ELOUISE

Damien menarik tangan El. Damien menatap dalam dalam mata coklat El.

"Kau tidak baik baik saja El", lirih Damien.

Damien berpikir El sebenarnya sedih atas kematian ibunya tetapi tak menunjukkannya. Tetapi Damien salah besar.

"Aku sangat baik baik saja Tuan.. aku sangat bahagia..dia sudah pergi", kata El pelan dengan sedikit senyuman samarnya.

Damien semakin menatap lekat mata El.

"Jadi kau senang ibumu meninggal?", tanya Damien heran.

"Sangat..aku terlihat jahat bukan?tapi aku benar benar senang dia pergi dariku selamanya..selamanyaaaa", kali ini El tersenyum lebar.

"Why?", tanya Damien dengan tingkat penasaran yang tinggi.

"I'm free now", kata El dan melepas tangannya dari Damien.

El berjalan santai dan Damien masih terdiam di tempatnya.

Dan akhirnya mereka berdua tiba di rumah. El langsung kekamarnya dan mandi kemudian bersiap siap ke kantor.

El masih memakai baju lamanya karena baju barunya ada di mobil Damien yang kemarin. Tetapi kali ini El membiarkan rambutnya terurai.

Damien memandangi El yang sedang makan. El makan dengan sangat lahap tak seperti biasanya.

Setelah selesai merekapun pergi ke perusahaan bersama. Damien menyuruh anak buahnya untuk mengambil mobil Damien yang diparkir di club semalam.

Jam makan siang, El mendatangi Damien di ruangannya.

"Apakah aku bisa memakai mobilnya lagi hari ini?", tanya El.

"Tidak..kau pulang bersamaku", kata Damien.

El tak bisa membantah perintah Damien.

"Baiklah", lalu dia kembali ke ruangannya.

Ketika jam pulang tiba, El menunggu Damien di lobby seperti biasanya.

Damien tampak keluar dari lift.

"Damien!!", teriak seorang wanita dari arah pintu lobby.

El melihat wanita itu memeluk Damien dan mencium bibirnya.

"I miss you", kata Amanda.

"Kita sudah putus Amanda", kata Damien datar.

"Kita bisa memperbaikinya..maaf..aku minta maaf..aku tidak akan seperti itu lagi padamu..tolong beri aku kesempatan..please", mohon Amanda.

"Sikapmu yang seperti ini yang membuatku semakin muak Amanda..pergilah", bentak Damien.

"I love you Damien..jangan tinggalkan aku", Amanda mulai merengek.

"Ooh shiiitt...", Damien semakin kesal dan melepaskan tangan Amanda dengan kasar lalu pergi.

"Ayo El", Damien memanggil El dan kemudian pergi bersama.

Amanda hanya bisa memandangi kepergian Damien.

Sepanjang perjalanan, Damien dan El hanya terdiam.

Karena sudah terlalu malam, jadi Damien memutuskan untuk makan diluar bersama El.

Damien menghentikan mobilnya di sebuah cafe kecil sederhana di pinggir jalan.

El mengambil baju dari tas belanjaannya.

"Apa yang kau lakukan?", tanya Damien sebelum membuka pintu mobil

"Aku akan ganti baju", kata El.

Lalu El keluar dari mobil dan langsung menuju toilet di restoran itu.

Damien memesan makanan dan kemudian El keluar dari toilet dan duduk di depan Damien.

Damien melihat baju yang dipakai oleh El. Dan El semakin seperti boneka dengan kulit bahunya yang seperti porselain.

Damien tidak mengetahui apapun tentang kehidupan El. Dan Damien merasa bahwa El adalah wanita yang susah ditebak dan rumit.

"Ceritakan tentang dirimu", kata Damien.

"Aku juga tidak tahu siapa diriku", kata El.

El memang merasa kehilangan jati dirinya sejak lama. Dia bahkan bingung ingin menjadi seperti apa sekarang.

El berpikir kematian ibunya akan membuat dirinya menemukan jati dirinya yang sebenarnya tetapi itu bukan hal yang mudah. El masih bingung pada dirinya sendiri.

Dia bingung menentukan arah kepribadiannya. Mentalnya ternyata sudah terlalu lama diinjak oleh Emily dan membuatnya masih stuck disana.