NovelToon NovelToon
Panduan Menulis Novel Tema Isekai yang Juga Dapat Dipahami Slime

Menciptakan "Sensasi Visual"

Jumlah peserta 25
Sensasi visual adalah yang dicari pembaca. Lihat artikel ini untuk memahaminya lebih jauh!

"Scene sense" adalah dasar untuk mendeskripsikan gambar

Pembaca “memahami” cerita melalui informasi yang disampaikan dalam kata-kata, tetapi mereka perlu “merasakan” cerita melalui “gambar” yang dideskripsikan dalam kata-kata tersebut.

Fiksi imersif memungkinkan pembaca membayangkan adegan dengan detail dan menarik. Semua jenis adegan muncul di benak, dan karakter dalam novel menjadi sangat hidup.

Deskripsi yang membangun adegan dapat disebut sebagai “deskripsi adegan”.

Selain menggambarkan lingkungan tempat cerita berlangsung, deskripsi adegan memiliki banyak fungsi.

Misalnya: Menyampaikan gambar dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti.

Tujuan pertama dan terpenting dalam menyampaikan deskripsi adegan adalah untuk memberikan informasi yang akurat kepada pembaca sehingga mereka dapat memahami posisi karakter berada saat ini.


Novel yang mudah dibaca menuntut penulis untuk membawa pembaca ke dalam cerita, dan dengan deskripsi yang halus, mereka dapat dengan mudah membayangkan gambar yang sesuai di dalam pikiran mereka. Pondasi dari konstruksi gambar berasal dari persepsi kita tentang dunia di sekitar kita.


Saat kamu berada di stasiun dalam perjalanan ke tempat kerja atau sekolah, saat kamu berbelanja di supermarket, atau saat kamu berjalan-jalan di gang kecil. Bagaimana perasaan kamu tentang pemandangan yang kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari? Kamu mungkin merasa bosan dengan keramaian di stasiun, atau merasa sepi ketika supermarket tutup. Ingat perasaan-perasaan ini dan ungkapkan dengan kata-kata sambil berimajinasi bahwa kamu memegang kamera di tangan, dan sedang mengambil gambar - dengan akurat mengekspresikan suasana dan detail gambar, itu akan membantumu dalam menyampaikan emosi saat itu.

Pertarungan intens yang ditunggu pembaca.


Menggunakan Teknik Untuk Menulis Adegan yang Hidup

Menggunakan panca indera untuk meningkatkan kemampuan ekspresif

Dari kelima indra manusia, penglihatan sering digunakan untuk mendeskripsikan adegan. Ini mungkin karena orang cenderung hanya fokus pada apa yang dapat mereka lihat. Jika informasi dapat diperoleh dari penglihatan, setidaknya kita bisa mendeskripsikan adegan dengan baik. Namun, mari melangkah lebih jauh dan menyoroti informasi non-visual. Penambahan informasi non-visual meningkatkan realisme adegan. Saat kamu melewati taman, terdengar riuh anak-anak (pendengaran); saat kamu melewati toko ayam panggang, tercium aroma ayam panggang (penciuman). Kebanyakan orang memiliki pengalaman ini. Sangat mudah untuk menemukan bahan untuk mendeskripsikan sebuah adegan dengan mengingat pengalaman sendiri. Misalnya: Saat kamu berjalan ke gang sempit, kamu akan melihat pepohonan hijau, sehingga kamu tidak akan terpikir bahwa kamu sedang berada di kota. Melalui terowongan hijau, di depan kamu ada toko roti dengan dinding putih yang redup. Melalui jendela besar, kamu dapat melihat meja konter yang dipenuhi dengan roti dan baguette. Melalui dedaunan hijau yang segar, sinar matahari masuk melalui celah-celah dan menyinari pintu toko. Dari jendela kecil yang terbuka terdengar suara piano yang tenang. Aku mendengarkan dengan seksama, hanya terdengar satu suara bel pintu berbunyi, dan seorang pelanggan keluar. Pada saat yang sama, aroma gandum menerpa ke dalam hidung. Aku tidak bisa menahan diri untuk masuk ke dalam toko, dan aroma manis roti panggang tercium dari belakang. Pemilik toko membawa piring roti yang baru saja dipanggang ke area penjualan. Menggunakan indera untuk mengekspresikan poin dalam contoh kalimat di atas, setiap paragraf menggambarkan informasi dari indera yang berbeda. Paragraf pertama adalah informasi yang didapat secara penglihatan, seperti “gang sempit” dan “pepohonan hijau”. Paragraf kedua adalah informasi yang diperoleh melalui pendengaran, seperti "piano" atau "bel pintu". Paragraf ketiga adalah informasi yang diperoleh dari indera penciuman, seperti “aroma roti”. Intinya adalah menggabungkan berbagai jenis indera ini ke dalam tulisan dengan cara yang koheren, bukan dengan cara penyajian yang terputus-putus. Cobalah untuk tidak membanjiri tulisan dengan informasi, tetapi ringkaslah agar lebih mudah untuk membayangkan gambaran dalam pikiranmu.


Saat mendeskripsikan adegan fiksi, pentingnya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti

Menulis tentang pengalaman pribadi yang pernah dialami memang tidak sulit. Namun, jika harus mendeskripsikan sesuatu yang belum pernah dialami, tentunya akan lebih sulit. Proses menulisnya sebenarnya hampir sama, yaitu membayangkan adegan dalam pikiran. Yang penting adalah membayangkan sebuah tempat fiksi dalam pikiranmu dan mencoba merasakan pengalaman serta perasaan di dalamnya. Coba masukkan karakter dalam cerita. Berpura-puralah kamu meminjam tubuh karakter, dan gunakan semua inderamu untuk menerima informasi dan mendeskripsikannya. Sebagai contoh: Ketika aku keluar dari mesin waktu, aku melihat pemandangan yang menakjubkan. Gedung pencakar langit menjulang tinggi ke langit, dan strukturnya terlihat samar-samar. Orang-orang naik eskalator otomatis tanpa batas dari satu tempat ke tempat lain, eskalator tersebut melewati tabung transparan. Terlihat mobil-mobil terbang aerodinamis berlalu lalang dari sudut mataku, mobil-mobil yang sama juga terlihat sedang mengantri di depan gedung. Orang-orang keluar dari gedung, membuka pintu mobil dengan sesuatu yang tampak seperti jam tangan pintar, kemudian masuk ke dalam mobil, dan terbang. Siapa yang bisa membayangkan, hanya dalam 30 tahun, kita akan memiliki masa depan seperti ini ...." Aku merasa kagum. Ketika menulis adegan fiksi, penting untuk "mendeskripsikan dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh siapa saja". Ketika mendeskripsikan adegan yang dilihat oleh seorang pemuda yang menggunakan mesin waktu untuk melihat masa depan 30 tahun kemudian, dia menggunakan kata-kata “eskalator otomatis tanpa batas” atau “mobil terbang aerodinamis” yang dapat dimengerti oleh siapa saja. Jika kamu menggunakan banyak istilah teknis di sini, kecuali kamu adalah seorang ahli di bidang tersebut, maka akan sulit bagi pembaca untuk mengerti apa yang kamu maksud. Misalnya, eskalator stepless yang umum di bandara disebut”eskalator otomatis”. Sedangkan “mobil terbang” sebenarnya disebut “skydrive”, tetapi kedua mobil ini tidak biasa ditemui. Tugas utama kamu adalah membuat pembaca secara alami memahami dan menikmati cerita tersebut, jadi usahakan hindari penggunaan istilah dan jargon. Bahkan oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan khusus, juga lebih baik untuk menghindari istilah teknis. Kamu perlu menjelaskan kembali adegan dengan bahasa yang mudah dimengerti, karena pembaca yang tidak tahu apa-apa juga perlu bisa langsung memahami adegan tersebut. Jika cerita yang kamu tulis terjadi di dunia lain, seperti cerita fiksi ilmiah atau fantasi di atas, kamu perlu mendeskripsikan adegan tersebut dengan lebih detail untuk dapat menyampaikannya kepada pembaca. Namun, semakin detail kamu menulis, semakin besar kemungkinan untuk menjauhkan pembaca dari cerita. Hindari menulis kalimat yang memberi kesan bahwa kamu sedang memamerkan pengetahuanmu.


Hanya menjelaskan secara detail di bagian-bagian yang penting saja

Dalam fiksi komersial, hal yang paling tidak diinginkan adalah menggunakan deskripsi yang panjang dan memperlambat alur cerita, itu akan menyebabkan pembaca berhenti membaca. Bahkan dalam deskripsi adegan, sebaiknya dihindari jika tidak benar-benar diperlukan. Namun, jika kamu terbiasa menghindari menyertakan rincian pada saat biasa, kamu mungkin akan kesulitan menulis rincian pada saat diperlukan.

Jika kamu gagal menyampaikan gambaran adegan yang sebenarnya yang ingin kamu sampaikan kepada pembaca, maka itu akan kehilangan makna. Kamu perlu menguasai keterampilan yang memungkinkan kamu untuk menulis rincian saat diperlukan. Pertama, tantang diri kamu untuk melihat bagaimana kamu akan mendeskripsikan pemandangan kota, karakter, dan perilaku hewan. Kemudian, kamu akan berpikir untuk menggunakan inderamu untuk menulis tentang informasi yang kamu baca. Biasakan menggunakan mendeskripsikan apa yang kamu lihat, dengar, kecap, raba, dan rasakan dengan kata-kata. Kosakata adalah kunci untuk meningkatkan kemampuan dalam mendeskripsikan adegan, jadi pelajari berbagai frasa. Jika kurangnya kosakata saat mendeskripsikan adegan, tidak hanya akan sulit bagi pembaca untuk memahami apa yang kamu deskripsikan, tetapi kamu juga cenderung menggunakan ungkapan yang sama. Jika kamu menggunakan ungkapan yang menonton, pembaca akan merasa bosan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperluas kosa kata Anda secara teratur untuk menemukan kata-kata yang paling imajinatif untuk situasi tertentu. Berlatihlah menggunakan cara yang berbeda untuk mendeskripsikan pemandangan yang serupa, dan kemampuan kamu dalam mendeskripsikan akan terus meningkat dengan stabil. Dalam arti lain, apakah pembaca dapat tenggelam dalam novel yang kamu tulis, itu bergantung pada kemampuanmu dalam mendeskripsikan adegan. Jika kamu terus-menerus hanya mendeskripsikan hal-hal tanpa relevansi, alur cerita akan melambat. Namun, jika terlalu banyak dihilangkan, imajinasi pembaca akan terbatas. Agar dapat menulis adegan yang mengesankan pada saat yang tepat, kamu harus secara sering melatih kemampuanmu dalam mendeskripsikan adegan secara mendetail.


Inti dari Sensasi Visual

Inti dari sensasi visual adalah untuk mengarahkan imajinasi pembaca melalui kata-kata.

Memiliki sensasi visual saja tidak cukup, jika ingin melangkah lebih jauh, kamu perlu memahami inti dari sensasi visual, dan bagaimana sensasi visual berkontribusi dalam proses pembuatan cerita. Jika kita mengesampingkan alur cerita spesifik dan hanya menganalisis bagaimana menggambarkannya, apa gunanya? Pertanyaannya adalah "Bagaimana menciptakan sensasi visual dalam menulis novel?"


Membangun citra visual yang menarik membangkitkan imajinasi yang menyenangkan.


Pertama-tama, kamu perlu mengetahui satu hal, kapan kamu membutuhkan sensasi visual dalam proses menulis novel, dan sensasi visual seperti apa yang kamu butuhkan?

Contoh umum seperti "suatu peristiwa".

Sang protagonis sedang sibuk dengan urusannya sendiri, dia tiba-tiba mendengar seseorang berseru di luar jendela, kemudian dia mencondongkan tubuh ke luar jendela dan melihat sebuah piring terbang mendarat di lapangan.

Pada saat ini, gambaran apa yang dilihat oleh sang protagonis memerlukan tingkat sensasi visual tertentu agar pembaca dapat memahami adegan tersebut, dan bersiap untuk perkembangan ke alur cerita selanjutnya.

Jika alur cerita ini terus dikembangkan. Terlihat protagonis mengulurkan tangannya dan menunjukkan jari tengahnya ke piring terbang, sambil mengumpat dalam kekesalan. Kemudian, dia dengan cepat berbalik dan mulai merakit dengan menggunakan magnet, kawat, dan alat di atas meja. Perlu dicatat bahwa pada saat ini, deskripsi berfokus pada “tindakan karakter”. Yang kamu butuhkan tidak lagi hanya sekadar "bingkai beku", dan deskripsinya tidak lagi terbatas pada deskripsi adegan saja. Sekarang, kamu perlu menangkap beberapa “snapshots gerakan berkelanjutan,” bayangkan seperti presentasi “PowerPoint” atau “slideshow.”

Pertama, protagonis mengulurkan tangannya dan menunjukkan jari tengah ke piring terbang - ini adalah satu “snapshot”. Kemudian, protagonis berbalik dan mulai merakit komponen-komponen yang berada di atas meja - ini adalah snapshot lainnya.

Terakhir, perakitan komponen-komponen selesai, dan protagonis mengangkat sebuah kumparan yang terbuka, sekrup yang bergoyang, sebuah “meriam elektromagnetik” yang penuh dengan gaya ciptaan sendiri - ini adalah “snapshot” lainnya.


Ketiga “snapshot” ini digabungkan menjadi “rangkaian gerakan berkelanjutan,” yang juga berfungsi sebagai penggambaran “sensasi visual”.

Jika cerita berlanjut, protagonis mengangkat meriam elektromagnetik buatannya, merangkak di atas ambang jendela, menundukkan kepala untuk membidik, menarik pelatuknya tanpa mengedipkan matanya. Pada saat ini, fokusnya tidak lagi pada “gambar,” tetapi pada tindakan “dinamis.” Tindakan-tindakan protagonis seperti “mengangkat”, “merangkak”, “membidik”, dan “menekan” adalah gerakan berkelanjutan, dan tidak ada banyak ruang untuk mendeskripsikan setiap gerakan secara detail. Yang dibutuhkan sekarang adalah deskripsi yang mengalir mulus dari “awal” hingga “akhir.”


Protagonis menepuk tangan, memasang kacamata pelindung, mengangkat meriam elektromagnetik yang berapi-api, mengacungkan jempol besar untuk menghitung jarak, dan menyesuaikan posisi meriam. Dia membidik dalam posisi setengah berlutut, menempelkan pipinya pada dukungan senapan, menyipitkan sebelah mata, dan tanpa ragu menekan pelatuk. Serangkaian aksi ini juga merupakan bentuk dari sensasi visual, yang memungkinkan pembaca untuk dengan mudah membayangkan seluruh proses dan pergerakan aksi protagonis.

Akhirnya, meriam elektromagnetik ditembakkan, peluru mengenai piring terbang alien. Awan berbentuk jamur perlahan-lahan muncul, hanya menyisakan bercak hitam hangus di lapangan. Pada saat ini, ritme kembali melambat, memberikan deskripsi "close-up" pada adegan tersebut.

Melalui contoh-contoh di atas, dapat diketahui bahwa “sensasi visual” dalam novel tidaklah terbatas pada satu cara atau teknik penulisan. Hal ini harus dipertimbangkan berdasarkan alur cerita dan situasi yang ada.

Dalam kebanyakan kasus, gaya penulisan “naturalistik” yang menampilkan semua detail secara lengkap, jarang digunakan dalam novel. Sebagian besar waktu, kita secara tidak sadar akan mendeskripsikan kejadian dan latar belakang dari sudut pandang “penulis”. Namun dalam novel, penting untuk mempertimbangkan siapa yang melihat, mendengar, memikirkan, atau menceritakan adegan tersebut.

Mari kita kembali ke contoh sebelumnya. Pada adegan pertama, protagonis mengintip keluar jendela dan “melihat” piring terbang mendarat di lapangan, jadi itu adalah sudut pandang “protagonis”, dan protagonis adalah naratornya. Namun, pada adegan terakhir, kita memilih sudut pandang seorang pengamat. Mungkin itu adalah salah satu siswa di lapangan atau bahkan sudut pandang dari Tuhan. Melalui sudut pandang mereka, kita melihat seberkas cahaya oranye-merah menembaki piring terbang, menyebabkan ledakan, awan jamur, tanah hangus, dan puing-puing berserakan.


Ini juga merupakan bagian yang sangat penting dari sensasi visual - "pemilihan sudut pandang".

...

Sensasi visual sesungguhnya adalah elemen yang sangat penting dalam membuat pembaca untuk lebih mudah membayangkan adegan melalui kata-kata.


Kata-kata tidak dimaksudkan untuk menyajikan semua detail dari suatu adegan dengan sangat rinci seperti dalam gambar atau video. Sebaliknya, kata-kata harus memiliki dimensi yang lebih luas untuk membiarkan pembaca membayangkan sendiri dan melepaskan imajinasinya, bukan memberikan gambaran yang sangat jelas dan eksplisit tentang bagaimana sesuatu terlihat.


Ketika menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu, seperti “seekor laba-laba,” pembaca dapat membayangkan laba-laba dengan kaki yang panjang yang merajut jaring, laba-laba berukuran besar yang menangkap burung, atau laba-laba serigala yang berbulu lebat. Kata-kta memberikan “tanda” kepada pembaca, dan dari situ pembaca akan membentuk imajinasinya sendiri, itulah asal muasal “sensasi visual”.

Semakin spesifik “tanda” yang diberikan, semakin banyak informasi yang akan diterima pembaca, sehingga sensasi visual yang terbentuk menjadi lebih kaya dan jelas. Oleh karena itu, hampir semua deskripsi yang memberikan informasi kepada pembaca dapat menciptakan sensasi visual yang diinginkan.


Misalnya, dalam mendeskripsikan adegan besar seperti tata letak ruangan, dekorasi, dan gaya interior, atau ketika memperkenalkan karakter dengan tinggi badan, bentuk tubuh, bentuk wajah, gaya berpakaian, tata rias, warna rambut, ekspresi, nada bicara, atau gerakan berjalan, semakin banyak informasi yang diberikan, semakin kuat sensasi visual yang akan tercipta.

Dengan demikian, cara ini dapat membuat cerita lebih menarik bagi pembaca, meninggalkan kesan dan menghasilkan kenangan yang kuat kepada pembaca.


Teknik-teknik ini bisa digunakan untuk segala jenis alur cerita. Jadi, bayangkanlah adegan ini dalam pikiranmu...


Selain itu, dalam sensasi visual, teknik-teknik deskripsi seperti metafora, personifikasi, perumpamaan, eksagerasi, paralelisme, kontras, perbedaan, metonimi, simbolisme, dan lainnya sering digunakan untuk membantu mencapai tujuan ini, yaitu membantu pembaca untuk bisa membayangkan dengan lebih baik.

Berbicara tentang ini, banyak orang cenderung salah memahami bahwa dalam deskripsi, semakin banyak informasi yang diberikan maka akan semakin baik, atau berusaha untuk mencantumkan banyak pilihan ketika memperkenalkan karakter. Namun, dalam mendeskripsikan dalam sebuah novel, ada satu titik yang sangat penting, yaitu menangkap “karakteristik suatu objek”.

Misalnya, ada seorang karakter bernama Adit, yang memiliki penampilan biasa-biasa saja, berpakaian biasa-biasa saja, memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi atau pendek, dan tidak terlalu gemuk atau kurus. Coba beritahu aku, apakah pembaca bisa membayangkan karakter Adit dengan deskripsi semacam ini?

Sekarang, bayangkan Adit memiliki penampilan yang menawan,berpakaian rapi mengenakan setelan jas yang elegan, memiliki tinggi badan 1,8 meter, dan memiliki gaya rambut yang rapi. Gambaran karakter Adit yang diberikan melalui deskripsi ini pasti lebih jelas, bukan?


Setidaknya, informasi tentang setelan jas, tinggi badan 1,8 meter, dan gaya rambut sudah menjadi ciri khas yang jelas pada karakter tersebut, lebih jelas daripada contoh sebelumnya.

JIka kita terus melangkah lebih jauh, Adit memiliki sepasang mata phenix yang sempit, fitur wajah yang tegas dan tajam, mengenakan kacamata bisnis tanpa bingkai. Ia selalu mengenakan setelan jas buatan tangan dari Italia, tinggi badan 1,8 meter dengan kaki yang panjang, dan rambutnya selalu rapi. Di tangan kirinya, ada sepotong jaring kelingking yang putus separuh, dan ia memakai jari palsu dari emas murni. Di dalam saku baju setelannya selalu ada sebuah jam saku yang sederhana.

Kamu akan menemukan bahwa dengan deskripsi yang lengkap seperti ini, pembaca akan paling mengingat “jari putus” milik Adit. Karena karakteristik ini paling unik dan paling mencolok, membuat karakter Adit tidak biasa dan lebih mudah diingat oleh pembaca, dan menciptakan gambaran tentang Adit.

Rekomendasi Terkait: Panduan Menulis Novel ACGN
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!