Apa yang akan terjadi bila seorang pembunuh kejam dan seorang anggota pasukan khusus terlatih saling bertemu?
Seorang Predator yang berubah menjadi mangsa dan seorang mangsa yang berubah menjadi predator!
Karma berlaku saat penyiksaan kejam di balas dengan penyiksaan yang lebih kejam!
Rahasia gelap yang tersembunyi bertahun-tahun akan terkuak bila waktunya sudah tiba karena waktu mempunyai caranya sendiri untuk menutup dan membuka tabir kebenaran!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldy Monim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 : Maafkan Aku, Sofia
"AAAHHHHKKK..!!" Teriak pria penculik, kesakitan.
"sekarang katakan dimana kau buang semua tubuh orang yang kau culik dan bunuh??" tanya Leo. Memaksa.
Pria penculik tersebut nampak menangis kesakitan karena setelah mencabut semua kuku di jari tangan kanannya, Leo juga mematahkan ibu jari pria tersebut. Pria tersebut terlihat sangat frustasi sambil menggoyang-goyang kursi tempat ia duduk.
"kauuu...kauuu ...pengecut!!" kata pria tersebut menahan sakit.
"jika kau tidak mau mengatakan dimana mayat-mayat mereka.." kata Leo yang langsung mematahkan jari telunjuk pria tersebut.
"AAAHHHHKK.." teriak pria tersebut lagi.
"maka aku akan mematahkan semua tulang yang ada ditubuhmu satu-persatu!!" kata Leo, mengancam.
Pria tersebut terdiam cukup lama. Dan ia berusaha keras menahan sakit di tubuhnya.
"baik..baik..saya akan mengtakan dimana saya membuang mayat-mayat mereka!" kata pria tersebut yang sudah tidak bisa menahan sakit.
Leo hanya berdiri diam, memperhatikan pria tersebut.
"baik..baik... dengarkan saya!" kata pria penculik tersebut.
"katakan..dimana?" tanya Leo, memaksa
"saya..saya membuang mayat mereka tidak jauh dari sini. Mayat mereka saya tenggelamkan kedasar danau menggunakan pemberat, agar tidak ditemukan. Mayat-mayat mereka tidak jauh dari jembatan!" kata penculik tersebut.
Leo yang mendengar hal tersebut, semakin marah dan itu terlihat jelas di wajahnya.
"tolong..tolong jangan sakiti saya lagi!" mohon pria penculik tersebut.
Mendengar hal tersebut, Leo berjalan menuju sebuah meja kayu dan mengambil tang yang sudah terlihat karat diatas meja tersebut. Diatas meja tersebut juga terdapat, parang, pisau, gergaji dan alat pemotong lainnya.
"apa kau membiarkan mereka hidup saat mereka memohon untuk hidup mereka???" tanya Leo dengan nada datar.
"apa yang mau kau lakukan??? Heeeii.. Berhenti..heeiii..berhentiii!!" kata pria tersebut, panik setelah melihat Leo memegang tang ditangannya.
Tanpa menghiraukan perkataan pria tersebut, Leo berjalan mendekati pria tersebut menarik rambutnya hingga membuat wajahnya terangkat keatas, dengan kasar Leo membuka mulut pria tersebut menggunakan tang dan menjepit salah gigi pria tersebut dan menariknya dengan kuat, hingga gigi pria tersebut terlepas keluar. Pria tersebut meronta-ronta.
Karena saking sakitnya, pria tersebut seperti menangis, air mata terus keluar dari matanya dan ia terlihat sangat menderita.
"Tolong berhenti...tolong! aku mohon padamu!!" kata pria tersebut, putus asa.
"sudah saya katakan... Saya akan membuatmu seperti di neraka!" kata Leo, tidak peduli.
"apa yang kau inginkan dariku?" tanya pria tersebut. Putus asa.
"yang saya inginkan adalah membuat kau benar-benar menderita seperti yang kau lakukan pada orang-orang malang yang kau culik dan bunuh!" kata Leo. Serius.
"siapa kau sebenarnya??" tanya pria tersebut. Heran.
"saya adalah mimpi burukmu!!" kata Leo sembari menusuk luka tembakan di lutut pria tersebut menggunakan tang.
"ahhhhhkkk... brengsek kauu!!" teriak pria tersebut dengan kuat. Menahan rasa sakit yang luar biasa.
"saya akan terus menyiksamu hingga kau kehabisan darah dan memohon untuk mati!!" kata Leo
Pria tersebut sudah tidak bisa bicara lagi karena seluruh tubuhnya mengalami rasa sakit yang sangat. Pria tersebut seperti sudah tidak berdaya lagi. Ia terlihat stres dan putus asa.
"kenapa kau jadi murung begitu?? kemana perginya semua arogansimu??" ejek Leo.
"kau..kau..tidak akan lari dari semua ini!! kau dengar!!" ancam pria tersebut dengan suara lemah.
"tidak sepertimu.. saya sudah siap mati. Apakah kau sudah siap mati???" tanya Leo.
Pria tersebut hanya memandang dengan tatapan tajam ke arah Leo,
"saya tidak akan mengijinkan kau mati saat ini!!" kata Leo, sembari menarik combat knifenya dan menusuk tepat di tengah tangan kanan pria tersebut.
"aahhhhhkkkkkkkkk.." erangan kesakitan pria tersebut menggema diseluruh ruangan tersebut.
Setelah combat knife itu tertancap di tangan pria tersebut, Leo memegang combat knife tersebut dan memutarnya bertahan-lahan, sehingga menciptakan rasa sakit yang luarbiasa pada tubuh pria tersebut.
"ahhhkkk berhentiii--berhentiiii..tolonggg..berhentiii" teriak pria tersebut dengan meronta-ronta kesakitan.
Pria tersebut mengalami stres fisik yang luarbiasa dan ia terlihat frustasi. Pria tersebut benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan. Tapi tetap Leo belum merasa puas.
"katakan.. kenapa kau ingin membunuh kami dan orang-orang lain yang datang kesini??" tanya Leo, pelan.
Pria tersebut hanya diam dan tertunduk, ia seperti tidak punya kekuatan untuk menjawab pertanyaan Leo.
"kenapa?" tanya Leo singkat.
pria itu hanya diam dan masih tertunduk seperti ia sudah kehilangan kesadaran-nya.
"kenapa kau menyakiti Sofia??" tanya Leo dengan raut wajah sedih dan mata berkaca-kaca begitu menyebut nama Sofia.
Pria tersebut mengangkat wajahnya berlahan-lahan.
"karena saya menginginkannya. Saya ingin melihat mereka menderita dan memohon. Memohon untuk hidup mereka. Saya menikmati setiap rasa sakit dan penderitaan mereka. Apa kau menikmatinya?? rasanya nikmat, bukan?? membuat orang lain menderita dan kesakitan!" kata pria tersebut.
Tanpa berpikir dua kali, Leo mendekati pria tersebut dan meninju wajah pria tersebut sekuat-kuatnya dan berulang-ulang kali hingga wajah pria itu berlumuran darah. Setelah merasa cukup, Leo berhenti.
Leo masih ingin menyiksanya, tapi di sisi lain, Leo merasa 'tidak ada gunanya menyiksanya, lebih baik saya bolongi kepalanya dan tunggu hingga fajar menyingsing dan setelah itu pergi mencari mayat Sofia.' Begitu pikiran Leo.
"apa yang kau tunggu?? lakukanlah!!" kata pria tersebut, seperti sudah mengetahui isi kepala Leo.
Leo berbalik, mengeluarkan senjata glock 19 miliknya.
"lakukanlah.. itu yang kau inginkan, kan?? membalaskan dendam pacarmu!!" kata pria tersebut, memancing emosi Leo.
Leo berlahan mengangkat pistol tersebut dan mengarahkannya tepat ke wajah pria tersebut. Untuk sesaat, Leo dan pria tersebut saling bertatapan mata. Leo baru akan menembak kepala pria tersebut, dan tiba-tiba terdengar suara helikopter di ke jauhan. Leo membatalkan niatnya membunuh pria tersebut dan berlari keluar, mengambil flare yang pernah diberikan Alejandro dan menembaknya ke udara, berusaha memberi tanda pada helikopter tersebut. Cahaya flare itu naik ke udara dan menyala dengan terang. Leo tahu itu adalah polisi. Setelah menembakan flare, Leo berjalan masuk kembali ke gudang tesebut.
"kau cukup beruntung.. aku akan menyerahkan kau pada polisi agar kau membusuk dipenjara, mempertanggungjawabkan semua perbuatan jahatmu!!" kata Leo.
Pria tersebut hanya tersenyum mendengar perkataan Leo yang langsung berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"jadi hanya ini sajaaa?? kau tidak ingin membalaskan dendamnya???" teriak pria tersebut saat melihat Leo keluar dari bangunan kayu tersebut.
Leo berjalan keluar tanpa menghiraukan perkataan pria tersebut.
Leo berjalan kearah jembatan di pinggir danau tersebut dan berdiri disana. Tatapannya kosong, hatinya hancur dan sedih mengingat istrinya Sofia, yang entah kini berada dimana. Air mata keluar berlahan dari mata nya. Leo menangis mengenang Istrinya.
"Maafkan aku, Sofia" ucap Leo. Menyesal.