Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Butuh pelukan
.
.
.
.
Hari ini Mecca terus berusaha menghubungi pelanggan yang komplain kemarin untuk bisa bertemu dan bicara secara langsung, dia pelanggan baru tapi seolah sudah tahu semua seluk beluk butik jadi bisa dengan mudah menyebarkan berita komplain yang dia besar-besarkan itu.
Jam dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam, Meeca masih juga terduduk di sofa setelah tadi di ajak shalat isya oleh suaminya. Laptop masih berada di pangkuannnya dan satuu tanganya masih memegang berkas berisi desain yang baru saja launching minggu lalu, namun sudah langsung mendapat komplain besar seperti ini.
Perlahan Kenindra mengambil alih kertas dari tangan Mecca, menaruh laptop di meja dan mematikannya, setelah memastikan kedua mata Mecca terpejam walau dalam posisi masih terduduk.
Dia rengkuh tubuh mungil Mecca masuk dalam pelukannya, membenarkan posisi mereka tetap seperti itu hingga bisa terlelap bersama untuk beberapa jam kedepan. Kenindra sengaja tidak memindahkan atau membangunkan istrinya, ia takut mengganggu kenyamanan Mecca tidur, jadi memilih untuk ikut tidur di sana saja bersamanya, sofa tersebut juga luas.
Keesokan paginya Mecca sudah membuat jadwal temu dengan pelanggan yang menyebarkan berita komplainya beberapa hari lalu, namanya bu Dewinta. Mecca sudah optimis bisa menyelesaikan masalah ini segera.
" Chaa, kamu udah cari tahu tentang bu Dewinta? "
" Sudah Car, dia hanya seorang ibu sosialita biasa. Memang baru pertama kali membeli di butik kita. Dia salah satu pelanggan vip di Orchid store, bisa di tebak kan arah permasalahan kita kali ini? " Mecca mengangguk paham, sudah mulai bisa menarik benang merah masalah mereka. Semalam ia sempat meminta Gangga untuk mencari tahu segala tentang bu Dewinta. Gangga merupakan salah satu bodyguard eyang yang ditempatkan di butik bersama Gery. Dia mempunyai keahlian di bidang IT.
Berbekal info dari Chacha, Mecca bergegas meraih tasnya di meja dan berjalan cepat menuju mobil yang terparkir di halaman butik.
Kenindra tidak menemaninya ke butik hari ini, eyang juga kebetulan meminta bertemu dengannya. Jadi Mecca bertemu bu Dewinta sendirian. Ia sudah menyusun kalimat-kalimat begitu rapi dalam otaknya untuk menjelaskan kesalahpahaman antara klien dan pihak butiknya.
Mecca menarik napas panjang sebelum mulai melajukan mobilnya, sengaja ia datang lebih awal. Dan tidak memakan waktu lama, Mecca sudah sampai lebih dulu di resto tempat mereka janjian.
Kini sudah hampir satu jam Mecca menunggu bu Dewinta dengan gelisah, di dalam resto. Segelas lemon tea yang ia pesan pun sudah hampir tandas olehnya, namun torang yang tunggu tidak muncul juga.
' hallo ibu Dewinta, saya sudah menunggu anda dari sejam yang lalu dii resto..' ucap Mecca melalui sambungan telephonnya.
' ahh, iyaa maaf bu Mecca. Saya sedang ada urusan, kalau mau membahas perihal ganti rugi dan kompensasi tinggal transfer saja sejumlah uang yang sudah kita sepakati kemarin,, '
' saya butuh penjelasan lebih rinci bu dari komplain dan tindakan ibu lainnya, jadi kita harus bertemu. Untuk masalah kompensasi sudah pasti akan saya bayarkan bu.'
' saya tidak ada waktu untuk bertemu, bukannya sudah jelas kalau yang saya komplain kemarin itu.'
' saya hanya ingin tahu kenapa anda sampai merusak citra butiik saya seluas ini. Bukan seperti mencerminkan kepribadian anda yang seorang sosialita elite dan bermartabat tinggi. Kita bisa selesaikan maslah ini dengan baik tanpa harus mencela butik saya dari berbagai pihak.'
Wanita di seberang sana terdengar hanya tertawa kecil sebeluum akhirnya meminta jadwal temu ulang besok.
Mecca sudah begitu menahan emosinya agar tidak sampai meledak boleh kesal dong kali ini? Pembeli memang raja tapi kalau raja fir'aun gimanaa??
Mecca beranjak kesal dari tempat duduknya setelah membayar lemon tea yang ia pesan, sebelum sampai di pintu kelura matanya memicing, sedikit teratensi pada seorang wanita paruh baya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Mecca seperti mengenalnya,tapi entah siapa...
Wanita itu sempat melirik ke arah Mecca dengan senyum smirknya. Ingin sekali Mecca mengikutinya namun sial, dia bergegas menuju mobil mewah yang di kawal oleh beberapa orang pria berseragam hitam.
" Gimana Ca, berhasil bertemu bu Dewinta? " todong Chaca begitu Mecca memasuki ke butik lengkap dengan raut wajah kesalnya. Wanita cantik yang kini terlihat lesu itu hanya mendengkus dan menghempaskan kasar pantatnya di sofa kecil ruang tunggu. " Dia cancel Cha, minta ketemu lagi besok."
" Udah gue duga sii, dia memang lagi mainin kita Ca. Hari ini gue udah dapet tujuh cancelan lagi. Dan belum ada order baru yang masuk, lo tahu kan biasanya sesiang ini kita udah di sibukan ratusan PO produk baruu, hufhh! Pengaruh dari bu Dewinta kemarin nggak bisa di anggap remeh Ca. " ujar Chacha memburu, masih sangat terbawa emosi. Bagaimana tidak, dalam satu berita viral saja penjualan mereka bisa langsung anjlok. Banyak yang langsung cancel dulu tanpa menunggu klarifikasi lebih dulu.
" Iyaa Cha, aku tahu, kita pasti bisa selesaikan ini secepatnya. Hari ini kita klarifikasi dulu aja ke pelanggan vip kita untuk menjamin tidak adanya kesalahan yang sama."
" Siap Ca, gue udah bilang admin untuk tidak mengkonfirmasi apapun sebelum ada perintah dari lo. Gue kelarin ini dulu yaa, lo makan siang jangan telat. Selesai makan siang kita harus ke area produksi lagi untuk memastikan produk berikutnya yang masih di pending pihak QC. "
Tidak sempat Mecca memikirkan makan siang, pikirannya penuh dengan teka teki siapa bu Dewinta dan apa maksud di baliknya. Belum selesai otaknya menjeda, Mecca kembali di buat terkejut dengan adanya kiriman paket yang baru saja ia terima. Mecca merasa tidak pernah memesan apapaun, dan paketnya pun entah berisi apa, tapi yang jelas itu berbau sangat busuk. Mecca sampai memanggil Chacha dan Gery juga security untuk membukanya.
Ruangannya yang biasa beraroma teh keraton, kini mendadak bau busuk menyengat.
" Isinya apa pakk? " tanya Mecca dengan panik.
" Ini kayak kandang burung boss. Isi kotoran burung dan bangkai burung bu, saya buang langsung saja yaaa. " Mecca mengangguk cepat sambil terus menutup hidung sampai paket itu di bawa keluar. Mecca terduduk lemas di ruang santai yang biasa digunakan anak-anak butik untuk istirahat shift.
Gery menemukan di dalam paket itu ada note yang di tuliskan dengan tinta merah,
'tidak lama lagi hidupmu akan seperti ini, di dalam sangkar emas yang penuh bau busuk oleh sikap dan tindakanmu sendiri dan lama-lama kamu akan membusukk seperti burung ini juga.'
" Lo lagi musuhan sama siapa bos? " tanya Gery, ia sendiri yang membaca note dan meremaskan geram.
Mecca menggeleng masih dengan wajah panik dan takutnya. " Nggak ada nama pengirimnya Ger? Hufh,, gilaa! Bikin aku spot jantung sajaa. "
" Akhir-akhir ini lo ada masalah sama orang? "
" Ngga Cha,, kamu tahu aku sibuk di pesantren kan? Dan baru ada masalah ya ini."
" Ini udah termasuk teror loh, lo nggak hubungi eyang ajaa? Gue takut terjadi sesuatu sama lo deh!"
" Gue cari tahu dulu boss. " seru Gery sigap bergegas keluar bersama anak buahnya.
"Iya Ger, tapi jangan kasih tahu eyang dulu mungkin Cha, orang itu pasti hanya mengancamku karena memang aku sedang dalam masalah kali ini, mungkin ngga sii kalau semua ini berhubungan? "
Mecca memijit kedua pelipisnya, cukup pening menghadapi beberapa hal yang menguras pikirannya belakangan ini.
Tubuhnya sedikit tersentak ketika mendapati pintu ruangannya di terobos tanpa di ketuk lebih dulu. Ken, pria itu masuk dengan senyum teduhnya, secara tidak langsung ini yang ia butuhkan saat ini.
Entah kenapa melihat senyum itu hati Mecca yang memanas sejak siang terasa di siram oleh setumpuk es hingga menguap semua amarah yang ada di dalamnya.
" Needing hugs? " tanya Ken sembari berjalan mendekat ke arah istrinya. Dari sorot matanya saja sudah terlihat gadisnya tengah sangat lelah, tertekan dan mencoba menahan amarahnya.
" You always know what I need.. " Tanpa menunggu lama, Mecca peluk pinggang suaminya dengan erat. Perpaduan harum aroma tubuhnya dan satu tangannya yang terus mengelus puncak kepala Mecca, terasa sangat menenangkan. Dia pasti sudah tahu cerita Mecca di teror hari ini. Gery pasti memberitahu eyang, dia sangat tunduk pada eyang Prawira, jadi meski Mecca melarangnya ia akan tetap melakukan apa yang Eyang minta.
Siapa yaa, pelaku teror di butik Mecca??
Thanks udah baca...
boleh minta like dan komennya gaess.
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍