Di kota kecil Eldridge, kabut tidak pernah hanya kabut. la menyimpan rahasia, bisikan, dan bayangan yang menolak mati.
Lisa Hartman, gadis muda dengan kemampuan aneh untuk memanggil dan mengendalikan bayangan, berusaha menjalani hidup normal bersama dua sahabat masa kecilnya-Ethan, pustakawan obsesif misteri, dan Sara, sahabat realistis yang selalu ingin mereka tetap waras.
Namun ketika sebuah simbol asing muncul di tangan Lisa dan bayangan mulai berbicara padanya, mereka bertiga terseret ke dalam jalinan rahasia tua Eldridge: legenda Penjaga Tabir, orang-orang yang menjadi pintu antara dunia nyata dan dunia di balik kabut
Setiap langkah membawa mereka lebih dalam pada misteri yang membingungkan, kesalahpahaman yang menimbulkan perpecahan, dan ancaman makhluk yang hanya hidup dalam bayangan. Dan ketika semua tanda mengarah pada Lisa, satu pertanyaan pun tak terhindarkan
Apakah ia pintu menuju kegelapan atau kunci untuk menutupnya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GLADIOL MARIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA CORMAC
Matahari tidak pernah benar-benar bersinar penuh di Eldridge. Pagi hanya berarti kabut menjadi lebih tipis, berubah dari abu-abu gelap menjadi putih pucat. Dari jendela apartemen kecil di lantai dua, kota tampak sepi—seperti lukisan tua yang ditinggalkan terlalu lama di ruang lembap.
Lisa duduk di meja kayu dekat jendela. Rambutnya berantakan, kulit wajah pucat, dan matanya merah karena hampir tidak tidur semalaman. Tangan kanannya tergeletak di atas meja, telapak menghadap ke atas.
Simbol itu masih ada. Tidak hilang, tidak memudar—justru makin jelas, dengan garis bercabang yang merambat ke pergelangan tangan.
Ia menatapnya dengan perasaan bercampur: takut, muak, sekaligus penasaran. Bayangan di bawah kursinya bergoyang pelan, seolah mengikuti setiap detak jantungnya.
“Lis, kau sudah minum sesuatu?” Sara muncul dari dapur kecil, masih memakai kaos tidur lusuh dan rambut acak-acakan. Ia meletakkan secangkir kopi di meja.
Tangannya gemetar sedikit, dan Lisa bisa tahu temannya itu juga tidak benar-benar tidur.
Lisa menggeleng. “Aku nggak bisa menelan apa pun. Rasanya perutku kosong, tapi mual.”
Sara duduk di kursi seberang, menatap telapak tangan Lisa dengan sorot cemas.
“Itu… makin parah. Tadi malam aku pikir cuma… mimpi buruk. Tapi sekarang—” ia menelan ludah, “aku bahkan nggak tahu apakah kau masih… kau.”
Lisa mengangkat pandangan, menatapnya. “Aku masih aku, Sar. Aku janji. Tapi aku juga tidak bisa mengingkari ini.” Ia menutup tangannya, berusaha menyembunyikan simbol itu, tapi bayangan di lantai merambat keluar, menolak ditutupi.
Sara memukul meja pelan. “Kita harus pergi dari kota ini. Sekarang. Eldridge jelas-jelas—kutukan, eksperimen, aku nggak peduli. Kita tinggalkan semua ini sebelum makin buruk.”
Lisa menunduk. “Pergi ke mana? Kalau yang memanggilku bukan cuma dari kota ini? Kalau aku membawanya pergi bersamaku?”
Sara terdiam, wajahnya makin pucat.
Pintu kamar terdengar berderit. Ethan keluar, masih dengan baju semalam, rambut hitam berantakan. Ia membawa beberapa lembar kertas lusuh dan buku catatan. “Kita tidak bisa pergi. Setidaknya bukan sebelum kita tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Sara langsung berdiri. “Oh, tentu saja. Pustakawan obsesif dengan misteri. Bahkan setelah hampir mati tiga kali, kau masih mau main petualangan horor?”
Ethan tidak menjawab langsung. Ia menaruh catatan di meja, lalu menunjuk sebuah nama yang ditulis dengan tinta pudar: Cormac Elwyn.
“Aku menemukan ini di arsip bawah perpustakaan minggu lalu. Catatan ayahku menyebut nama yang sama. Dan sekarang buku itu—jurnal Cormac—muncul sendiri di hadapan kita. Kau pikir semua ini kebetulan?”
Lisa meraih lembaran itu, matanya menyipit.
Tulisan tangan pudar, sebagian sulit dibaca.
Tapi di antara kata-kata kabur itu, ada frasa yang jelas: Custodian of the Veil.
“Apa maksudnya?” Lisa berbisik.
Ethan menghela napas. “Ayahku percaya ada orang-orang yang ditunjuk… entah oleh kota, atau sesuatu yang lebih tua dari kota ini… untuk menjaga batas antara dunia kita dan—”
“Berhenti.” Sara mengangkat tangannya. “Aku nggak mau dengar dongeng lagi. Aku mau solusi nyata. Kita ambil mobil, kita keluar dari Eldridge, selesai.”
Ethan menatapnya tajam. “Kalau Lis benar-benar custodian, dia tidak bisa lari. Bayangan itu akan mengikuti. Kau tahu sendiri, mereka sudah masuk ke apartemen ini. Apa menurutmu jarak sepuluh atau seratus kilometer akan menghentikan mereka?”
Sara membuka mulut, lalu menutupnya lagi. Tangan gemetarnya mencengkeram cangkir kopi. “Aku… aku cuma nggak mau kehilangan kalian.”
Lisa terdiam, hatinya perih mendengar itu. Ia meraih tangan Sara di atas meja. “Aku juga takut, Sar. Tapi aku tidak bisa berpura-pura ini tidak ada. Kalau aku benar-benar pintu, kalau aku punya… hubungan dengan mereka… aku harus tahu apa artinya.”
Ethan menatapnya dalam. “Dan untuk itu, kita butuh Cormac.”