Alya terpaksa menggantikan Putri yang menghilang di hari pernikahan nya dengan putra dari konglomerat keluarga besar Danayaksa. Pebisnis yang di segani di dunia bisnis. Pernikahan yang mengantarkan Alya ke dalam Lika - liku kehidupan sebenarnya. Mulai dari kesepakatan untuk bertahan dalam pernikahan mereka, wanita yang ada di masa lalu suami nya, hingga keluarga Devan yang tidak bisa menerima Alya sebagai istri Devan. Mampukah Alya melewatinya? Dengan besarnya rasa cinta dari Devan yang menguatkan Alya untuk bertahan mengarungi semua rintangan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Melakukannya
*****
" Kenapa Mas melakukan itu? Bukan... Aku tahu kita suami istri dan Mas berhak memintanya dari ku. Aku juga akan memberikannya kepadamu, tapi kenapa mas tidak bertanya dan melakukan itu seperti itu melampiaskan emosi kamu, mas?" Tanya Alya, air matanya kembali mengalir.
" Aku salah... Aku minta maaf... Aku tidak bisa mengontrol emosi dan egoku sehingga aku melukai kamu. Maafkan aku Alya." Devan menghapus air mata di wajah Alya, namun Alya langsung mundur dan menggeleng.
" Tolong ceritakan kepadaku,mas. Apa alasan kamu melakukannya seperti itu?" Pinta Alya membuat Devan menatap lekat pada wanita itu.
Alya yang penuh pengertian, Alya yang membuat meminta penjelasannya tanpa membuat Devan harus memohon agar dia bisa menjelaskan, Alya yang tidak berteriak dan mengumpat padanya atas hal bejat yang dilakukan. Wanita itu... Kenapa begitu berbeda?
Semuanya mengalir dengan lancar dari bibir Devan, tentang provokasi orang - orang hingga dia melihat sendiri foto Alya yang dibicarakan oleh dua orang pria saat itu. Mendengar itu membuat Alya tersenyum miris.
Kini dia mencoba mengerti Devan, tidak bisa menyalakan pria itu sepenuhnya, namun apa yang dilakukan Devan juga salah. Ada rasa sesak yang menggerogoti hati Alya.
"Kenapa kamu tidak mencoba bertanya baik-baik padaku, Mas? Aku tahu kita mengenal belum lama dan tiba-tiba menjadi suami istri, kamu selama ini sangat baik padaku, Mas. Kupikir bagaimana baiknya perlakuanmu sama dengan baiknya pikiranmu tentangku. Ternyata aku salah." Ucap Alya kecewa.
Alya menatap Devan dengan senyum yang miris, membuat telepon merasa ada sesuatu yang menyakitkan menusuk hatinya.
"Aku salah. Egoku dan amarahku lebih dulu bertindak hingga Aku menyakitimu. Aku minta maaf, Alya. Tolong katakan padaku apa yang harus aku lakukan untuk mengobati luka hatimu?" Tanya Devan.
Devan menatapnya dengan penuh permohonan, terdengar helaan nafas lagi dari Alya.
"Apa sekarang kamu percaya jika aku adalah wanita yang mampu menjaga diriku? Bukan seperti hinaan mereka yang sangat merendahkanku hingga kamu melakukan apa yang mereka ucapkan demi membuktikannya?" Tanya Alya menatap pada Devan.
Ucapan Alya yang menohok hati Devan. Devan menatap lekat pada Alya dan menggangguk.
"Aku percaya, sekarang aku tidak akan percaya dengan omongan mereka tentang kamu, Alya. Aku percaya pada kamu apapun yang kamu katakan dan lakukan. Aku minta maaf." Jawab Devan menyesal.
Alya juga tidak ingin memperpanjang masalah ini, walau masih ada setitik kekecewaan di hatinya, dalam keadaan ini rasanya Alya juga ingin menanyakan tentang pernikahan mereka yang tidak memiliki tujuan.
"Alya, sungguh aku minta maaf. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?" Devan kembali memohon saat Alya terus diam dengan raut wajah penuh kekecewaan.
Helahan nafasnya kembali terdengar, membuat Devan terbelenggu oleh rasa sesak yang terus menggerogoti hatinya.
"Aku memaafkanmu." Kata Alya.
"Tidak perlu, mas. Aku mencoba memahamimu kali ini, karena aku tidak bisa mengontrol pikiran orang tentangku dan bagaimana pikiran mereka mempengaruhi kamu.namun, jika ke depannya hal-hal seperti ini terjadi lagi, Aku tidak tahu bisa memaafkanmu atau tidak." Ucap Alya pada akhirnya membuat Devan mengangguk seolah memahami dengan baik setiap ucapan Alya.
Pasti setiap wanita memiliki impian untuk menikah dengan pria yang dicintainya, memberikan kehormatannya kepada suami yang dicintainya, dan diperlakukan lembut saat mereka menyambut ibadah suami istri itu.
Namun, semua itu tidak menjadi kenyataan untuk alya. Devan lah yang menghancurkannya. Rasanya Devan semakin menyesal, namun dia tau tidak bisa memperbaiki apa yang telah terjadi, yang bisa dia lakukan hanyalah menebusnya.
"Mas... Kamu tahu kapan setiap wanita selalu menuntut kepastian. Jika wanita di luar sana mungkin banyak yang menuntut kepastian untuk dinikahi, namun kini aku menuntut kepastian tentang tujuan kamu mempertahankan pernikahan ini hingga detik ini. Tolong katakan padaku agar kamu tahu bagaimana harus mempersiapkan diriku dengan keputusan dengan rencanamu." Alya menatapnya penuh makna, terdengar kembali helaan nafas dari bibirnya.
Devan menunggu, Alya seperti belum menyelesaikan kalimatnya.
"Keluargamu tidak ada yang menyukaimu selain Naomi, status sosial kita sangat berbanding terbalik. Latar belakang kita pun bagaikan langit dan bumi. Pernikahan ini juga bukan pernikahan yang kamu ataupun aku impikan. Juga tentang Putri yang mungkin akan kembali kepadamu. Pernikahan kita adalah kecelakaan untuk menyelamatkan keluarga kamu dan keluarga pakde ku. Dengan semua hal ini, jangan lupa kamu bisa langsung menceraikanku sejak awal, mas... Namun hingga detik ini, kamu tidak pernah mengatakan kapan akan menceraikanku. Setiap aku bertanya jawaban kamu sangat ambigu. Aku bingung, Mas." Ucap Alya mengungkap kan isi hati nya.
Alya menutup wajahnya dengan Kedua telapak tangannya, dia kembali menangis di depan Devan. Devan yang mendengar itu mengulum senyumnya.
Dia mengerti kekhawatiran dan kebingungan Alya, namun kenapa sih lagi-lagi wanita itu tidak memikirkan tentang dirinya? Devan baru saja merenggut hartanya yang paling berharga, kenapa wanita itu justru menanyakan perceraian? Apakah tidak berpikir bagaimana jika dia hamil?
Alya dengan pikirannya selalu membuat Devan kehilangan kata-katanya.
"Karena sejak aku mengucap namamu dalam akad, aku telah mengatakan kepada diriku sendiri jika aku tidak akan menceraikanmu jika kamu tidak pernah membuat kesalahan, Alya.
Alasan apa yang harus aku sampaikan kepada Allah untuk menceraikanmu padahal tidak ada sedikitpun kesalahan yang kamu lakukan kepadaku? Aku tahu pernikahan kita memang bukanlah pernikahan impian kamu maupun diriku. Namun, rumah tangga impian itu ingin aku bangun bersama kamu." Ucap Devan dengan senyum yang begitu indah, menatap Alya dengan tulus dan hati yang terasa lebih lega.
Alya ternganga, air matanya sudah tumpah mendengar jawaban Devan yang membuatnya kehilangan kata-katanya.
Pria itu... Kenapa selalu tidak terduga dan membuat Alya takut. Takut jika dia benar-benar jatuh cinta pada Devan sedang cintanya tidak bersambut.
"Bagaimana dengan Putri dan keluarga kamu?" Katanya Alya, membuat Devan tersenyum, dia marangsek mendekat pada Alya dan meremas bahu wanita itu.
"Aku tidak ada urusan lagi dengan Putri, sejak Dia memutuskan meninggalkanku, maka aku juga telah menghapusnya dari hidupku. Aku bukan pria yang akan terjebak dalam masa lalu karena cinta, Alya. Putri kembali ataupun tidak, itu tidak akan mempengaruhi ataupun pernikahan kita. Bukankah dulu pernah aku katakan kepadamu?"
"Tapi ucapan kamu waktu itu ambigu, dan terkesan seperti membalik pertanyaan dengan pertanyaan." Nada suara Alya terdengar kesal, dan membuat Devan terkekeh.
"Aku minta maaf." Ucap Devan.
"Bagaimana dengan keluarga besar kamu?" Kata Alya lagi dengan ketakutan yang selanjutnya.
"Kita akan menghadapinya bersama. Yang terpenting memang Restu mama, tapi Mama pasti akan setuju dengan pilihan anaknya. Kita akan terus mencoba meyakinkan mama. Kamu mau mencobanya denganku, kan?" Kata Devan meremas tangan Alya.
Alya tidak langsung menjawab, dan itu menimbulkan kerutan di wajah Devan, ayah tahu tembok di depannya sangat besar, meruntuhkan hati mertuanya yang sangat menjunjung status sosial dan memandang rendah pekerjaannya bukanlah hal yang mudah.
Namun, suaminya yang ini telah menawarkan keyakinan jika mereka bisa melewati itu.
***
Alya bingung dengan sikap Devan pada nya.
Dia masih ragu untuk percaya pada Devan.
tetep semangat nulis thor 💪
lanjut Thor...