Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih memprihatinkan
Tari mengelus perutnya, kandungnya sudah menginjak lima bulan tapi masih tidak terlalu nampak. Ia merasa bersalah, berpikir inilah yang menjadi penyebab mengapa kehamilan nya yang menginjak lima bulan itu tidak juga nampak membesar.
" Jangan takut, kenalkan ! Namaku Maudy Cahyati, Dokter disini. Kondisi mu belum terlalu parah, asal kamu biasakan hidup sehat, makan dan tidur teratur, minum vitamin dan juga susu untuk Ibu hamil, semuanya akan kembali membaik. Aku akan mendampingi kamu hingga kesehatan mu membaik "
Tari tidak mudah percaya dengan orang lain, Ibunya sendiri yang adalah Ibu kandungnya saja rela menjual dirinya, dan menggugurkan janinnya ketika mengetahui Ia sedang hamil.
" Terimakasih, maaf aku harus pergi "
Maudy segera menahannya
" Ini kartu namaku, kamu bisa datang kapan saja kamu mau. "
Dengan berat hati akhirnya Tari menerima nya, Ia melangkah ke apotek untuk mengambil obat yang sudah di resep kan Dokter Maudy.
" Suster, ini resepnya " Tari langsung menyerahkan resep obat nya karena kebetulan apotek sedang lenggang.
Suster pun menerima dan menyiapkan semua yang tertulis disana.
" Berapa Suster "
" Sudah di bayar Mbak " Jawab Suster
Tari menerima nya dengan bingung
" Siapa yang membayar semua biaya nya, ini kan tidak murah. " Gumam Tari.
Ia melihat papan nama disana
" Klinik MC, Maudy Cahyati " Iya membaca kartu nama yang di berikan Dokter Maudy.
Bergegas Ia kembali ke ruangan Dokter Maudy.
" Apa apaan ini, kenapa Anda melunasi semua pembayaran selama aku disini. Memang nya Anda pikir Anda siapa, berani mengambil keputusan tanpa bertanya lebih dulu "
Maudy hanya tersenyum, Ia tidak merasa salah ataupun tersinggung sama sekali.
" Pertama, aku tidak melunasi nya karena aku adalah pemilik Klinik ini. Yang kedua, aku melakukannya atas dasar rasa kemanusiaan. Tidak akan rugi membantu sesama yang membutuhkan. Yang ketiga, seperti nya kita akan saling membutuhkan "
Tari tidak bisa berbicara apalagi, Ia segera menjauh pergi.
" Apa apaan, mentang mentang orang kaya dia bisa seenaknya berbuat seperti itu "
Tari kembali ke kontrakan nya, disana Ia terkejut karena semua barang barang miliknya sudah berada di luar dan ada seorang Pria dan juga Ibu kontrakan yang sedang melakukan transaksi.
" Ini apa apaan Bu, kenapa semua barang milikku ada di luar begini " Tanya Tari.
Ibu pemilik kontrakan tersenyum mengejek.
" Apa kamu pikun, bukankah hari ini hari terakhir mu disini. Apa kamu lupa atau pura-pura lupa "
Tari bukannya lupa tapi Ia ingin memperpanjang lagi sewa kontrakannya karena Ia merasa nyaman disana.
" Bu, aku bukannya lupa ataupun pikun. Aku baru pulang dan rencananya ingin memperpanjang waktu kontrak nya disini "
" Oh no no no ! disini tidak terima perpanjangan, kami hanya menerima pe ngontrak satu periode, kalau awal kamu ngontrak satu bulan ya satu bulan kamu harus keluar, kalau tiga bulan berarti tiga bulan. Salah siapa kamu ngontrak hanya tiga bulan saja dan sekarang sudah ada yang mengontrak kembali selama setahun "
Tari melongo mendengar penjelasan wanita subur itu.
Masa iya ada aturan seperti itu, apa bedanya yang baru dan yang lama, kan sama sama uang. Tari juga ngontrak bayar tidak gratisan.
" Tunggu apalagi, cepat pergi dari sini sekarang juga "
Tari menarik kopernya, sekarang Ia bingung harus kemana. Mencari kontrakan yang baru lagi dengan kondisi lemah seperti ini.
" Aku harus kemana sekarang "
Tari sudah mencari beberapa kontrakan tapi tidak ada satupun yang cocok untuknya. Peluh sudah mengalir deras di tubuhnya hingga membasahi baju yang Ia kenakan.
Ia berhenti karena sudah kelelahan, duduk di emperan toko dengan satu botol minuman di tangannya. Meskipun sakit tak pernah terpikirkan untuk kembali pada Ibunya, uangnya juga sudah menipis, karena di tempatnya bekerja kemarin Ia di pecat dengan tidak hormat. Ia di tuduh membuat kekacauan, hingga gajinya dua bulan tidak Ia terima.
" Aku harus bisa, pasti bisa " Tari menyemangati dirinya sendiri.
...----------------...
Tiga bulan berlalu, Tari berdiri di depan klinik MC. Perutnya yang sudah membesar belakangan ini terasa kram jadi Ia putuskan ke tempat itu.
" Permisi, apa bisa bertemu dengan Dokter Maudy " Tanya Tari pada seorang Dokter yang kebetulan ada di parkiran klinik itu.
Dokter Pria itu memperhatikan wajah Tari dan kemudian tersenyum.
" Kamu Tari kan "
Tari bingung namun kemudian mengangguk membenarkan.
" Wah kebetulan sekali, itu dia yang Anda cari " Dokter itu memberi kode melalui matanya.
Maudy tersenyum pada Dokter Irwan, namun senyum itu semakin mengembang sempurna ketika melihat siapa wanita yang sedang bersama Dokter Irwan.
" Tari "
Dokter Maudy langsung merangkul Tari dan membawanya masuk ke ruangan nya.
" Kamu dari mana saja Nak, Ibu sudah mencarimu kemana mana. Bagaimana kondisi janinnya " Tanya Maudy.
Tari menatap lekat wajah Maudy, ke khawatiran di wajahnya nampak tulus tidak mengada ngada, apalagi pelukannya tadi terasa sangat nyaman. Serasa seperti di peluk Ibu kandung sendiri.
" Tari baik, hanya saja perutnya sering keram " Jawabnya pelan masih memperhatikan raut wajah Maudy.
" Sini biar Ibu periksa dulu "
Tari menurut namun pandangannya tidak beralih dari wajah Maudy. Maudy menarik nafas lega setelah usai memeriksa kandungan Tari.
" Kamu kemana selama ini, apa hidupmu di luar baik baik saja. Kenapa kamu tidak tinggal bersama Ibu saja, di rumah Ibu tidak punya siapa siapa. Rumah Ibu juga besar, bisa untuk tinggal banyak orang tapi Ibu hanya tinggal sendiri "
Tari merasa nyaman mengobrol dengan Dokter Maudy, tidak seperti dulu.
" Memang kemana anak dan suami~~ " Tari sangat kesusahan harus memanggil Ibu pada Dokter wanita itu.
Lagi lagi Maudy sangat pengertian, Ia tidak ingin memaksa Tari.
" Kamu tahu Tari, waktu pertama kali kita bertemu, sebenarnya aku baru pulang dari pemakaman. Suami ku yang juga seorang Dokter meninggal karena gagal ginjal " Maudy sudah mulai bisa menerima kepergian suami tercintanya.
" Terus anak "
" Kami pernah punya anak namun tidak ada yang berumur panjang, mereka sudah lebih dulu di panggil sama yang maha kuasa "
Ternyata hidup Dokter Maudy lebih memprihatinkan dari hidupnya, pikir Tari. Ia mulai kagum pada wanita itu, wanita yang tangguh menurutnya.
" Maaf " Tari minta maaf karena sudah membuka luka lama.
" Tidak apa apa, makanya Ibu berharap kamu bisa tinggal di rumah Ibu, kita bisa saling melengkapi. Kamu bisa memanggil Ibu dengan panggilan Ibu "
Maudy memilih tersenyum ketika melihat tidak ada reaksi dari Tari, Ia tahu tidak bisa memaksakan kehendaknya. Sebenarnya Maudy sudah merasa sayang pada Tari dan ingin melindungi nya sejak pertama kali bertemu, namun Tari selalu menutup hati untuk orang lain, mungkin karena trauma masa lalunya, untuk itu Maudy tidak ingin memaksa.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰