Rupanya salah masuk kamar hotel saat liburan membuat Gia Adrian harus rela terjebak dalam sebuah pernikahan konyol dengan pria asing dan begitu juga dengan Gio Hadikusumo terpaksa menerima pernikahan tersebut padahal dirinya merasa tak melakukan apapun.
"Aku tidak mau menikah dengan gadis manja dan liar sepertinya," ucap pria tampan nan macho dengan pandangan sedingin es gunung himalaya tersebut.
"Ck, kamu kira aku juga mau menikah dengan pria dingin dan kolot sepertimu? hidupku pasti akan penuh sial nanti," umpat Gia menolak mentah-mentah pernikahannya. Ia masih sangat muda dan masih ingin bersenang-senang.
"Pokoknya kami tidak ingin menikah, kami hanya salah masuk kamar!" ucap mereka bersamaan saat kedua orangtuanya memaksakan sebuah pernikahan demi menjaga nama baik keluarga masing-masing.
Gia anak gaul metropolitan, kaya raya dan manja serta gemar hang out bisakah bersatu dengan Gio pria kepulauan yang dingin dan serius yang selalu menjunjung tinggi adat istiadat keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan keluarga mertua
Setelah menempuh perjalanan satu jam kini mobil yang membawa Gia nampak masuk kedalam sebuah hutan yang sangat sepi dan jauh dari pemukiman hingga membuat gadis itu yang sejak tadi melamun langsung mengedarkan pandangannya.
Kemana mereka akan membawanya? berbagai pertanyaan pun mulai memenuhi kepalanya saat ini.
"Apa kamu tidak salah jalan?" ucapnya seraya mencondongkan badannya sedikit ke depan mendekati suaminya yang sedang fokus mengemudi.
"Tidak," sahut pria itu singkat.
"Tapi ini hutan belantara,"
Gia kembali mengedarkan pandangannya dimana nampak pohon-pohon besar berusia ratusan tahun berdiri kokoh dipinggir jalan hingga membuat bulu kuduknya sedikit merinding. Sebenarnya lelaki macam apa yang ia nikahi itu, sungguh ia sangat iri dengan teman-temannya karena mereka bisa kembali ke kota meskipun juga harus menikah dengan orang asing sama sepertinya.
Gio tak menghirauan gadis itu dan memilih fokus dengan kemudinya, beberapa saat kemudian nampak sebuah perkampungan kuno hingga membuat Gia merasa lega namun sekaligus cemas.
Apa ia akan tinggal di daerah ini?
"Apa kamu tinggal disekitar sini?" ucapnya tak tahan untuk tak bertanya dengan kembali mencondongkan tubuhnya mendekati suaminya yang sedang mengemudi itu.
"Hm," sahut pria itu singkat yang langsung membuat Gia melotot tak percaya.
Bagaimana ia bisa hidup di pedesaan seperti ini dan pasti disini tak ada mall atau tempat hiburan lainnya.
"Tidak mungkin, kamu pasti bercandakan?" ucapnya memastikan semoga saja pria itu hanya mengerjainya.
"Tidak nak Gia, kita memang tinggal disini dan gerbang depan itu adalah rumah kita." terang kakek Hadikusumo seraya menunjuk sebuah gerbang kuno setinggi dua meter setengah yang masih terawat tersebut.
Gia kembali mengedarkan pandangannya ke semua rumah lainnya yang letaknya sedikit berdempetan meskipun rumah suaminya yang paling besar dan luas disana tapi tetap saja ini adalah perkampungan. Melihat itu pun Gia merasa lemas, kini ia semakin bersemangat untuk mencari cara agar secepatnya berpisah dengan suaminya tersebut.
Mobil yang dikemudikan oleh Gio pun berhenti tepat didepan gerbang dan pria itu segera melepaskan safety beltnya lalu bergegas turun tanpa berniat menawari gadis yang beberapa jam yang lalu itu menjadi istrinya untuk ikut turun bersamanya.
"Nak Gia ayo turun!" ajak kakek Hadikusumo saat melihat cucu menantunya enggan turun.
"Tapi ..." Gia langsung menunjukkan wajah memelasnya hingga membuat pria tua itu nampak tersenyum kecil.
"Ada kakek disini jangan takut," bujuknya kemudian.
Gia nampak menghela napas kesalnya, hari hampir petang jadi ia tak mungkin kembali ke kota sendirian dan kini mau tak mau gadis itu pun berlalu turun.
"Tuan Hadi, siapa gadis cantik itu?"
Tiba-tiba beberapa tetangga yang sedang berkumpul langsung bertanya saat melihat tuan Hadikusumo dan juga Gia baru turun dari mobilnya, pria tua itu pun langsung tersenyum ramah menatap mereka.
"Gadis ini adalah Gia cucu menantuku, istrinya Gio." terangnya dengan wajah bangganya memperkenalkan Gia kepada beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul didepan rumah mereka itu.
Gia hanya tersenyum namun enggan menyapa mereka, apa mereka tidak punya pekerjaan lain selain ngerumpi didepan rumah tetangga?
"Wah benarkah? jadi mas Gio sudah menikah ya?" mereka nampak terkejut mendengarnya.
Tuan Hadikusumo langsung mengangguk. "Besok kami akan mengadakan syukurannya," terang pria tua itu lagi.
"Baiklah, sepertinya cucu menantuku sangat lelah jadi kami masuk dulu untuk beristirahat." ucap kakek Hadikusumo lagi lantas mengajak Gia segera masuk kedalam gerbang rumahnya dan tentu saja gadis itu dengan senang hati melakukannya daripada harus berlama-lama dengan para tetangga julid tersebut.
"Kenapa mas Gio tiba-tiba menikah ya, jangan-jangan telah menghamili gadis kota itu?" ucap salah satu dari para tetangga itu.
"Benar, tahu sendirikan gadis kota itu kurang punya adab." imbuh yang lainnya hingga membuat Gia langsung menghentikan langkahnya saat tak sengaja mendengarnya meskipun samar-samar.
Sial, jangankan hamil disentuh saja tidak pikirnya.
"Ayo nak Gia," ajak tuan Hadikusumo kemudian.
Gia yang ingin mendatangi mereka untuk menutup mulutnya satu persatu mau tak mau menurut ketika kakeknya itu mengajaknya masuk.
Saat baru masuk kedalam gerbang hamparan halaman nan luas menjadi pemandangannya dengan bangunan kuno berlantai satu berdiri kokoh disana.
"Ayo nak, kakek perkenalkan dengan anggota keluarga yang lain." ajak kakek Hadikusumo seraya mengajaknya menaiki beberapa tangga menuju sebuah bangunan.
"Anggota keluarga lainnya?" Gia pikir mereka hanya tinggal berdua.
Ngomong-ngomong entah dimana suaminya berada karena sejak keluar dari mobil pria itu segera masuk kedalam rumahnya, dasar tidak sopan pria itu pikir hanya dia saja yang menolak pernikahan ini bahkan ia takkan berpikir ulang untuk menolaknya juga.
Tak berapa lama nampak seorang wanita paruh baya membuka pintu kayu dengan ukiran kuno setinggi dua meter tersebut.
"Ayah, siapa dia?" ucapnya seraya menatap kearah Gia.
"Masuklah kita bicara didalam!" perintah kakek Hadikusumo kepada putrinya tersebut.
Kini mereka pun nampak masuk dan lagi-lagi Gia tercengang saat melihat isi dalam rumah tersebut, tak ada sofa empuk untuk menyambutnya namun hanya beberapa kursi ukiran kuno dengan beberapa lukisan yang terpatri di dinding menghiasi ruang tamu yang lumayan sangat luas itu. Benar-benar seperti kehidupan kerajaan jaman kuno.
Disana nampak beberapa orang berkumpul seperti sedang menunggu kehadirannya begitu juga dengan suaminya yang baru bergabung dengan mereka.
"Semuanya perkenalkan ini adalah nak Gia istri dari Gio dan mulai hari ini dia menjadi anggota keluarga kita jadi aku harap perlakukan dia dengan baik." tukas kakek Hadikusumo memperkenalkan Gia kepada keluarga besarnya dan tentu saja itu membuat mereka semua nampak tercengang.
"Apa ayah serius? kenapa mendadak sekali?" ucap seorang wanita paruh baya yang langsung beranjak dari duduknya.
"Nak Gia, kenalkan dia Nala Hadikusumo satu-satunya putriku." terang kakek Hadikusumo.
Gia yang melihat keangkuhan di wajah wanita itu nampak enggan mengulurkan jabat tangannya sebelum wanita itu melakukannya duluan dan benar wanita paruh baya itu langsung mengulurkan tangannya meskipun terpaksa.
"Selamat datang di rumah ini dan ku harap kamu bisa mengikuti semua aturan yang ada," ucapnya dengan nada dingin.
"Aku tidak jamin bibi, tapi kamu jangan khawatirkan hal itu." Gia langsung menjabat tangan wanita itu dengan tatapan tegasnya namun saat pandangannya tak sengaja kearah sang suami pria itu nampak menggeleng kecil seakan tak menyukai sikapnya tersebut.
"Kau ...."
"Sudah-sudah," kakek Hadikusumo langsung memotong perkataan nyonya Nala.
"Oh ya nak Gia, itu Hengky suami putriku dan yang itu Tania cucuku juga Jordi suaminya," imbuh kakek Hadikusumo lanjut memperkenalkan anggota keluarga lainnya.
"Selamat datang di keluarga kami," ucap tuan Hengky yang bagi Gia sedikit ramah daripada istrinya.
"Terima kasih paman," sahut Gia tak kalah ramah menanggapi. Tentu saja ia akan memperlakukan orang lain sesuai apa yang mereka perbuat.
"Aku Tania satu-satunya cucu perempuan kakek dan ini Jordi suamiku," ucap seorang wanita cantik dengan wajah dinginnya sama seperti ibunya.
Wanita itu enggan mengulurkan jabat tangannya dan memilih melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Hallo ...." saat pria bernama Jordi ingin mengulurkan jabat tangannya istrinya langsung menepisnya.
"Ayo sayang, aku sudah lapar!" ucapnya seraya menarik pria itu pergi dari sana.
Melihat itu pun Gia hanya tersenyum sinis, siapa mereka tak penting juga baginya.
"Baiklah nak Gia mulai hari ini kita semua adalah keluarga jadi jangan merasa sungkan disini karena rumah ini juga rumahmu, ayo Gio tunjukkan kamarmu kepada nak Gia." ucap kakek Hadikusumo yang langsung membuat Gio beranjak dari duduknya.
"Hm," ucapnya singkat.
Kemudian kakek Hadikusumo pun segera berlalu pergi di ikuti oleh tuan Hengky dibelakangnya.
"Ayo!" ajak Gio saat Gia belum beranjak dari tempatnya berdiri.
"Tunggu!" ucap nyonya Nala tiba-tiba.
"Aku ingin bicara dengannya, karena sebagai anggota baru keluarga ini dia harus tahu peraturan rumah ini maupun kampung ini." imbuhnya dan Gio pun hanya mengangguk kecil lantas berlalu pergi meninggalkan istrinya tersebut.
hayo loh siapa yang duluan jg atuh cinta ni🤭🤭
Wah wah wah benar2 yaa Gio seorang suami idaman...
Perlu dikarungin jangan sampai lepas /Drool/, bahaya kalau sampai jatuh ke dalam pelukan wanita yang ngga bener..
Anugrah terindah lho Gia kamu punya suami yang seperti itu...
Satu point plus sudah dimiliki oleh Gio sebagai seorang suami...
Jangan sampai positive vibes ini menjadi ternoda ya Gio..
Awas saja kalau kamu masih gagal move on dari mantan...
jordi buaya...bru nikah aja liat istri orang kek gtu apa lgi kalau udah lama
apa yg dtuggu" gi 🤣
wkwk.../Facepalm//Facepalm//Facepalm/