Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil?
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu muntah-muntah seperti itu? jangan bilang kamu sedang hamil. Mama perhatikan dua hari ini kamu muntah-muntah terus." Agniya menatap Radmila yang terlihat kepayahan, wajahnya pucat dengan mata yang berkaca-kaca mulutnya juga terlihat basah karena baru saja ia memuntahkan apa yang ada dalam perutnya. Namun karena ia tidak mengkonsumsi apapun dari kemarin, hanya air yang keluar dari mulutnya.
"Katakan apa benar kamu sedang hamil ? Apa itu anaknya Drakara?" Agniya kembali bertanya dengan wajah yang mengeras karena amarah. Ia tak menyangka Putri yang selama ini ia jaga dan ia banggakan ternyata kini tengah mengandung anak diluar nikah.
"Ada apa ini?" tiba-tiba Prayan datang dan langsung menatap istri dan anaknya.
"Sepertinya dia hamil." Jawab Agniya dengan ketus.
"Apa? Radmila hamil?" Prayan menganga tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari istrinya.
"Iya sepertinya putri kita hamil. Sudah dua hari ini aku lihat dia muntah-muntah terus tiap pagi, dia juga tidak selera makan." Ujar Agniya lagi.
"Bagaimana ini pa? Kalau Radmila beneran hamil, bagaimana nasib kita?" Ujar Agniya merengek.
"Dia jadi gak bisa kerja, lalu cicilan mobil kita gimana? Siapa yang mau bayar kalau dia gak kerja?" Ujar Agniya lagi. Yang ada di pikirannya hanyalah tentang uang.
"Beneran Kamu hamil Radmila?katakan siapa ayah anak itu?" Prayan langsung mencekal tangan Radmila yang baru saja akan pergi dari hadapannya.
"Lepaskan aku pah. Sakit." Radmila berusaha melepaskan cekalan tangan Prayan yang menyakitinya.
"Kenapa kalian bersikap kasar padaku sekarang? apa karena aku sudah tidak bisa menghasilkan uang untuk kalian?" Tanya Radmila dengan mata yang berkaca-kaca, setetes air mata jatuh di pipinya. Ia merasa sakit hati karena semenjak ia tak bekerja orang tuanya bersikap berbeda padanya. Dulu ia sangat dipuja-puja bahkan apapun keinginannya seperti turuti oleh kedua orang tuanya namun sekarang berbanding terbalik, setelah ia tak bekerja dan dibuang oleh Drakara, kedua orang tuanya sering bersikap kasar padanya, Radmila merasa tersiksa, dia baru menyadari jika apa yang ia rasakan sekarang mungkin tak seberapa di banding apa yang dulu dirasakan Latisha sebelumnya.
Ternyata sesakit ini diperlakukan kasar oleh orang tua sendiri.
"Apa maksudmu? Papa tidak bermaksud bersikap kasar padamu Papa hanya ingin bertanya apa benar kamu sedang hamil? lalu anak siapa Bayi yang sedang kamu kandung? Apa itu anak Drakara? jika iya kita harus pergi meminta tanggung jawab padanya. Sepertinya kehamilanmu akan membawa keberuntungan untuk kita karena bayi itu akan mewarisi harta kekayaan Drakara." Ujar Prayan sambil tersenyum. Jika ia sudah tak bisa mengharapkan Latisha lagi, maka ia akan menggunakan Radmila untuk menguras harta Drakara.
"Aku sudah bicara dengan Drakara dan mengatakan kalau aku hamil anaknya. Tapi dia malah mengusirku dan tak mau mengakui anak ini. Jadi tak ada lagi yang bisa kita lakukan." Ujar Radmila.
"Apa? Bagaimana bisa dia tidak mau tanggung jawab? Apa kamu yakin jika bayi yang kamu kandung sekarang adalah anak Drakara? atau mungkin dia anak pria lain? Hingga Drakara tak mau tanggung jawab." Prayan memicingkan matanya menatap Radmila yang terdiam. Wanita itu memang tidak yakin bahwa anak yang tengah dikandungnya adalah anak Drakara karena dia pun pernah melakukannya dengan seseorang yang hingga kini tak bisa ia temukan. Meskipun mereka melakukannya hanya sekali namun saat itu kondisinya tengah dalam masa subur. Tapi Radmila tak mungkin mengatakan itu kepada orang tuanya.
"Ini anak Drakara." Radmila pun berkata dengan nada lantang.
"Ini memang anaknya Drakara, memangnya anak siapa lagi? aku hanya melakukannya dengan Drakara." Radmila berkata dengan tegas. Ia berharap papa nya bisa membantunya untuk mendapatkan tanggung jawab dari Drakara. Mungkin jika Prayan yang datang minta pertanggung jawaban Drakara, ia tak akan diusir oleh pria itu seperti dirinya kemarin.
"Bagus jika memang itu anak Drakara kita akan pergi sekarang untuk meminta tanggung jawab padanya Jika dia tidak mau bertanggung jawab kita akan viralkan masalah ini di media sosial." ucap Prayan sambil tersenyum.
"Ide yang bagus. Kita akan memberi nya ancaman jika Drakara dan keluarga nya tidak mau tanggung jawab. Kita pergi ke sana sekarang." Ujar Agniya tak kalah semangatnya dengan sang suami. Ia meminta Agniya untuk segera bersiap-siap sedangkan dirinya segera mengajak sang suami untuk bersiap-siap. Agniya sudah membayangkan seandainya Radmila menjadi istri dari Drakara menggantikan Latisha semuanya akan menjadi lebih mudah, Radmila bisa ia kendalikan tidak seperti Latisha yang pelit padanya. Sudah banyak rencana yang sudah Agniya tulis di kepalanya seandainya nanti dia sudah menjadi mertua Drakara, dia akan meminta menantunya itu untuk membelikannya rumah dan juga mobil. Rumah yang ia tempati sekarang sudah terlalu tua, ia ingin memiliki hunian yang lebih mewah dan juga luas seperti kediaman Drakara bersama Radmila dulu. Bila memungkinkan dia ingin rumah itu untuk ia tempati bersama suaminya.
Setelah semua siap, Mereka pun memutuskan untuk segera menuju kediaman Drakara. Tak ada percakapan diantara mereka saat dalam perjalanan, mereka larut dalam lamunannya masing-masing hingga tak terasa mobil yang dikendarai Prayan pun kini sudah memasuki cluster di mana Drakara kini tinggal. Dipta turun terlebih dahulu dan meminta Security untuk membukakan gerbang untuknya, namun security itu tak memenuhi keinginan Prayan, dia beralasan bahwa tuan rumah tidak sedang berada di rumah. Prayan pun marah lalu ia mengancam akan membuat keributan di depan kediaman Nurcelia. Takut terjadi sesuatu, security itu pun langsung menghubungi Nurcelia yang sebenarnya berada dirumah namun ia sudah mewanti-wanti satpam rumah nya untuk tidak menerima keluarga Radmila lagi di kediamannya. Tak berapa lama pintu gerbang terbuka lalu keluarlah Nurcelia dengan wajah sinisnya.
"Untuk apa kalian ke sini? Dasar tak tahu malu. Bukankah sudah jelas bahwa Drakara telah memutuskan hubungannya dengan Radmila?" Ujar Nurcelia sambil berkacak pinggang.
"Kami datang ke sini untuk minta pertanggungjawaban dari putramu itu, dia sudah menghamili putriku." Prayan berkata dengan sedikit keras, berharap agar ucapannya itu bisa di dengar orang-orang yang tengah lewat.
"Jangan bercanda. Tidak lucu. Aku yakin Drakara tidak mungkin melakukan hal bodoh hingga membuat Radmila hamil. " Dengan tegas Nurcelia berkata.
"Kami tidak bercanda, kami datang untuk bertemu Drakara untuk meminta tanggung jawabnya." Prayan tak kalah tegas dengan ucapan Nurcelia.
"Jika bener Radmila hamil, belum tentu juga itu anak Drakara." Ujar Nurcelia. Ia menaikkan sebelah alisnya lalu menetap Radmila yang memang terlihat pucat dengan perut yang sedikit menonjol.
"Jangan bicara sembarangan bu Nurcelia. Anda tahu sendiri bahwa mereka sudah berhubungan cukup lama dan hubungan mereka sangat dalam. Kenapa anda malah berkata yang bukan-bukan? Sudah jelas saat ini Radmila tengah mengandung anaknya Drakara. Ingat kalian harus bertanggung jawab atas anak tersebut jika tidak aku akan memviralkan masalah ini." ancam Prayan. ia tak ingin pulang dengan tangan kosong bagaimanapun caranya ia harus bisa menikahkan Radmila dan Drakara, jika tidak ia ingin kompensasi yang besar yang bisa ia gunakan untuk membeli rumah mobil serta modal usaha untuknya.
"Kamu mengancam saya?" Nurcelia menatap Prayan dengan sinis.
"Silahkan kalau kamu akan memviralkan masalah ini. Saya pikir bukan tidak mungkin kamu dan Radmila juga akan tersandung kasus ini. Silahkan kalau itu mau kamu. Saya tidak keberatan karena mungkin di sini bukan putra saya saja yang dirugikan tapi kamu juga. Radmila akan di cap sebagai pelakor karena dia sudah merebut suami dari kakaknya sendiri." ujar Nurcelia.
"Jangan lupakan juga kamu akan jadi bulan-bulanan karena telah menjadi orang tua yang kejam dan pilih kasih." Ujar Nurcelia lagi.
Prayan terdiam karena tengah mencerna apa yang diucapkan Nurcelia. Apa mungkin dampaknya akan seperti yang di katakan Nurcelia Jika ia memviralkan kehamilan Radmila oleh Drakara? sungguh Prayan tak pernah berpikir hingga ke sana, yang ia inginkan sekarang adalah tanggung jawab Drakara atau minimal dia mendapat uang kompensasi yang cukup besar untuk Radmila. Bagaimanapun caranya ia harus bisa mendapatkan salah satu dari keinginannya itu
"Saya ingin bertemu dengan Drakara, Tolong panggilkan dia karena dialah di sini yang menjadi tersangkanya. Jika dia pria sejati yang bertanggung jawab tentu dia akan menghadapi kami. Dia akan bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan pada putri saya." Prayan akhirnya meminta bertemu dengan Drakara.
"Percuma kalian bertemu dengan Drakara karena saya yakin Drakara pun akan mengatakan hal yang sama dengan saya, dia bahkan sudah bercerita bahwa Radmila mendatanginya dan meminta pertanggung jawabannya namun Radmila mengatakan kepada saya bahwa saat pertama kali menyentuh Radmila, putri anda itu sudah tidak suci lagi itu artinya Radmila pernah berhubungan dengan pria lain dan mungkin saat berhubungan dengan Drakara pun dia memiliki pria lain maka dari itu saya meragukan anak yang sedang Radmila kandung adalah cucu saya dan anaknya Drakara. Jika kalian memang ingin pertanggung jawaban dari Drakara maka buktikan bahwa bayi yang sedang Radmila kandung itu adalah anak Drakara." ujar Nurcelia dengan tegas.
Prayan pun mengepalkan tangannya menahan emosi, secara tak langsung Nurcelia telah menghina putrinya seolah ia mengatakan bahwa putrinya adalah wanita murahan yang sering berhubungan dengan para pria. Prayan tak terima itu meskipun benar jika Radmila seperti itu tak sepantasnya juga Nurcelia menghakiminya toh pada kenyataannya Drakara juga bersalah karena telah berhubungan dengan putrinya andai saja Drakara pria yang baik dan bertanggung jawab tentu ia tidak akan menghianati pernikahannya dengan Latisha dan malah berhubungan dengan Radmila.
"Apalagi yang kalian tunggu? silakan pergi dari sini." Ujar Nurcelia lagi mengusir mereka.
"Kamu mengusir kami? Apa kamu tidak takut kami akan mengviralkan masalah ini?" Ujar Prayan masih berusaha mengancam Nurcelia.
Wanita paruh baya itu pun tertawa.
"Bukankah sudah saya katakan silakan kalian memviralkan masalah ini toh nanti juga masalah ini akan reda dengan sendirinya apalagi jika Drakara juga mengklarifikasi masalah ini, tentunya dia akan mengatakan bahwa Radmila hanyalah wanita bayaran baginya karena setiap mereka berhubungan Drakara akan memberikan uang sebagai tanda jasa karena Radmila telah memberikan pelayanan padanya. Itu Drakara yang katakan pada saya dan Drakara masih memiliki semua bukti transferan tersebut." Nurcelia kembali bisa menutup mulut Prayan dengan ucapannya. Secara tak langsung Nurcelia mengatakan jika Radmila hanya lah wanita penghibur bagi Drakara.
"Tega sekali kamu mengatakan hal itu pada putri saya Bukankah selama ini kamu yang mendorong dia untuk mendekati Drakara? saya baru mengerti sekarang bahwa sebenarnya kamu hanya memanfaatkan Radmila agar ia menjadi perusak rumah tangga Drakara dan Latisha. Bukankah sejak awal kamu tidak setuju jika Dibandingkan Drakara menikahi Latisha?" kali ini Agniya yang berkata, ia menatap Nurcelia dengan wajah yang kesal.
"Itu kamu tahu, seharusnya jika Radmila wanita baik-baik dia tidak akan menghancurkan rumah tangga Kakaknya sendiri, jadi di sini bukan saya atau Drakara yang salah tapi Radmila yang salah ibarat peribahasa kucing tak akan pernah menolak jika diberi ikan asin itulah perumpamaan yang cocok untuk Drakara dan Radmila. Putri kamu sendiri yang dengan sukarela naik ke atas ranjang Drakara, jadi rasanya sekarang tak pantas jika Sonia meminta tanggung jawab kepada Drakara toh mereka melakukan semua itu atas dasar suka sama suka dan tak ada komitmen diantara mereka." Ujar Nurcelia.
Lagi dan lagi mulut Agniya dan Prayan dibungkam oleh perkataan Nurcelia yang sangat menyakiti hati kedua orang tua dari Radmila tersebut, namun apa mau dikata semua yang dikatakan Nurcelia memang benar adanya andai saja Radmila memang wanita baik-baik dia tidak akan mau diminta Nurcelia untuk menggoda Drakara yang notabene adalah kakak iparnya sendiri.
Jika dipikir-pikir semua ini memang kesalahan Radmila dan juga kedua orang tuanya mereka terlalu berambisi untuk menikmati kekayaan Drakara, mereka terlalu silau dengan harta kekayaan hingga menutup hati nurani mereka yang tega menyakiti Latisha yang sudah jelas menjadi bagian dari keluarga mereka, sebagai ayah tentu saja Prayan yang paling bersalah dalam hal ini. Ia telah menyakiti hati Latisha sejak awal. Saat Latisha masih kecil, Prayan sudah pergi meninggalkan Latisha dan ibunya tanpa tanggung jawab. Sejak saat itu pula ibunya Latisha bekerja keras untuk menghidupi mereka berdua dan dengan tak tahu malunya Prayan datang kembali membawa istri serta anaknya yang lain setelah ibunya Latisha meninggal dunia. Prayan bahkan menguasai rumah peninggalan Ibunya LaLatisha. Seharusnya rumah itu menjadi milik Nana karena rumah itu murni milik ibunya. Rumah itu adalah warisan dari kedua orang tua dari ibunya Latisha.
Mengingat semua itu, ada sedikit rasa bersalah yang menyelusup dihati Prayan. Mungkin apa yang saat ini terjadi pada keluarganya adalah karma baginya. Kini Radmila hamil tanpa ada yang mau bertanggung jawab padanya. Belum lagi keuangan mereka yang carut marut setelah Drakara tak lagi memberikan uang bulanan bagi mereka. Selama enam tahun menjadi suami Latisha, Bara memang selalu memberi uang bulanan untuk Prayan dan keluarganya karena ia merasa bertanggung jawab atas keluarga istrinya itu. Dan Prayan pun merasa keenakan hingga ia tak mau lagi bekerja karena telah mendapat uang bulanan dari Drakara.
bagaimana respon mu