Dhafian tidak juga kunjung keluar dari ruangannya dan jangan tanya pelayan sejak tadi sudah mondar-mandir memanggil Dhafian. Pelayan yang menjadi jembatan jawaban dari dua orang tersebut yang sama-sama tidak ada mau mengalah sama sekali.
"Nona sebaiknya makan saja terlebih dahulu, makanannya tidak enak lagi jika sudah semakin dingin," ucap salah satu pelayan memberi saran.
"Suami saya belum duduk di sini dan bagaimana saya bisa makan, kalian panggil saja beliau untuk turun," jawab Aliza dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya.
Pelayan itu sama-sama menghela nafas, benar-benar sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan.
Keduanya yang terlihat saling melihat satu sama lain dan tiba-tiba saja suara sepatu terdengar menuruni anak tangga, Dhafian akhirnya mengalah dan entah bagaimana pelayan itu berbicara sehingga Dhafian sekarang sudah menghampiri meja makan dan duduk di hadapan Aliza.
"Kenapa kok begitu menyusahkan yang tidak bisa makan sendiri!" tegas Dhafian dengan wajahnya yang sangat kesal.
"Kita baru saja menikah dan menjadi pasangan suami istri. Tidak dosa jika suami istri makan bersama," ucap Aliza.
"Jangan menceramahiku!" tegas Dhafian
Aliza yang ingin mengambilkan nasi yang langsung ditahan oleh pelayan yang ingin melayan. Namun Aliza langsung menggelengkan kepala. Pelayan tersebut melihat ke arah Dhafian, mereka benar-benar takut jika akan menjadi masalah besar bagi Dhafian.
Aliza yang ternyata mengambil nasi bukan untuk dirinya dan melainkan untuk suaminya. Dhafian diam saja yang memperhatikan tingkat istrinya itu dengan sorot matanya yang sangat tajam.
"Mari makan!" ucap Aliza yang terlihat begitu santai.
Karena dia tidak melihat ada pelayan laki-laki di rumah tersebut dan hanya ada wanita yang membuat Aliza membuka cadarnya. Dhafian hanya terus memperhatikannya sampai Aliza barulah mulai makan dan sebelum itu pasti sudah berdoa terlebih dahulu.
Dhafian menghela nafas, lagi dan lagi ternyata dia kalah dengan Aliza dan benar saja dia menurut untuk makan.
"Saya meminta maaf," ucap Aliza secara tiba-tiba di tengah makan mereka berdua. Dhafian sampai menghentikan saat memotong daging menggunakan garpu itu dan melihat ke arah Aliza yang sedang menunduk sembari meminta maaf.
"Apa yang saya katakan tadi malam benar-benar sangat saya sesali, maafkan saya yang sudah kurang ajar berbicara terlalu berlebihan kepad tuan," ucapnya.
Cih
Dhafian mendengarnya mendengus tersenyum.
"Apa-apaan wanita ini. Kata maaf itu benar-benar sangat mudah keluar dari mulutnya," batin Dhafian yang tidak percaya jika Aliza terlebih dahulu meminta maaf kepadanya dan padahal jelas-jelas dia yang sudah salah yang tidak bisa menghargai istrinya.
Bersambung....