Sentuh Aku, Mafia Bastard

Kediaman keluarga Scott.

Helena telah kembali sesuai dengan permintaan daddy-nya, bagaimana pun ia mengelak ia tetap tak mungkin bisa menolak tanpa alasan yang jelas.

Helena menemui Edward setelah pihak dari perusahaan Nicholas telah berlalu pergi dari sana.

Entah ini permainan Nick atau bukan, yang jelas setelah terlibat dengannya, Helena benar-benar dibuat tak bisa berlari kemana-mana. Kabur dari posisi asisten pribadi juga ia pada akhirnya tetap akan bertemu dengan pria itu karena terjalinnya kerjasama di antara perusahaan Edward dan Nick.

"Oke, aku setuju dengan permintaan daddy agar terlibat dalam pekerjaan ini, tapi aku tak akan pulang ke rumah. Jadi kita hanya bertemu di perusahaan saja.." Jelas Helena tanpa basa-basi.

Edward dan Luna saling tatap mendengar pernyataan putrinya.

"Apa maksudnya sayang? Kau pergi dari rumah!?.." Selidik Luna menatap penuh intimidasi.

Helena menggigit bibir bawahnya, bagaimana ia menyelesaikan ini? Ia harus tetap tenang agar semuanya terselesaikan sesuai rencana dan semuanya terkendali juga.

"Dad, mom.. Aku tidak pergi, aku sedang mengurus hal lain juga yang cukup penting. Jadi, untuk sementara waktu aku harus melakukan itu."

Edward mengerutkan kening. Putrinya memang memiliki bisnis yang bergerak di bidang design, tapi tak biasanya ia sampai seperti ini. "Daddy mengizinkan mu jika itu penting, tapi jangan seperti tadi!. Kau terlibat dalam proyek kerjasama dengan Nick tapi kau malah datang terlambat.. Bahkan tak ada pertemuan, dan dalam etika itu lancang."

Helena menggaruk kepala tak gatal, perasaannya dibuat tak karuan. "Iya dad, mulai sekarang jangan khawatir.."

"Ya, daddy pegang ucapanmu.."

Setelah menghabiskan beberapa saat mengobrol dengan keluarga, Helena bergegas untuk menemui paman Bill yang baru saja selesai mengobrol dengan daddy-nya juga.

Bill yang satu-satunya tahu rencana Helena tentu sangat mengkhawatirkan keponakannya itu. Mereka mencari tempat lain agar tak didengar oleh siapapun.

"Paman, aku tahu ada yang ingin kau katakan, apa itu? Waktu kita tidak banyak.." Ujar Helena melirik sekeliling.

Bill menatap tajam keponakannya. "Helena, jangan bilang kau akan kembali ke tempat Nick. Aku rasa dia sudah tahu semuanya, kau jangan gegabah.."

"Paman.." Sergah Helena yakin. "Aku harus menyelesaikan ini! Tak peduli jika ia sudah tahu atau belum, yang jelas aku akan melayani permainan liciknya itu."

Bill menghela nafas panjang, jika sudah seperti ini Helena tentu tak akan bisa ditahan lagi. "Dengar, aku akan membantumu untuk yang terakhir. Jika brangkas itu tak kau temukan dimanapun, maka kau harus mengambil kunci rahasia Nick yang begitu ia jaga dalam melindungi asetnya. Kemungkinan apa yang kau cari ada di sana, setidaknya untuk bukti kejahatan Nick nanti."

"Katakan.." Timpal Helena.

"Kalungnya, kunci itu berada pada kalungnya.." Balas Bill setelah mengulik beberapa informasi penuh rahasia itu.

Helena tak langsung menjawab, entah apa yang ada dalam pikirannya.

"Tidak tahu benar atau tidak, tetapi kau harus menahan diri agar tak melakukan hal gila.." Lanjut Bill.

"Paman.." Potong Helena, ia menahan tangan itu. "Aku pergi.."

"Kau!..."

"Hei!.."

Bill menepuk jidatnya saat tak bisa menghentikan Helena yang sudah berlalu.. Edward dan Luna tak tahu kelakuan putrinya bagaimana, Bill benar-benar dibuat pusing sendiri antara khawatir dan cemas bercampur jadi satu. Tetapi ia tetap berharap semuanya akan baik-baik saja...

Sementara itu.

Apartemen..

"Dia tidak ada?.." Ujar Sam memastikan.

Nick tak menjawab, ia hanya tersenyum sinis dan akhirnya tawa tak lucu itu pecah. "Seperti yang kau lihat.. Asisten pribadi yang ku pilih secara spesial telah kabur."

Sam duduk menatap sahabatnya. "Sejauh mana kau memprediksi ini, kawan? baik itu maju ataupun mundur, ia akan tetap menemukan mu."

"Entahlah... Aku suka melihat gadis pintar itu kewalahan karena memikirkan ku."

"Kau benar-benar gila." Sam dibuat tak habis pikir.

Dalam waktu bersamaan.

Ting tong!

Keduanya menoleh saat bel apartemen bunyi, Sam melirik Nick sekilas, setelah itu ia melangkah untuk melihat siapa yang datang.

Nampak Sam terkejut setelah membukakan pintu.

"Anna?.." Sam mengerutkan kening.

Bukankah ia kabur?.

Wanita cantik itu mengembangkan senyum manisnya yang lebar, seolah tidak ada beban dalam hidupnya. "Apa aku kemalaman? Aku belanja sayur dan kebutuhan lain.. Tadi lupa meminta izin." Bohongnya.

Terlihat oleh Sam barang belanjaan itu memenuhi tangannya.

"Apa ini? Seharusnya tak seperti ini."

"Ah ya, masuklah." Sam pun mempersilahkan.

Helena pun masuk ke dalam, di sana ia kembali bertemu dengan Nick yang juga menatap ke arahnya. Mengingat malam kemarin ia menggodanya, rasanya benar-benar membuat canggung. "Tuan.." Sapa Helena. Ia tak se sopan sebelumnya, kali ini sewajarnya saja karena memang Helena telah berbuat gila juga kemarin.

"Telat belanja sayur ya?.." Lirih Nick terasa menampar.

Helena mengangguk dengan sorot mata yang mengunci pandangan. Ia tahu ada bahaya di hadapannya, tetapi jika itu dia.. sepertinya ia tak masalah terlibat dengan bahaya itu.

Malam pukul 23.45..

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan dan memberikan makan malam, Helena mengendap-endap masuk ke dalam kamar pribadi Nick.

Ia datang untuk mencari sesuatu. Ya, kalung berisi kunci yang dikenakan Nick.

Wanita cantik itu menelan saliva nya dengan susah payah saat di atas ranjang itu Nick nampak sudah terlelap tidur, jantung Helena benar-benar berdebar..

Dengan perlahan ia mendekat, tanpa suara.. dan bunyi yang terdengar. Kalung itu terlihat melingkar pada leher Nick, beberapa kali Helena melambaikan tangannya untuk memeriksa kesadaran pria itu, dan Nick memang tak bergeming sedikitpun.

Helena menahan nafas saat jemarinya mulai meraih kalung, tinggal sedikit lagi... sedikit lagi.. kalung itu akan terlepas.

"Ayolah... ku mohon tuhan.."

Benar saja kalung itu kini terlepas, namun saat Helena hendak meraih dan membawanya pergi... Sebuah tangan kekar berhasil menahannya, membuat ia tersentak akan keterkejutan yang luar biasa. Wanita cantik itu menoleh dengan perlahan..

DEG.

"Mau kemana?..." Lirihnya dengan suara berat yang khas, tenang namun menikam. "Setelah mempermainkan ku sejauh ini, kau akan pergi begitu saja. Helena Scott??."