Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Alexis masuk ke kamar kecil di toilet itu. Tidak berapa lama Alexis keluar tanpa curiga apapun.
Namun tiba-tiba, sebuah tangan melayang tepat ke arah nya. Alexis yang punya insting dan terlatih dalam seni beladiri tentu saja memiliki refleks yang cepat.
Alexis menghindar dengan cepat dari serangan itu. Jika tidak, sudah pasti kepalan tinju akan mengenai wajahnya.
"Kau?!"
"Kenapa? Waktu di mal kamu begitu bersemangat menampar ku, kan?"
Alexis tersenyum miring. "Hanya pengecut yang main tipu. Dan hanya orang bermuka dua yang mau melakukan hal itu."
"Apa maksudmu?"
"Tidak ada, jika kamu memang jago, jangan main tipu-tipuan. Ayo lawan aku!"
Merlin merasa tertantang. Dia mengepalkan tangannya kuat lalu tanpa berkata apa-apa pun langsung melayangkan tinjunya ke arah Alexis.
Alexis menghindar dengan hanya mencondongkan kepalanya ke samping. Merasa pukulan nya tidak mengenai sasaran, Merlin kembali menyerang.
Kali ini Merlin semakin beringas. Mengingat waktu di mal dia permalukan oleh Alexis. Jadi saat melihat Alexis, dendam nya bangkit.
Beberapa kali Merlin melayang kan pukulan, namun tidak ada satupun yang mengenai Alexis.
"Sekarang giliran ku," ucap Alexis sambil melayangkan tinjunya ke wajah Merlin.
"Aaakh...!" Merlin berteriak kesakitan. Merlin merasa ada yang mengalir dari lobang hidungnya.
"Sialan kau...!" Pekik Merlin sambil mengumpat.
Alexis hanya tersenyum, kemudian dia mengisi air ke dalam wastafel. Setelah cukup, Alexis menjambak rambut Merlin.
Merlin hanya menjerit dan menurut saat Alexis menarik rambutnya. Kemudian Alexis membenamkan wajah Merlin ke wastafel yang berisi air.
Beberapa detik, Alexis mengangkat wajah Merlin. Kemudian membenamkan nya lagi. Begitulah seterusnya hingga berulang-ulang.
Merlin mulai lemas, barulah Alexis melepaskan nya. Merlin terduduk di lantai toilet, kemudian Alexis berjongkok lalu berbisik.
"Ini belum seberapa, aku buat kamu tersiksa secara perlahan-lahan," ucap Alexis sambil berbisik.
Merlin yang tidak mengerti apa yang di maksud oleh Alexis pun hanya terdiam. Namun terlihat jelas dari sorot mata Alexis seperti menyimpan dendam.
Alexis segera mencuci tangannya dengan sabun. Alexis tidak ingin ada bakteri menempel di tangannya.
Baginya sekarang, Merlin adalah benalu yang perlu di singkirkan. Namun, Alexis tidak ingin terburu-buru. Dia akan membuat Merlin tersiksa secara perlahan-lahan.
Alexis keluar setelah mengeringkan tangannya. Sedangkan Merlin masih terduduk lemas di lantai toilet.
"Kenapa lama?" tanya Raymond pura-pura tidak tahu.
"Ada sedikit gangguan, jadi aku beresin dulu," jawab Alexis tanpa merasa bersalah.
"Makan dulu, nanti keburu dingin. Setelah ini kita kembali ke perusahaan ku," kata Raymond.
Jason tidak bisa berkata apa-apa lagi. Perhatian yang di tunjukan oleh tuan nya bukan perhatian yang biasa.
Walau pun, mungkin bagi kebanyakan orang itu adalah hal biasa, namun tidak bagi Jason yang sudah bertahun-tahun ikut dengan Raymond.
Profesor Ar yang melihat Alexis baik-baik saja pun merasa khawatir dengan Merlin. Apalagi Merlin belum kembali dari toilet.
Alexis tersenyum tipis tanpa di sadari oleh siapapun saat melihat profesor Ar terlihat sedikit panik.
Alexis terus saja makan hingga makanan nya pun habis. Raymond kemudian mengelus rambut kepala Alexis dengan lembut.
"Uhuk ... uhuk ... uhuk." Jason yang sedang minum air pun tersedak melihat perlakuan tuan nya yang semakin tidak biasa.
"Pelan-pelan Tuan," kata Alexis pada Jason. Jason hanya mengangguk lalu mengelap bibirnya dengan tisu.
"Bayar sana!" pinta Raymond pada Jason.
"Panggil saja pelayan nya, nanti juga di bawakan struk pembayaran dan mesin EDC," kata Alexis.
Raymond melambaikan tangannya kepada pelayan. Pelayan langsung mengerti. Dan benar saja, pelayan datang dengan membawa struk pembayaran dan mesin EDC.
"Ini struk nya, Tuan mau bayar pakai apa? Gesek, tunai, atau barcode scanner?" tanya pelayan itu.
Raymond tidak menjawab, ia langsung memberikan kartu hitam miliknya. Pelayan langsung menggesek nya dan mengucapkan terima kasih setelah pembayaran selesai.
Raymond pun mengajak Alexis untuk kembali ke perusahaan nya. Raymond meminta sertifikat apartemen milik Alexis agar mudah untuk mengusir Merlin dari tempat itu.
"Aku tidak bawa, besok aku bawa dan langsung pindah ke apartemen," kata Alexis.
Raymond mengangguk dan tersenyum. Sikapnya yang biasanya dingin, sekalinya tersenyum manis malah membuat Jason merinding. Mereka pun akhirnya masuk ke mobil dan akan kembali ke perusahaan.
Sementara di toilet, profesor Ar langsung mengangkat tubuh Merlin yang terlihat lemas. Profesor Ar langsung membawa Merlin ke rumah sakit.
"Aku tidak menyangka kalau cewek itu ternyata bisa beladiri. Padahal terlihat sangat lemah," kata Merlin dengan nada lemah.
"Sudah, jangan banyak bicara. Yang penting sekarang obati dulu luka mu," ujar profesor Ar.
Merlin akhirnya terdiam dan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi penumpang. Profesor Ar langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
Sementara Raymond, Alexis, dan Jason sudah tiba di perusahaan. Alexis langsung pamit pulang, karena dia akan mengemasi barang-barang nya untuk pindah besok.
"Apa Tuan menyukai cewek itu?" tanya Jason pelan.
"Jangan ngaco, mana ada," jawab Raymond lalu segera masuk ke dalam gedung perusahaan.
"Eeh tunggu!" Jason berlari cepat karena pintu lift hampir tertutup. Beruntung Jason sempat, jika tidak ia akan di tinggal.
"Tuan, kalau suka kenapa harus di sembunyikan? Menurut ku nona Alexis tidak terlalu buruk. Dan masih terlihat seperti gadis walau sudah menikah," ujar Jason.
"Bicara sembarangan lagi, aku pangkas semua bonus mu," kata Raymond.
Jason langsung bungkam dengan memperagakan seolah menutup resleting di celana.
Sementara Alexis masih dalam perjalanan pulang. Dia tidak menyangka segala urusannya bisa berjalan lancar.
Masalah perceraian, walaupun masih harus menunggu selama 30 hari, namun baginya itu sudah beres semua.
Jadi dia tidak punya ikatan apa-apa lagi dengan Damian dan keluarganya. Alexis sekarang merasa bebas dari keluarga toksik itu.
Saat tiba di rumah, Alexis sudah di sambut oleh Meri dan Annette yang memang sudah menunggunya.
Meri langsung maju dan melayangkan tamparan kepada Alexis. Alexis yang baru masuk pun kaget, namun dengan refleks menangkap tangan Meri.
"Kebiasaan keluarga ini main tangan dan kekerasan," kata Alexis.
"Kamu, sudah bercerai dengan anakku, tapi masih saja menghambur-hamburkan uang nya," kata Meri.
"Huh, jangan salah Nyonya, aku beli semuanya sepeserpun tidak menggunakan uang anak mu," ujar Alexis.
"Lalu, darimana kamu dapat uang sebanyak itu? Oh, aku tahu, kamu pasti jadi simpanan pria kaya, ya kan?"
"Memang kenapa kalau aku jadi simpanan pria kaya, daripada anak mu yang tidak berguna itu."
"Kamu...!" Meri menuding jari telunjuknya ke Alexis. Namun Alexis tidak perduli dan terus berlalu naik ke atas.
Tapi sebelum dia naik, Alexis memanggil pelayan untuk datang ke kamarnya. Pelayan setia nya pun menurut.