"Ku pikir dengan menikah dengan mu hidup Ku akan bahagia, nyatanya Kau hanya memberikan Ku luka yang sedalam ini." Alisa
Alisa menikah dengan Fahmi putra pemilik pesantren tempat ia mengenyam pendidikan. Pada awalnya rumah tangga mereka begitu bahagia dan harmonis apalagi kini sudah hadir buah cinta mereka berdua, seorang anak yang masih bayi berusia dua bulan.
Namun ternyata kebahagiaan pernikahan itu tak bertahan lama. Fahmi tergoda akan tahta dan wanita, ia berselingkuh dengan saudari kembar Alisa sendiri. Hingga pada akhirnya mereka kehilangan buah cinta mereka.
Alisa merasa putus asa karena mendapatkan ujian yang bertubi-tubi. Ia merasa lelah dengan hidupnya, dan terus menginginkan Tuhan agar membawanya pergi ke sisi-Nya.
Simak ceritanya dalam judul "Tuhan Bawa Aku Pulang." Karya DEWI KD. Jangan lupa untuk mendukung Author dalam bentuk Like dan Komentar kalian ♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi KD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Alisa dan Anisa mendapatkan kamar yang berbeda yang akan mereka tempati untuk tidur.
Alisa melangkahkan kakinya masuk pada sebuah kamar yang dimana di dalam kamar tersebut terdapat empat buah rajang tidur berukuran single.
Sepasang Tiga orang santri yang ada di dalam kamar itu terus saja tertuju pada Alisa dan mereka kemudian mendekati Alisa lalu tersenyum padanya.
"Santri baru ya ? Kenalkan, namamu Amira !"
"Aku Sinta !"
"Aku Dewi !"
Alisa menyambut uluran tangan mereka satu persatu.
"Alisa !"
"Dari daerah mana, Lis ?" tanya Amira
"Kota X." jawab Alisa apa adanya.
"Oh dari kota ya ! Pasti enak ya tinggal di kota !" kata Amira mengajak Alisa mengobrol.
Sedangkan Sinta dan Dewi kembali ke ranjang mereka masing-masing dan melakukan kegiatan mereka menghafalkan ayat-ayat Al Alquran yang akan mereka setorkan besok pada ustadzah mereka.
"Gak juga sih !" jawab Alisa kemudian ia membuka lemari dua pintu yang ada di samping ranjangnya, berniat ingin menyusun pakaiannya di dalam lemari tersebut.
"Kenapa pindah ke pesantren ?" tanya Amira kepo
Alisa hanya diam namun Amira hanya tersenyum kearahnya.
"Santai aja kali, nakal yaa !" tebak Amira yang membuat Alisa semakin diam.
"Kami juga anak-anak nakal disini, tapi sudah tobat !" Amira terkekeh.
"Semoga Kau nyaman disini ya ! Kalau ada apa-apa bilang saja sama Kami." kata Amira lagi, Alisa menatap Amira kemudian Dewi dan juga Sinta yang tersenyum kearahnya.
"Iya !" jawab Alisa tersenyum kearah mereka bertiga, ia kemudian melanjutkan kegiatannya menyusun pakaian dan barang bawaannya ke lemari tersebut.
Setelah selesai, Alisa merebahkan dirinya diatas tempat tidur yang berukuran single tersebut sembari menatap langit-langit kamar yang kini menjadi kamarnya.
"Satu tahun..." gumam Alisa, ia harus menjalani hari-harinya menjadi seorang santri selama satu tahun disini. Padahal ia sangat ingin dekat dengan kedua orang tuanya, namun apalah daya hidupnya kini harus ia lalui disebuah pesantren ini untuk sementara waktu.
Sore harinya, Alisa dan ketiga teman sekamarnya menunggu giliran mandi di kamar mandi umum sebab kamar mandi yang ada di kamar mereka rusak dan belum di renovasi.
"Kapan kamar mandi kita di renovasi ya ? Capek tahu ngantri terus tiap pagi sore disini !" kata Sinta bersuara.
"Enggak tahu tuh ! Sampe lebaran monyet kayaknya gak bakalan di renov !" jawab Dewi
"Shutt ! Gak boleh ngomong begitu !" ucap Amira menginginkan.
Sedangkan Alisa hanya diam saja mendengar percakapan mereka bertiga. Alisa kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain, dimana ia melihat saudari kembarnya berjalan seorang diri ke arah ke kantor pesantren.
"Mau apa dia ?" gumam Alisa pelan.
Saat Alisa tengah memperhatikan Anisa yang masuk ke dalam kantor tiba-tiba tangannya di tarik oleh Amira.
"Ayo mandi ! Keburu Maghrib nanti !"
Alisa kemudian mengikuti Amira masuk ke dalam kamar mandi. Ia lalu membersihkan dirinya. Setelah mereka selesai mandi, mereka pergi ke masjid untuk melakukan sholat Maghrib dan membaca Alquran bersama ustadzah yang menjadi guru mereka.
Hari berganti hari tak terasa sudah enam bulan berlalu, Alisa tinggal di pesantren, kehidupannya kini berubah drastis Alisa bukan lagi seperti yang dulu, nakal dan urak-urakan. Ia tumbuh menjadi gadis yang tertutup dan begitu Istiqomah di jalan Allah.
Lain halnya dengan saudari kembarnya, Anisa. Anisa hanya bertahan di pesantren selama satu Minggu. Kembarannya itu membuat drama seolah-olah ia jatuh sakit dan membuat kedua orang tuanya iba dan menyuruh Anisa kembali ke kota.
Kedua orang tua Alisa sama sekali tidak pernah menghubungi Alisa. Mereka seperti hanya terpaku memiliki anak yang bernama Anisa yang selalu mereka bangga-banggakan. Apalagi saat ini Anisa memenangkan juara olimpiade matematika tingkat nasional, Alisa melihat keberhasilan saudari kembarnya itu hanya lewat berita yang ditayangkan di televisi. Ia bisa melihat kedua orang tuanya begitu bangga dan sayang pada Anisa.
"Alisa ! Sini !" bisik Amira
Alisa mendekat pada Amira yang kini mereka berdua menjadi sahabat baik.
"Rindu Ibumu gak ?" bisik Amira
"Rindu sih, tapi sepertinya Ibu tidak Rindu padaku." jawab Alisa pelan.
Amira kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam buku, mata Alisa membulat sempurna ketika melihat benda yang di tunjukkan oleh Amira padanya.
"Pakailah, hubungi Ibumu." bisik Amira
Selama ini Amira menyimpan ponselnya agar tidak ketahuan, sebab para santri di pesantren tersebut tidak diperbolehkan membawa ponsel. Jika mereka merindukan kedua orang tua mereka, mereka bisa menggunakan telepon kantor pesantren.
"Kau membawa ponsel selama ini, tapi baru bilang padaku sekarang !" kata Alisa pelan.
Amira hanya terkekeh mendengarnya, ia kemudian meninggalkan Alisa sendirian di kamar.
"Jangan lupa simpan lagi ya !" ucap Amira sebelum ia menghilang di balik pintu kamar.
Alisa menatap benda pipih tersebut, ia kemudian menekan nomor ponsel Ibunya dan tersambung.
Zulaikha mengangkat panggilan dari nomor yang tak ia kenal tersebut dimana kini ia tengah berada di mobil bersama Rahman dan juga Anisa.
"Hallo !" ucap Zulaikha pelan
Alisa senang sekali mendengar suara Ibunya, ia sangat merindukan Ibunya itu. Belum sempat Alisa bersuara, tiba-tiba Alisa mendengar suara Ayahnya dan juga Anisa.
"Ayah janji kan, mau belikan Anisa mobil baru !"
"Tentu saja ! Kau anak Ayah yang sangat membanggakan ! Ayah akan belikan Kau mobil baru besok !"
"Yey ! Terimakasih Ayah !"
"Iya Sayang, Apapun akan Ayah berikan. Asal Kau jangan seperti Alisa !"
"Iya Ayah ! Aku mana mungkin seperti Alisa !"
"Nanti mobilnya jangan dipakai dulu ya, Nisa ! Kamu kan belum punya SIM !" ucap Zulaikha menimpali.
"Iya Bu !"
Alisa langsung menutup panggilan tersebut, Alisa merasa kecewa, ia pikir kedua orang tuanya merindukannya tapi ternyata mereka hanya fokus pada Anisa.
"Padahal Aku juga anak mereka." Alisa menangis dan memeluk kedua lututnya.
...****************...
cerita nya seru dan menarik
apa salah Alisa sama Anisa dan fahmi