NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dibawa Ke Kantor Polisi.

Khadijah mendatangi rumah salah satu teman Tanan.

"Assalamu'alaikum. Permisi!" Khadijah mengetuk pintu rumah yang bercat putih itu.

Tak lama, terdengar sayup-sayup, jawaban salam dari dalam rumah. "Wa'alaikumsalam."

"Eh, Bu Ijah. Silahkan masuk," tawar wanita paruh baya yang hampir sebaya dengannya, wanita ini adalah ibu dari teman Tanan.

"Tidak usah, Bu. Saya kemari hendak bertanya, apakah Tanan ada di sini bersama Rudi?" tanya Khadijah.

"Tidak Bu, mereka belum pulang," jawab wanita itu, dia pun juga ikutan cemas, karena biasanya anaknya Rudi selalu bersama Tanan dan Herman. "Ah, mungkin saja dia di rumah Herman, Bu Ijah. Bagaimana ini ya, saya sedang memasak, dan anak saya yang kecil susah ditinggal," kata wanita itu.

"Iya, tidak apa-apa Bu. Biar saya saja yang cari sendiri, nanti jika bertemu Rudi sekalian saya sampaikan pesan ibu dan menyuruh dia segera pulang," sahut Khadijah.

"Terima kasih banyak Bu Ijah."

Khadijah pun menyusuri jalan dengan sendirinya, menuju ke rumah Herman, teman Tanan yang satu lagi.

Brak! Terdengar suara ribut dari kejauhan. "Mila! Buka pintunya sialan!" Tampak seorang pria yang tengah teler, marah-marah di depan pintu. Dia adalah ayah Herman. Semua orang juga tahu, ayah Herman adalah benalu yang tukang judi dan pemabuk, istrinya yang kerja pontang panting membesarkan tiga orang anaknya, salah satunya Herman.

"Berarti tidak ada Herman dan Tanan di rumah," gumam Khadijah. Kemudian dia berbalik. Ya, jika ada Herman, sudah pasti mereka akan ribut, Herman sangat benci dengan sikap ayahnya. Jika pintu di tutup rapat seperti itu, berarti hanya ada ibu Herman dan dua adiknya di dalam ketakutan.

Ayah Herman suka memukul istri dan adiknya kalau mabuk.

Khadijah berjalan terus menerus sambil berdo'a, agar keselamatan selalu mengiringi putra tercintanya. "Dimana kamu Nak?" gumam Khadijah.

Hingga saat Khadijah sampai di jalan raya. Ada keributan dan keramaian. Banyak pria dan wanita yang masih menggunakan sarung dan mukena baru keluar dari masjid setelah salat berjamaah subuh, ada juga yang baru bangun tidur.

"Dasar anak kurang ajar yang tidak pernah di didik bapaknya!"

"Anak-anak tidak berguna!"

"Mending kalian mati saja sana!"

"Sampah masyarakat!" Hinaan demi hinaan terlontar kasar di beberapa mulut orang yang tengah emosi.

"Bakar! Bakar mereka!" Teriak salah satu pemuda mulai gaduh.

"Dasar anak Anjiing!" Bruk! Salah satu dari kelompok pemuda langsung memukul empat dari pemuda yang di seret paksa itu. Dan terjadilah kericuhan, saling pukul memukul. Namun, akhirnya yang babak belur tetap empat orang pemuda yang tadi di seret.

Mereka semua aman setelah beberapa orang melapor pada PaK RT dan ketua keamanan di daerah sini. mereka berempat di sidang di rumah Pak RT dan satu orang gadis yang sangat cantik, dia adalah korban. Dia menangis memeluk ayah ibunya.

"Tolong maafkan warga kami Pak Bagas Hartono, kami akan mengadili mereka, dan akan membawa mereka pada yang berwajib," kata Pak RT mencoba menenangkan keluarga yang baru datang itu.

"Memangnya dengan membawa mereka ke pengadilan akan mengembalikan ke gadisan dia!" Salah satu pemuda berkacak pinggang dengan marah, menatap tajam empat pemuda yang matanya merah dan masih setengah teler.

"Syamsul, tenanglah. Jangan semakin membuat kepala Pak Bagas dan Nyonya Mira pusing," bisik seorang pria paruh baya di sebelah pemuda yang marah-marah itu.

Pemuda itu pun akhirnya diam. Semua orang sangat hati-hati bicara. Tak ingin menyinggung orang terpandang ini, apalagi dengan kejadian buruk ini, putri satu-satunya di perkosa oleh empat orang pemuda yang bandel luar biasa ini.

Khadijah menelusup diantara keramaian. "Astaghfirullah, ada apa ini?" Dia syok dan terkejut karena melihat wajah putranya sudah bonyok dan di dudukan bersama teman-temannya di depan masa.

"Tanan, ada apa ini?" Khadijah maju ke depan, dan mengelus wajah putra semata wayangnya itu.

"Ada apa! Ada apa! Makanya punya anak itu di ajarkan! Bukan di biarkan saja! Jadinya kan seperti ini! Kerjaannya nyabu, teler dan perkosa anak gadis orang!" seru salah satu Ibu-ibu yang ada di sana tengah menyaksikan keramaian.

"Astaghfirullah'alazim, astaghfirullah'azim, astaghfirullah'azim." Khadijah hanya bisa beristighfar tiga kali sambil mengurut dadanya. Air matanya jatuh berderai.

Khadijah melihat ke depan, ada satu orang pria tengah menatapnya dan wanita juga menatapnya sambil memeluk seorang gadis yang menangis sesungukan. Gadis dengan pakaian yang tertutup, masih memasang kaos kaki, hijabnya kotor dan tubuhnya ditutupi dengan jacket, ujung dress nya juga tampak sobek.

Khadijah semakin menangis, bahkan lututnya melemah seketika. "Ya Allah, ampunilah hamba dan putra hamba ...," batin Khadijah terpukul.

Sepasang suami itu rupanya di kenal wajahnya oleh Khadijah, dan mereka berdua juga mengenal wajah Khadijah. Ya, Mereka adalah Mira dan suaminya, mereka sudah sangat lama tidak bertemu, di karenakan Khadijah selalu tinggal berpindah-pindah dan rumah besar pembelian suaminya juga sudah lama di jual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua.

"Mira .... " Khadijah berkata pelan. "Maafkan Tanan Mira .... " Khadijah merunduk dan air matanya jatuh berderai.

Mira tidak menjawab. Hati ibu mana yang bisa menerima jika putrinya diperkosa?

Riko, Herman, Rudi, dan Tanan, empat pemuda yang kini di dudukan di depan masa dengan wajah yang memar-memar. Mereka adalah salah satu dari pemuda-pemuda liar yang sering merusuh, tetapi biasanya tidak sampai separah ini.

Tiga orang tua yang lainnya juga datang. Mereka duduk bersama dengan Khadijah dan lainnya.

"Ini semua pasti gara-gara anak kau 'kan Ijah! Anak kau selalu saja jemput anakku Riko!" Ibu Riko menuding dengan emosi. "Kalau saja bukan anak kau, anakku tidak akan mendapatkan masalah. Dasar anak tidak jelas! Anak tak berbapak, jadinya membawa pengaruh buruk pada orang lain!" Begitu sarkasnya Ibu Riko itu berbicara di depan semua orang dan menyalahkan Tanan.

Rahang Tanan mengeras mendengar itu. Hatinya sakit sekali, semenjak dia kecil, dia selalu mendengar penghinaan seperti itu.

"Ibu, tolong tenanglah. Kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja." Pak RT menenangkan.

"Apa yang di katakan Ibu Hana itu benar Pak RT. Kalau bukan si Tanan anak tak berbapak ini yang mencari-cari anakku ke rumah, anakku Rudi juga tidak akan mendapatkan masalah." Dia menatap sinis Ijah, padahal tadi dia masih berwajah baik saat Khadijah menanyai dimana Tanan dan Rudi.

"Sudah. Semuanya tolong diam, mari kita selesaikan masalah ini dengan baik."

Akhirnya, setelah di putuskan bersama. Empat pemuda itu di bawa ke kantor polisi dengan kasus pemerkosaan yang di laporkan oleh Pak Bagas dan menggunakan obat-obatan terlarang. Tubuh ke empatnya telah positif dinyatakan pemakai aktiv.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!