Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. BERSIAP BERTEMU
Rayyan dan kawan-kawan sampai di bagian belakang kapal yang diduga membawa sandera asal negri adidaya, mereka sampai di posisi dimana propeller atau baling-baling dan daun kemudi berada, Langit mengeluarkan alatnya untuk merusak daun kemudi dan propeller demi mensabotase kerusakan kapal, sehingga kapal ini tak dapat kabur kemanapun saat dilakukan tindakan penyergapan juga penyerangan nanti.
Sementara personel lain memastikan keamanan posisi mereka untuk muncul ke permukaan.
"Area clear, bisa masuk ke kawasan buritan," kode Sanjaya.
Perlahan-lahan para hantu laut ini muncul ke permukaan tanpa terdeteksi dan beraksi memanjat dengan sling yang sengaja mereka tembakan menempel pada lambung kapal secara senyap, satu persatu dari mereka kini memanjat dengan penuh perhitungan dan hati-hati.
Sayup-sayup terdengar orang berbicara dalam bahasa arab, yang sedikit-sedikit Rayyan mengerti. Jangan ditanya ia mengerti berapa bahasa, Rayyan lebih sering dinas ke luar negri dan melakukan latihan gabungan.
Rayyan memutar jarinya sebagai kode untuk memutari buritan, mencari jalur masuk yang baru. Dari kejauhan saja ia sudah bisa memprediksi ada berapa anggota pemberontak yang berada di buritan.
Sebenarnya tujuan mereka adalah anjungan, dimana kamar radio dan nahkoda berada. Perangkat navigasi, roda kemudi, kompas, teropong, radar, global positioning satelite atau GPS, perangkat komando mesin, dan radio komunikasi juga terdapat disana.
Meski terbalut baju renang dan seragam namun otot bisep para prajurit ini tak dapat diragukan lagi. Mereka memanjat naik hingga hampir sampai di dek atau geladak utama. Jumlah mereka lumayan banyak berjaga dan tentunya bersenjata, entah negara mana yang menyelundupkan dan memenuhi pasokan persenjataan mereka, namun itu cukup lengkap dan modern.
Mungkin disaat jam ibadah mereka tak akan terlalu banyak berjaga, waktu itu yang cocok untuk segera naik dan melaksanakan tugas.
Dilihatnya beberapa dari mereka masuk ke dalam. Satu persatu dari Raden Joko naik ke atas menuju anjungan. Tidak semua, beberapanya berjaga-jaga jikalau ada pemberontak yang datang secara tiba-tiba.
Disinilah keahlian Rayyan digunakan, ia masuk bersama Pramudya dan Langit secara pelan-pelan tanpa suara, menemukan 2 orang di dalam kamar nahkoda dan 2 orang di kamar komando kapal. Rayyan mengambil pistol dengan suara yang hampir senyap miliknya, mengarahkan langsung tepat ke daerah vital dan membidiknya, begitupun Pramudya dan Langit.
Shuttt!
Gubrak!
Kedua orang itu lumpuh, cara itu pula yang dipakai untuk melumpuhkan 2 lainnya. Langit mengecek denyut nadi untuk memastikan, ia kembali mengarahkan pistol di kepala tepat di dekat pelipisnya, dan shuttt! Tubuh yang sudah ambruk itu bergerak singkat seperti orang yang tersetrum akibat meregang nyawa, tanpa suara nan senyap. Begitulah julukan mereka hantu laut. Jangan tanyakan jenis senjata yang mereka pakai, karena sudah pasti sangatlah spesial karena dapat menembus pertahanan rompi anti peluru tipis para anggota pemberontak, dan itu sangat dirahasiakan.
Rayyan segera mengacaukan radar dan juga mematikan sistem komunikasi mereka, sehingga pasukan lain dapat dengan leluasa menyergap dan menyerang, begitupun sistem navigasi kapal ini.
Hanya butuh 10 menit saja jarinya mengotak-atik sejumlah tombol dan Voalahhh! Radar kapal ini mati, komunikasi mereka terputus dari markas pimpinan dan sekutunya.
"N. Zealand come in, this is Raden Joko, area clear, roger!" lapor Rayyan.
"NZ copy, oke we are come in. Let's party guys!" jawabnya dari sebrang alat komunikasi, Rayyan terkekeh tanpa suara.
Terdengar suara orang mengobrol dari luar, sementara ketiganya belum keluar dari anjungan, "shittt!"
"Ray!" panggil Pramudya pelan. Mereka menggusur jasad ke 4 orang ini ke kamar nahkoda dan menumpukkannya lalu menutup pintunya. Ketiganya segera berlari keluar ruangan komando kapal dengan sedikit kesusahan. Rayyan sangat menjaga penampilan namun jika sedang bertugas begini ia bahkan menyingkirkan bau parfumnya yang biasa ia pakai. Salah-salah bau itu tertinggal, musuh akan mencium kejanggalan. Sudah dipastikan jika Eirene berada di dekatnya gadis itu akan mengusirnya jauh-jauh karena bau ikan laut yang siap diasinkan.
Hanya berselang 10 menit kemudian tim lain datang menyusul. Tugas Raden Joko selesai sampai disini, selanjutnya untuk penyelamatan sandera adalah tugas dari detasemen lain.
Mereka kembali dengan berenang menuju kapal yang sebelumnya menurunkan mereka.
"Calon manten ngga ketemu calon istri berapa lama nih?!" goda Langit beradu dengan deru angin dan mesin kapal.
"Datang-datang Eirene dah balik ke Paris terus punya pacar baru!" tawa Pramudya yang langsung di siram air laut oleh Rayyan.
"Eirene udah ngga bisa lari dari pesona gue!" jawabnya jumawa. Kulit mereka sedikit mengkilap dan lengket akibat air laut terkena sinar matahari dan angin laut begini, ombak dan gelombang besar adalah teman mereka. Namun yang terpenting adalah keberhasilan tugas dan rasa rindu bertemu orang terkasih di rumah.
"Abis ini siap-siap nyate bray! Markas juga bakalan banjir, hari patah hati semarkas besar!" tawa Sanjaya.
"Yoi! Akhirnya hilang satu saingan gue buat dapetin Pitaloka!" seru Pramudya.
"Pitaloka Pasukan 2? Anjayyyy, anggota band kesatuan! Muka loe cuci dulu!" ejek Langit ditertawai yang lain.
"Kamvrett!" balas Pramudya mengumpat diantara deru angin laut dan ombak perairan yang cukup ganas hari ini.
"Cewek tuh mesti di puji di puja, sentuh hatinya bikin melayang, baru loe dapet ! Jangan kasih kendor!" ucap Rayyan memberikan petuah.
"Ini nih, si asem lagi kasih petuah jurus-jurus playboy cap duyungnya!" balas Langit.
"Baby," Honey menyerahkan ponsel memperlihatkan sebuah artikel yang mengatakan jika *Eirene lovely, habis manis sepah dibuang. Setelah merasakan manisnya Eirene lovely, tunangan prajuritnya meninggalkan Eirene. Terbukti dengan tak adanya kelanjutan hubungan diantara keduanya*.
Pro dan kontra memang selalu ada, inilah yang terkadang membuatnya lelah.
"Mau bikin *press conference*?" tanya honey.
"Males! Biarin aja mereka berkicau semaunya!" jawab Eirene membaca majalah dimana foto dirinya menjadi sampul majalah tersebut.
"Ululuhhh, Eyi-nya gue makin dewasa! Biasanya loe bakalan nemuin tuh wartawan dan nyeret dia ke meja hijau!"
Eirene menggeleng, "males, udah terlalu biasa buat gue ngadepin yang begini. Capek sendiri," keluh Eirene.
"Eh iya, ngomong-ngomong Rayyan ada kabar lagi?" tanya honey.
Bahkan bibir honey masih basah, ponsel sang bintang bergetar di meja.
"Eh, panjang umur!" ujar Honey.
"Hay abang sayang!!!!"
Bukan Eirene yang menjawab panggilan tapi Honey.
"Assalamualaikum,"
Eirene tertawa mendengarnya, mereka sengaja meloud speaker panggilan Rayyan dan merekamnya.
"Waalaikumsalam," balas Eirene pelan.
"Eirene, besok saya pulang. Persiapkan diri kamu untuk bertemu keluarga saya," ucapnya.
"Oke,"
"Kamu apa kabar, saya rindu--"
"Awwwwww!" Honey menjerit gemas, "gemes deh! Pengen nyubitttt!"
Eirene hanya mengulas senyuman lebar seraya menggelengkan kepalanya, memandang ke arah ponsel dengan otak yang berpikir jika ia harus membiasakan diri dengan sikap puitis, *chessy* (murahan/memalukan), penggombal Rayyan.
"Baik, *tu me manques aussi* (**aku juga rindu kamu**)," jawab Eirene.
Panggilan dimatikan bersamaan jumlah detik dalam rekaman, "honey, share kan rekaman barusan di sosial media," ucap Eirene menyeringai membuat Honey tertawa renyah, "ha-ha-ha *this is my lovely*! Cara loe elegan untuk membalas berita tadi!"
Eirene beranjak dari duduknya, "ayo bangun! Kita harus siap-siap, besok Rayyan mau bawa gue ketemu sama keluarganya!"
"Pilihin baju Eyi ya, honey!" pintanya.
"*My pleasure baby*!"
.
.
.