Kehidupan yang di alami orang sekitarnya, terutama kakak nya sendiri membuat Harfa tak mau menjalani yang namanya pernikahan.
Apalagi, setelah Biru, membatalkan pernikahan mereka. Membuat hati Harfa begitu dingin akan yang namanya cinta. Mengunci hati hingga sulit di tembus.
Perubahan Harfa membuat kedua orang tuanya merasa sedih. Apalagi usia Harfa tak lagi mudah.
"Nak, menikahlah. Usia kamu sudah matang?"
"Tidak. Aku gak mau menikah, Ummah."
Jawab tegas Harfa membuat hati umma Sinta teriris.
yuk ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Bertemu
"Astaghfirullah ... Astaghfirullah ..,,"
Berkali-kali Bumi beristighfar sambil mengusap dadanya. Mundur beberapa langkah hingga punggungnya menabrak sofa.
Bumi menggelengkan kepala, kenapa semua harus terus seperti ini.
Apa yang terjadi kenapa Allah menghukum Bumi seperti itu. Bumi sadar itu dosa tapi apa yang harus Bumi lakukan. Bumi sendiri tak berdaya.
Bumi sudah berusaha dengan baik belajar menjadi suami Zahira tapi semua terpatahkan.
Tampa sadar Bumi meneteskan air mata menatap Zahira penuh penyesalan.
Bumi pergi dari kamarnya guna menenangkan hati dan pikirannya. Dadah Bumi terasa sesak dan sakit.
"Kamu menangis, kenapa?"
Gumam Bumi lemah. Dadanya sangat sesak sekali. Berkali-kali Bumi mencoba tapi bayangan Harfa selalu hadir. Bumi tak mungkin melakukan hal itu jika apa yang Bumi lihat Harfa bukan istrinya sendiri.
Dadah Bumi benar-benar sesak, kali ini Bumi melihat bayangan Harfa yang sedang menangis. Seolah marah, sedih dan kecewa terhadap Bumi.
Sungguh, Bumi sangat tersiksa dengan semua ini. Ini salah dan ini tak benar.
"Ya Allah, maafkan aku. Aku berdosa memikirkan wanita lain selain istriku. Tapi, apalah daya, hati ini milik mu dan engkau yang mengendalikan terhadap ku. Jangan biarkan aku menyakiti hati istriku ya Allah."
"Jika kau persatu kan aku dan Zahira dalam ikatan halal ini. kenapa kau biarkan Harfa menguasai hati dan pikiran ku. Semua diluar kendaliku."
Bumi sudah berusaha ikhlas atas pernikahan dan akan belajar menjaga pernikahan karena sebuah pernikahan bukan permainan.
Belajar melupakan Harfa dari hatinya dan mulai belajar menerima Zahira. Tapi, setiap kali Bumi mencoba bayangan tangisan Harfa selalu datang menghantuinya. Itu begitu menyiksa Bumi.
Jika terus seperti itu, Bumi sama saja terus menyakiti Zahira.
Di atas balkon sana Zahira menatap nanar Bumi yang duduk di taman bawah sana yang sedang menangis.
Bukan hanya Bumi yang sakit, Zahira pun sama.
Walau Zahira sudah membentengi hati agar tak jatuh cinta pada Bumi tetap saja Zahira kalah.
Bagaimana tidak kalah jika Bumi selalu memperlakukan nya dengan baik. Tak pernah menyinggung perasaan Zahira selama ini. Bumi sangat menghormati Zahira. Siapa yang tidak akan jatuh cinta pada laki-laki seperti itu.
Ya, Zahira sadar jika ia sudah jatuh kedalam hidup Bumi. Walau Zahira sadar sejak awal itu tak mudah baginya mendapatkan hati Bumi.
Raga Bumi memang milik Zahira tapi tidak dengan hati dan pikiran Bumi.
Zahira pun sadar jika ia tak bisa memaksa dan menekan Bumi. Selama ini Bumi sudah berusaha tapi benteng itu menjadi penghalang mereka.
Jika seperti itu, siapa disini yang patut di salahkan. Harfa kah atau Zahira sendiri yang sudah masuk kedalam hubungan Bumi dan Harfa.
Atau Bumi yang terlalu lemah menjadi laki-laki.
Zahira sungguh tak tega jika harus melihat Bumi tersiksa seperti itu. Setiap hari Bumi selalu seperti itu. Pasti berat berada di posisi Bumi.
"Apa aku harus pergi tapi bagaimana dengan Mama dan ayah."
Gumam Zahira. Zahira sendiri sangat dilema. Iya tak tahu harus berbuat apa.
"Maafkan aku mas, jika aku menjadi beban hati kamu. Aku ikhlas mas jika hati kamu masih milik dokter Harfa. Akan aku pastikan, aku akan bersaksi di hadapan Allah nanti jika kamu suami yang baik."
Entah apa maksud Zahira bicara seperti itu. Yang jelas Zahira tak bisa menyalahkan Bumi atas apa yang terjadi pada mereka.
Zahira sungguh tak tega jika harus melihat Bumi setiap hari bersimpuh meminta maaf padanya. Semua diluar kendali Bumi sendiri Zahira tahu itu.
"Seperti nya aku harus bicara dengan dokter Harfa. "
Tekad Zahira. Zahira harus bertemu dokter Harfa agar ia mendapatkan sesuatu yang sedikit mengobati hatinya.
Zahira masuk kembali kedalam kamar ketika melihat Bumi mulai beranjak kembali.
Zahira sudah tahu apa yang akan terjadi. Dan ia harus biasa menguatkan hati.
....
Dokter Harfa menautkan kedua alisnya membaca data terakhir pasien.
"Zahira."
Gumam dokter Harfa merasa tak asing dengan nama itu. Apalagi nama belakang Zahira sama dengan nama seseorang yang masih menguasai hati dokter Harfa.
Karena tak mau terlalu berpikir dokter Harfa langsung memanggil pasien yang bernama Zahira itu.
"Assalamualaikum."
Deg!
Dokter Harfa terdiam merasakan perasaan tak enak. Jika pasien yang bernama Zahira ternyata benar. Itu adalah istri dari Bumi.
"Waalaikumsalam, silahkan duduk."
Jawab Dokter Harfa sambil mempersilahkan Zahira duduk. Dokter Harfa berusaha tenang selayaknya seorang dokter yang akan menangani pasien nya.
Zahira tersenyum tipis sambil duduk. Baru kali ini Zahira bertemu langsung dengan dokter Harfa. Wanita yang selalu mengusik hati Bumi.
"Saya lihat anda baik-baik saja, tapi, apakah ada sakit lain."
Ucap dokter Harfa langsung. Dokter Harfa bisa melihat jika Zahira baik-baik saja tidak sedikitpun seperti orang sakit. Namun, dokter Harfa bertanya juga takutnya ada hal lain yang mau di periksa.
Zahira tidak tersinggung sama sekali. Karena pandangan dokter Harfa sangat jelas. Zahira terpaksa menjadi pasien hanya untuk bertemu dokter Harfa. Karena sulit sekali bagi Zahira mendapatkan kontak pribadi dokter Harfa.
"Maaf jika saya lancang, saya ingin berbincang dengan dokter."
Dokter Harfa terdiam sejenak menatap wanita yang merupakan istri dari mantannya.
"Saya sangat sulit mendapatkan kontak dokter. Jadi saya terpaksa menjadi pasien."
Jelas Zahira takut menyinggung dokter Harfa. Walau bagaimanapun cara Zahira terbilang kurang sopan. Karena sedikit menggangu pekerjaan dokter Harfa.
"Anda bisa tunggu saya di taman. Masih ada dua pasien yang harus saya periksa."
"Baik, saya akan menunggu. Sekali lagi saya minta maaf sudah menggangu waktu dokter."
Dokter Harfa tak menggubrisnya membuat Zahira tak enak hati.
Setelah Zahira keluar dokter Harfa berkali-kali menghela nafas berat. Rasanya sesak sekali bertemu istri dari laki-laki yang masih menguasai hati Harfa.
Dokter Harfa tak tahu, apa maksud Zahira ingin bicara dengan nya. Yang jelas perasaan dokter Harfa tak enak.
Karena masih ada pasien, dokter Harfa harus tetap tenang. Dokter Harfa tak ingin kehadiran Zahira menggangu konsentrasi nya.
Dokter Harfa tetap tenang menangani kedua pasien. Sampai selesai.
Dokter Harfa langsung beranjak dari ruangannya. Guna melaksanakan sholat terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Zahira. Seperti nya dokter Harfa butuh ketenangan dulu sebelum bicara panjang lebar.
"Dokter Harfa."
"Ada apa?"
"Tadi aku bertemu istri Bumi. Aku gak salah lihat kan, tadi keluar dari ruangan kamu."
"Iya."
"Kamu baik-baik saja?"
"Baik,"
Dokter Zahra menghela nafas pelan melihat respon tenang dokter Harfa. Tadinya dokter Zahra sangat khawatir pada dokter Harfa. Tapi, melihat dokter Harfa baik-baik saja membuat hati dokter Zahra tenang.
"Kamu mau kemana lagi?"
"Bicara dengan nya."
"What!"
"Aku baik-baik saja Dokter Zahra. Jangan khawatir. Sudah ya, aku harus pergi."
Dokter Zahra menatap nanar kepergian dokter Harfa. Entah apa yang akan mereka bicarakan membuat dokter Zahra penasaran tapi tak ada hak ia menguping.
"Semoga tak terjadi apapun."
Bersambung ...
Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ....