Nadia Prameswari menjalani kehidupan yang sempurna dengan suaminya di mata publik. Namun sebenarnya, pernikahan itu hanya untuk kepentingan bisnis dan politik.
Nadia seorang wanita aseksual, membuat Arya selingkuh dengan adik tirinya.
Hal itu membuat Nadia bertekad memasang chip di otaknya untuk mengaktifkan hasrat yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Namun, apa yang terjadi setelah rasa itu aktif? Apa dia akan menjerat Arya atau justru terjerat pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Memutuskan? Saya belum bisa memutuskannya," kata Niko dengan ragu.
Nadia hanya tersenyum. "Iya, kamu pasti ragu untuk memutuskannya."
"Saya takut ada efek samping yang berbahaya pada Bu Nadia."
Nadia menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu takut. Kamu yakin saja pada hasil penelitian Profesor Axel. Selama ini sudah banyak orang yang tertolong dari kerja kerasnya."
"Mengapa Bu Nadia memilih saya?"
Nadia tersenyum kecil. Dia berdiri dan mendekati Niko. "Kita bicara di ruanganku saja." Dia berjalan mendahului Niko menuju ruangannya.
Setelah masuk ke dalam ruangannya, Nadia duduk di kursi kebesarannya dan menyuruh Niko mengunci pintu. "Kamu kunci pintunya."
Nadia memutar kursinya dan menatap jendela besar yang menghadap ke kota. Langit jingga menghiasi pemandangan sore hari itu.
"Aku tahu, pasti berat bagi kamu untuk memutuskan. Tapi aku tidak akan memaksa. Aku juga tidak punya siapapun untuk melawan Arya dan keluargaku sendiri."
Niko mendekat dan berdiri di samping Nadia. "Maaf, apa Bu Nadia berniat melakukannya dengan saya? Saya tidak ingin memberi izin jika Bu Nadia melakukan prosedur itu untuk Pak Arya. Menurut saya, lebih baik Bu Nadia cerai saja dengan Pak Arya dengan begitu satu beban Bu Nadia telah teratasi. Pak Arya juga masih selingkuh dengan Rissa. Jangan sia-siakan hidup Bu Nadia seperti ini."
Nadia memutar kursinya dan menatap Niko. "Maksud kamu, jika aku cerai dengan Arya maka kamu mau denganku?"
Nadia berdiri dan memegang jas Niko lalu menariknya mendekat. "Kamu terlalu polos. Aku tidak mungkin melepaskan Arya sebelum membuatnya jatuh. Setelah tiga proyekku berhasil, barulah aku akan mencampakkannya."
"Lalu, mengapa Anda meminta saya?"
“Karena kamu pria tangguh yang aku butuhkan,” jawab Nadia tanpa ragu. Jemarinya terulur, menyentuh pipi Niko dengan lembut, membuat napas pria itu sedikit memburu. “Aku akan memberi apa pun yang kamu mau asal kamu mau memutuskannya untukku.”
“Setelah itu?” tanya Niko lagi.
“Hanya aku dan kamu yang akan melanjutkan proyek itu,” ujar Nadia sambil menatap matanya dalam-dalam. “Aku punya rencana yang akan membuat Arya dan Rissa tak bisa berkutik lagi.”
Niko akhirnya memegang pinggang Nadia, lalu dengan perlahan memutarnya hingga tubuh wanita itu tertahan di tepi meja kerja. “Maksudnya, Bu Nadia mau selingkuh dengan saya untuk membalas perbuatan mereka?”
Dada Nadia berdebar keras. Dia bisa merasakan panas tubuh Niko yang begitu dekat, membuat pikirannya kabur sejenak. “Iya, aku tahu itu salah. Tapi akhir-akhir ini, antara ambisi dan perasaanku tidak berjalan seimbang. Semua orang ingin aku jatuh. Mereka ingin aku hilang dari perusahaanku sendiri. Sekarang aku masih berdiri di sini, tapi aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan.”
“Saya tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu,” kata Niko.
Nadia tersenyum mendengar kalimat Niko. Dia bisa melihat keseriusan dari kedua matanya. “Itu sebabnya aku memilih kamu. Karena hanya kamu yang selalu melindungiku. Kalau suatu saat nanti terjadi sesuatu padaku, aku ingin kamu yang meneruskan semuanya. Aku ingin kamu memiliki semua yang aku miliki.”
Niko mengepalkan kedua tangannya. Dia tidak menyangka Nadia sangat percaya padanya. Bagaimana jika dia juga ada niat jahat pada Nadia? Meskipun itu tidak mungkin dia lakukan. "Bagaimana kalau saya juga ingin memanfaatkan Bu Nadia?"
"Kamu tega melakukan itu padaku?"
Niko tak menjawab pertanyaan Nadia. Dia hanya menatapnya semakin dekat.
"Atau kamu tidak mau mengambil resiko?"
Tanpa menjawab, Niko semakin mendekatkan wajahnya. Kali ini, dia yang memulai ciuman lembut itu. Dia menyentuh bibir Nadia dengan lembut. Perlahan namun pasti dia memainkan bibir itu hingga akhirnya dia menyentuh indera pengecap yang hangat dan basah itu. Dia me lu mat nya dan sesekali menghisapnya pelan.
Nadia baru pertama kali ini merasakan ciuman yang begitu intens. Ternyata caranya mencium Niko kemarin salah. Dia memejamkan matanya dan membalas setiap pagutan. Tidak ada gejolak yang muncul tapi dadanya kini berdebar tak menentu.
Niko semakin menekan tengkuk leher Nadia dengan satu tangannya sedangkan tangan lainnya memeluk pinggang ramping itu. Bibir yang sudah lama ingin dia rasakan, akhirnya dia bisa merasakannya. Napasnya semakin berat jika tidak dia akhiri segera, dia tidak mungkin bisa menahannya.
Hingga akhirnya terdengar ketukan pintu yang membuat Niko menjauhkan dirinya. "Maaf, saya tidak bermaksud ...."
"Tidak apa-apa. Aku tahu kamu berani mengambil resiko. Meskipun tidak ada gejolak yang muncul tapi aku tergoda," bisik Nadia.
Nadia tersenyum dan mengambil cermin kecil yang ada di laci. Dia membenarkan lipstiknya lalu duduk kembali di kursinya.
Niko menunduk dan mengusap bibirnya yang memerah lalu dia membuka pintu itu.
"Apa yang kalian bahas sampai mengunci pintu dan menutip tirai?" tanya Arya sambil melangkah masuk ke dalam ruangan itu.
"Aku sedang membahas cara menyingkirkan Rissa dari posisinya," jawab Nadia sambil memberi kode pada Niko agar keluar dari ruangannya.
Arya hanya tertawa dan mendekati Nadia. Dia berdiri di samping Nadia lalu membungkukkan badannya. "Kalau mau menyingkirkan Rissa, kamu harus mau bekerjasama denganku."
"Bekerjasama?" Nadia menatap Arya yang ada di dekatnya. "Tumben kamu ke kantorku? Kamu tidak sibuk?" Dia mengambil dokumen dan membukanya.
Arya hanya terdiam. Dia kembali menegakkan dirinya dan berjalan ke depan meja Nadia. "Kita buat anak. Selain mendapatkan perusahaan, publik pasti juga akan bahagia jika kita menjadi keluarga yang sempurna."
Nadia hanya tersenyum miring. "Hentikan omong kosong kamu." Kemudian dia menyerahkan berkas yang baru saja dia periksa. "Berikan izin produksi untuk proyek ini. Minggu ini harus selesai."
Arya tersenyum sambil mengambil dokumen itu. "Iya, kamu memang masih membutuhkanku makanya kamu tidak membuangku. Sekarang, kamu ikut aku makan malam dengan anggota partai. Kebetulan ada acara perayaan."
"Sekarang?" Nadia menatap Arya penuh selidik.
"Iya, sebentar lagi sudah gelap. Tidak perlu ganti pakaian, kamu sudah cantik memakai itu." Arya tersenyum menatap Nadia.
Nadia mengambil ponselnya dan mengaktifkan titik lokasi yang terhubung dengan ponsel Niko. Dia punya firasat tidak enak tapi dia tidak akan mundur. "Baiklah." Dia memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu memakai tasnya.
Arya menggandeng tangan Nadia saat keluar dari ruangan itu.
Melihat mereka berdua keluar, Niko menghampiri mereka.
"Kamu tidak perlu ikut karena ini makan malam anggota partai. Aku bawa mobil sendiri."
Nadia menganggukkan kepalanya. "Kamu pulang dulu saja." Kemudian mereka berdua berjalan menuju lift sambil bergandengan tangan seolah mereka adalah pasangan suami istri yang harmonis.
Niko terus menatap punggung yang kian menjauh dan menghilang di balik pintu lift. Dia mengambil ponselnya dan melihat lokasi Nadia yang terus berjalan. Dia tahu apa yang harus dia lakukan.
hottttt
di tunggu updatenya
pasti Nadia luluh...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
parah ni