Jerat Cinta Sang Mafia

"Selamat pagi, Nyonya! Maaf saya baru saja hendak mengabari apabila Tuan Felix ingin menemui anda," ucap Martin dengan sopan.

Pria ini kakak Safia, asisten sekaligus sahabat Axel. Ia mengetahui Shapire penyebab kecelakaan itu namun ia tidak membenci dan menghukum Shapire seperti Axel. Ia masih tetap memperlakukan Shapire seperti atasannya karena Shapire kini telah menjadi istri Axel.

"Terima kasih, Martin."

Martin undur diri kembali ke ruang kerja Axel, ia saat ini sedang mengerjakan banyak tugas yang diberikan oleh Axel. Sambil menunggu Axel keluar kamarnya, ia kembali memasuki ruangan kerja Axel.

Shapire merasa lega melihat Felix, sahabat baiknya. Ia ingin sekali berbagi cerita dan perasaan kepada Felix, tapi entah mengapa suaranya tercekat dan ia merasa sulit untuk mengeluarkan kata-kata.

Felix menyambut Shapire dengan hangat dan penuh perhatian, "Shapire, apa kabar? Aku kemari hanya ingin mengunjungimu."

Felix memperhatikan perubahan pada wajah Shapire dan mencoba menebak apa yang salah. Wanita itu seperti mencemaskan sesuatu, apa ia takut akan kemarahan Axel. Shapire senang dengan kedatangan Felix namun ia takut apabila Axel marah bila melihat Felix menemuinya.

Felix memahami kekhawatiran Shapire dan mencoba membuatnya merasa lebih nyaman. "Jangan khawatir, aku sudah bicara dengan Martin dan dia sudah memberitahu Axel tentang kedatanganku. Axel tidak akan marah, aku yakin," kata Felix dengan nada meyakinkan.

Felix berharap Shapire bisa terbuka dan berbagi perasaannya, karena dia tahu bahwa Shapire membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Wanita ini seperti memendam semuanya sendirian dan Felix sedih akan hal itu.

"Tapi aku hendak memasak dulu untuk Axel," ucap Shapire.

"Kebetulan sekali, aku juga belum makan" kata Felix dengan nada manja.

Shapire terkekeh, ia lalu pergi menuju dapur untuk memasak diikuti Felix yang mengikutinya dari belakang. Jari jemarinya yang indah kini menari indah memainkan pisau dapur, bukan lagi pisau bedah melainkan pisau dapur untuk memotong bahan-bahan makanan.

Felix tersenyum melihat Shapire yang sibuk memasak, ia tidak bisa tidak memperhatikan bagaimana Shapire dengan terampil memotong bahan-bahan makanan dengan pisau dapur. "Kamu memang sangat berbakat, Shapire. Tidak hanya sebagai dokter, tapi juga sebagai koki," kata Felix dengan nada mengagumi. Felix duduk di meja dapur, menonton Shapire dengan senyum hangat.

"Masak yang enak, ya?" Felix menyemangati Shapire membuat wanita itu tersenyum sumringah.

Suasana pagi ini sedikit menghangat karena kedatangan Felix, sejenak Shapire melupakan semua masalah yang menimpanya. Tiba-tiba saja senyuman mereka memudar ketika Axel tiba-tiba datang menghampiri istrinya. Axel sengaja memeluk Shapire dari belakang membuat Felix merasa cemburu.

"Aku sedang memasak," bisik Shapire merasa risih dengan sikap Axel.

Ia tahu Axel bersikap seperti ini karena ada Felix di sana. Axel pun melepaskan pelukannya, ia mengambil segelas air minum lalu meminumnya.

"Kau sangat tidak ada kerjaan sekali ya, Tuan Kanha! Pagi-pagi sekali datang ke rumah orang" sindir Axel lalu duduk berhadapan dengan Felix.

"Aku kebetulan lewat sini jadi mampir sebentar, aku ingin mencicipi masakan sahabatku" jawab Felix dengan tatapan tajam.

Felix memperhatikan setiap gerakan dan ekspresi Shapire, mencoba membaca antara baris untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak percaya bahwa pernikahan Axel dan Shapire benar-benar karena cinta, ada sesuatu yang tidak beres dan Felix ingin tahu apa itu. "Shapire, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Felix dalam hati.

"Apa kau sudah jatuh miskin sehingga ingin makan di tempat kami?" tanya Axel lagi dengan sarkas.

"Aku tidak harus jatuh miskin untuk menikmati makanan buatan sahabatku, sepertinya kau yang takut jatuh miskin karena aku hendak sarapan di sini," balas Felix dengan senyum menyeringai.

Shapire tidak bisa menahan tawa, ia tertawa kecil melihat pertengkaran kecil antara Axel dan Felix. "Hentikan, kalian berdua. Aku sudah memasak banyak makanan, ada cukup untuk semua orang," kata Shapire dengan nada menenangkan, mencoba menghentikan pertengkaran mereka. Felix dan Axel saling membuang muka, mereka pun mulai menikmati makanan yang baru saja Shapire sajikan.

"Ingat batasanmu Tuan Kanha, wanita di sampingku ini sekarang adalah istriku. Jadi kau tidak boleh terlalu akrab dengan istriku, karena aku tidak suka," ucap Axel mengingatkan kepada Felix yang sejak tadi memandangi istrinya.

Felix terkekeh mendengar peringatan dari Axel, "Sepertinya di sini kau yang terlalu berlebih-lebihan Tuan Smith, aku akrab dengan semua orang, Junior, Romeo, Vano dan Marvel pun tidak mempermasalahkan aku dengan istri mereka."

Axel mengerutkan keningnya, tidak suka dengan jawaban Felix. "Itu tidak penting, yang penting adalah aku tidak ingin kamu terlalu dekat dengan Shapire. Jadi, jangan melanggar batasan itu," kata Axel dengan nada tegas.

Felix hanya tersenyum dan mengangkat bahu, "Baiklah, aku akan berusaha mengingat itu. Tapi, jangan terlalu cemburu, Axel." Felix menyindir Axel yang terlihat sangat posesif terhadap Shapire.

Shapire merasa lelah dengan pertengkaran Axel dan Felix yang tidak ada habisnya. Ia ingin melarikan diri dari situasi itu dan mencari sedikit ketenangan. "Aku harus bersiap sebentar, aku harus ke rumah sakit," kata Shapire dengan nada lembut, mencoba menghindari konflik yang semakin memanas. Ia meninggalkan Axel dan Felix yang masih bertengkar, berharap bisa mendapatkan sedikit waktu untuk dirinya sendiri.

"Jangan kau sakiti dia, bila kau tak sanggup membahagiakannya aku siap berjuang sampai mati untuk merebutnya darimu!" bisik Felix terdengar menyebalkan bagi Axel.

Axel tersenyum sinis mendengar ancaman Felix. "Kamu pikir kamu bisa merebutnya dariku? Aku tidak akan pernah membiarkannya terjadi," kata Axel dengan nada dingin. Ia tidak takut dengan ancaman Felix, karena ia yakin bahwa Shapire adalah tawanannya dan tidak ada yang bisa merebutnya. Axel memandang Felix dengan mata yang tajam, menantangnya untuk mencoba.

"Bahkan Shapire sudah menjadi milikku, apa kau masih bersikeras menginginkannya? Semalam kami main tusuk-tusukkan Tuan Kanha," ujar Axel sengaja memancing emosi Felix.

Felix tersenyum sinis mendengarnya, ia lalu menatap kearah pinggang Axel yang terluka. Felix dapat mengetahuinya dari darah merembes dari kaos yang dikenakan oleh Axel.

"Aku merasa kau yang tertusuk Tuan Smith," ucapnya lalu tergelak.

"Sialan!"

Tak lama kemudian Shapire datang dengan pakaian formalnya, Shapire terkejut ketika melihat noda darah pada kaos Axel. Ia langsung khawatir melihat luka Axel yang masih berdarah. "Axel, luka itu masih berdarah! Kita harus segera membersihkannya dan mengganti perbannya," kata Shapire dengan nada cemas.

Shapire mengambil kotak obat yang berada tidak jauh dari dapur, ia mulai membersihkan luka dengan hati-hati. Felix memperhatikan mereka dengan mata yang tajam, seolah-olah ia tidak suka melihat kedekatan antara Axel dan Shapire.

Axel menikmati reaksi Felix yang terlihat cemburu dan tidak suka melihat kedekatan antara dirinya dan Shapire. Ia tersenyum dalam hati, merasa puas karena tahu bahwa Shapire adalah miliknya dan tidak ada yang bisa merebutnya.

"Kamu tidak akan pernah bisa mengalahkanku, Felix. Shapire adalah milikku, dan aku tidak akan pernah melepaskannya," kata Axel dalam hati, dengan kepercayaan diri yang tinggi.