Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan bajambar-2
Ketujuh Mahasiswa itu berangkat ke rumah Atok Hasyim. Hati mereka diliputi rasa tak nyaman, namun juga sungkan untuk menolak.
Tak berselang lama, mereka tiba dirumah sang empunya hajat, penuh keramahan.
Ditempat itu terlihat juga Atok Adi yang datang memenuhi undangan. Acara doa dimulai. Mereka meminta Darmadi untuk membawakan Yasin, dsn Yudi membawa Tahtim dsn Tahlil, sedangkan doa dibawakan oleh Atok Adi. Acara berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Sementara itu, Kikiy menghubungi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang ditugaskan untuk membimbing, serta sewaktu-waktu datang untuk mengawasi mereka.
"Hallo, assalammualaikum, Buya." ucapnya dengan nada yang sedikit lirih, saat panggilan tersambung.
"Saya Nur Fadilah Rizky, dari kelompok sepuluh,"
"Iya, ada yang bisa Buya bantu?" tanya pria diseberang sana dengan nada yang begitu sopan.
"Boleh ambil cuti beberapa hari, Buya. Soalnya saya sakit. Ingin chek up ke rumah sakit. Nanti balik lagi ke desa. Sekutar tiga hari saja," ucapnya sembari terbatuk.
"Baiklah, tapi kamu harus sertakan surat keterangan dokter, ya," ucap pria diseberang sana.
"Iya, Buya. Terimakasih," ucapnya dengan lemah, dan panggilan berakhir.
Saat bersamaan, ia merasakan tulangnya terasa ngilu. Rasa gatal pada bagian tenggoroknya semakin parah, dan ia tidak tahan untuk kembali batuk secara terus-menerus.
Sementara itu, ia menghubungi orangtuanya, untuk menjemputnya malam ini, dan memberi tahu keberadaan alamatnya.
Ditempat lain. Acara sedang berlangsung. Doa dan harapan dari sang empunya rumah sudah terlaksana. Kini acara makan bajambar akan dimulai.
Makan bajambar adalah tradisi suku Melayu. Dimana satu hidangan terdiri dari empat orang. Kali ini ada hidangan ayam rendang putih, acar nenas, atau disebut Laila mengamuk. Dan sebagainya.
Darmadi, Andana, Fitri dan juga Emy duduk satu hidangan. Sedangkan Yudi, Yayuk, Yulia, dan atok Adi satu hidangan.
Mereka tampak diam. Tidak berani untuk menyantapnya. Sedangkan para tamu lainnya sudah makan.
"Eheeem," Atok Adi berdehem. Kemudian, ia mengambil sepotong ayam rendang masak putih, dan mencampurnya dengan nasi.
"Makanlah, Atok jamin tidak ada ajinomotonya." (Ajinomoto\=kiasan untuk menyebutkan racun santau nya.
Ketujuh Mahasiswa itu saling pandang. Sedangkan Yayuk sudah sedari tadi memandangi pongat pisang itu, dan ingin sekali menyantapnya.
"Bismillahi rahman nirrahim..." ucap Darmadi, dan memakannya. Melihat pemuda itu menyantap makanannya membuat rekannya memberanikan diri, lalu memakannya. Baru kali ini mereka memakan masakan khas Melayu yang kaya akan rempah dan khas dengan kuah kental santannya.
Sementara itu, Orangtua Kiky telah tiba dengan membawa mobil jemputan. Ia sudah lama menunggu, dan terlihat keduanya sangat khawatir akan kondisi puterinya.
"Baru dua hari gak ketemu, kamu kenapa pucat begini?" ibundanya merasa sangat khawatir.
"Kijy batuk terus, Bu," jawabnya, dengan nafas yang cukup berat. Bahkan untuk bicara saja ia seperti sangat sakit.
"Ayo, kita ke rumah sakit, kalau perlu tunda dulu KKN nya, tahun depan saja," saran sang ibunda.
"Kiky berobat sambil KKN, Bu. Sayang kalau ngulang tahun depan," bantahnya.
Ia kemudian mengemasi barangnya, dan meninggalkan tas berisi pakaian, hanya membawa laptop ponsel dan benda berharganya.
"Kita tunggu temen Kiky pulang, ya, Bu," ucapnya.
Wanita itu menganggukkan kepalanya. Lalu duduk didepan teras, sembari menunggu ketujuh rekannya pulang dari undangan makan dari warga.
"Saat duduk diteras dan mengobrol bersama ayah Kiky, terlihat pria berpakaian hitam, sedang melintas dari depan rumah mereka. Lalu menoleh sejenak kearah kedua orang tua Kiky, dengan tatapan yang dingin.
Ayah Kiky mencoba tersenyum, namun, sambutan tak bersahabat didapatnya.
Tak berselang lama. Terlihat ketujuh Mahasiswa itu pulang berjalan. Mereka sudah sangat kenyang. Yayuk tak lagi merasa kepunan untuk mencicipi pengat pisang tersebut.
"Itu mobil siapa?" tanya Darmadi.
"Mirip mobil Kiky, dia kan sering bawa ke Kampus," sahut Yudi. Ia selalu melihat Kiky membawa mobil tersebut, apalagi mereka satu prodi yang sama.
"Tapi kenapa ada disini? Apa orangtuanya berkunjung?" sahut Andana, yang merasa penasaran.
"Mungkin bawa sembako, atau jajan, sebab Kiky-kan anak tunggal, jadi maklum-lah," sahut Fitri, yanh merupakan satu kelas bersama dengan gadis itu.
Ketujuhnya mempercepat langkah mereka. Lalu menyambut kedua orangtua Kiky dengan ramah, dan juga sopan.
Terlihat keduanya menyambut mereka dengan ramah. Namun, Kiky yang menyandang tas laptopnya, membuat mereka terkejut.
"Kamu mau kemana, Ky?" tanya Yudi dengan rasa penasaran.
"Mau pulang. Tiga hari saja, tadi udah permisi dengan Buya. Mau check ke rumah sakit." sahutnya dengan tenang, mencoba menyembunyikan rasa sakit yang dialaminya.
"Kamu sakit apa? Kenapa gak cerita kekita? Tanya Emy.
"Belum tau, makanya ini mau check. Udah dulu,ya. Aku pulang, nitip laporan, semua sudah aku kirim ke email Kak Andana," ucapnya dengan senyum yang dipaksa
Sontak saja, hal itu membuat mereka tercengang. "Ya, udah. Apapun hasilnya, nanti kasih tau kekita. Biar kita gak kasih kerjaan yang berat bjat kamu," ucap Darmadi.
Gadis itu menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berpamitan.
****
"Bu, tupang Kiky kok ngilu banget, ya?" ucapnya dengan bibir yang gemetar, saat mereka berada didalam mobil, dan dalam perjalanan.
"Apa kamu demam?" tanya ibunya. Lalu melerakkan punggung telapak tangannya diatas kening puterinya.
"Uhuuuuk," ia kembali terbatuk. Halnitu disebabkan oleh sore tadi memakan sambal telur. Sebab bagi mereka yang terkena racun santau, dilarang memakan makanan pedas, rebung, nenas. Sebab hal itu akan membuat efek racunnya semakin mengganas.
Ia terus terbatuk, dan tanpa henti, hingga membuat ibunya semakin khawatir.
"Huuuuuueeeek," ia memuntahkan darah segar, tepat dihadapan ibunya.
"Astaghfirullah, Kiky." raut kepanikan terpancar.diwajah sang ibu. Ia mendekap sang anak, dan tak perduli pada pakaiannya yang terkena percikan darah.
"Bang, cepat bawa mobilnya, kita harus ke rumah sakit malam ini juga," ucap sang ibunda dengan rasa panik.
Sang ayah bergegas mengemudikan mobilnya, dan rasa khawatir terhadap puteri satu-satunua begitu sangat kentara.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mereka tiba dirumah sakit. Ia dibawa ke ruangan UGD. Ia diperiksa dengan cepat, sebab pakaiannya sudah basah oleh darah.
Setelah melalui pemeriksaan, tak satupun ada gejala yang dikhawatirkan, dan esok pagi akan dilakukan rontgen, untuk melihat semuanya, agar lebih jelas.
Hal ini, tentu saja membuat kedua orangtuanya merasa kecewa. Bagaimana mungkin, puterinya memuntahkan darah dengan cukup banyak, tetapi dinyatakan baik-baik saja.
Sang ayah berdebat dengan dokter yang menangani puterinya. "Bilang saja kalian tidak becus! Mungkin waktu lulus kedokteran hasil menyogok!" makinya dengan sumpah serapah.
Ia memutuskan untuk membawa Kiky ke ibukota provinsi, untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih baik.
Namun, saat ia menggendong puterinya, seorang pria sepuh menahannya. "Maaf, Pak. Sebelumnya daro mana?" ia memperhatikan Almamater Kiky, yang mana ia pernah melihat sebelumnya.
"Anak saya KKN didesa Pahang, dan tiba-tiba saja muntah darah," jawabnya.
"Desa Pahang?" Ia tampak berfikir. "Dia terkena racun Santau," ucp pria itu dengan tenang.
"Haaaahhh... Saya tidak percaya. Saya mau bawa puteri saya ke rumah sakit," bantahnya, lalu setengah berlari, membopong puterinya untuk menuju ke rumah sakit yang dianggap memiliki alat medis yang cukup lengkap.
Ilustrasi korban racun santau. Ilmu ini berasal dari Suku Melayu. Dahulunya digunakan untuk melawan para penjajah. Namun, setelah penjajah menunggalkan bumi pertiwi, ilmu sihir tersebut justru terus meminta korban.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...