"Putus kan pacar Lo!!"
Revano menatap tajam ke arah Renata, mata nya menelisik dari atas ke bawah, memperhatikan Renata dengan begitu intens.
Sementara Renata hanya diam...rasa cinta untuk pacarnya itu masih sangat dalam. Tidak mungkin kan dia begitu saja memutuskan hubungan ini, apalagi alasan karena seseorang.
"Gue kasih waktu sampai nanti malam,...kalau lo belum mutusin dia, siap siap saja....gue minta hak gue.."
"Gue makan Lo!"
Bisik Revano di telinga Renata, dengan hembusan nafas yang begitu kentara, membuat Renata seketika merinding.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulina alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Culik Dia
"Ikut gue!!"..
Tiga puluh menit lagi bel berbunyi yang tentunya kini saatnya Revano beraksi. Laki-laki itu langsung saja mengajak Mahesa, sahabatnya yang paling bisa dipercaya dan juga menyimpan rahasia.
Mahesa pun tidak membantah karena tadi pagi Revano sudah mengatakan kalau nanti pulang sekolah ikut bersama dengan Revano, entah apa yang akan dilakukan oleh Revano, yang jelas Mahesa kini bersama dengan Revano keluar dari warung yang ada di belakang sekolah.
Suasana sekolah masih sepi karena bel memang belum berbunyi belum waktunya pulang dan ini dimanfaatkan Revano bersama Mahesa untuk keluar dulu dari sekolahan ini.
"Masuk mobil gue, tinggalkan motor lo!"
Entah sejak kapan mobil Revano sudah berada di sebelah sekolahan yang tentunya tadi Revano meminta orang suruhan nya untuk mengambil mobil itu ke rumahnya.
"Seriusan? kita mau ke mana?"
Bingung juga tanpa diberitahu mau kemana tiba-tiba saja Mahesa diminta untuk masuk ke dalam mobil Revano dan sejak kapan Revano itu ke sekolah memakai mobil. Revano itu paling suka memakai motor bisa kebut-kebutan dan juga tidak ada macet, tetapi hari ini kenapa berbeda dan sepertinya ada aura aura yang sedikit mencurigakan dari dalam diri Revano.
"Kesuma."
Mahesa jelas melongo, kenapa tiba-tiba Revano mau ke sekolah rivalnya itu, mau apa? Mau tawuran? oh tidak!! tidak ada agenda Revano untuk tawuran apalagi besok malam juga sudah di agendakan untuk balapan dengan Radit.
"Ngapain?"
Tanya Mahesa lagi daripada bingung daripada bertanya-tanya dan dipendam sendiri sebaiknya memang langsung saja diutarakan, kenapa Revano pergi ke sekolah musuhnya.
"Culik dia!!"
"Ha? dia? siapa? Rere maksud lo?"
Tanpa mengangguk tanpa juga menggeleng, Revano hanya diam saja dan pastinya Mahesa sudah tahu kalau hanya diam itu berarti memang benar.
"Gila!! lo mau culik anak orang?"
Sekali lagi Mahesa hanya menggelengkan kepalanya pelan, bingung juga dengan apa yang ada di dalam pikiran Revano saat ini, benar-benar sahabatnya itu sepertinya sudah gila ada-ada saja kelakuannya bisa-bisanya malah menculik anak orang.
Hingga akhirnya mobil yang dikemudikan Revano sudah sampai di sebuah warung, ia tahu warung ini adalah tempat nongkrong anak-anak Kesuma tetapi ini masih sepi karena anak-anak Kesuma juga belum pulang sekolah.
"Lo yakin mau nunggu di sini? tapi sebaiknya kita cari tempat yang lain aja.."
"Takut dikeroyok?"
Ujar Revano yang saat ini masih berada di mobil belum turun dari mobil masih mengamati kondisi sekitar sekolahan Kesuma itu.
"Bukan tetapi kita nunggu lama. Gue yakin Rere itu pulangnya nanti-nanti nggak buru buru pulang."
Revano yang tadinya diam dan seakan akan acuh tak acuh, kini malah menatap ke arah Mahesa menatap dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.
"Nggak usah cemburu. Bukan hanya gue yang tahu kebiasaan Rere waktu pulang sekolah, anak-anak satu sekolahan pas SMP dulunya juga sudah paham, kalau Rere itu sukanya pulang paling belakang. Mendingan kita ngopi aja di cafe sebelah sekolah."
Mahesa seakan-akan tahu dengan arti tatapan dari Revano yang sangat tajam itu tentunya Revano cemburu seolah-olah dirinya memang tahu segalanya dengan Rere.
Padahal tanpa meneliti lebih jauh lagi semua orang juga tahu bagaimana Rere kesehariannya, karena Rere merupakan princess di sekolahnya waktu dulu pasti semuanya sudah hafal dengan apa saja yang dilakukan oleh gadis cantik itu.
Revano tidak menjawab, tetapi melajukan mobilnya menuju ke cafe yang tepatnya di sebelah sekolahan. Ya memang ini masih lama, dari bel aja masih sekitar dua puluh menitan belum lagi menunggu Rere keluar, menunggu sepi dulu.
Dan beberapa menit kemudian
Terlihat sekolah Renata sudah sepi dan Itu tampak dari cafe yang saat ini Revano maupun Mahesa berada di sana.
"Fungsinya gue untuk apa? gue yakin lo sudah pikir matang-matang rencana ini."
Bingung juga, sekelas Revano mau nyulik anak gadis orang saja minta bantuan.
"Anterin gue ke apartemen setelah itu lo pulang pakai mobil gue."
"Brengsek! Lo minta gue supaya jadi sopir, terus lo sendiri nanti yang nyulik si Rere, enak enakan sama Rere?"
Revano tidak menjawab tetapi ada senyuman di bibir laki-laki itu. Yang nampaknya memang Revano belum menceritakan kejadian sebenarnya mengapa ada pikiran untuk menculik Renata.
Ya semuanya masih tertutup rapi bahkan rencana Revano nanti malam nikahan Renata, sahabat-sahabatnya tidak ada yang tahu.
"Tuh anaknya siap-siap keluar!!"
Tunjuk Mahesa di mana saat ini sudah memposisikan mobilnya berada tepat di depan gerbang bukan di depan-depan banget tetapi agak geser sedikit yang pastinya suasana sekolah sudah sepi.
Dan Mahesa kini sudah ambil kendali. Mahesa duduk disetir kemudi dengan Revano yang sudah keluar, pura-pura saja tidak melihat ke arah sekolah.
Yang sayangnya akhirnya Renata sendirian lagi nunggu pesanan taksi online datang, karena sahabatnya memang tadi buru-buru pulang karena ada acara keluarga begitu juga dengan Radit, kekasihnya yang juga buru-buru pulang entah mau ke mana.
"Mphhh..."
Dengan rapi Revano langsung membekap mulut Renata menggunakan sapu tangan yang sudah ada biusnya otomatis mata Renata langsung terpejam dan saat itu pula Revano bergegas menggendong tubuh Renata memasukkan ke dalam mobilnya.
Benar-benar gila tuh anak apa motofnya, jangan jangan dia dendam sama si Radit dan Renata jadi pancingannya
Tidak mau banyak komentar setelah Renata dan Revano masuk, Mahesa langsung saja melanjutkan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Urus CCTV di Kesuma dan sekitarnya, gue nggak mau kejadian ini nanti terlihat sama siapapun juga."
Revano yang sudah menidurkan Renata ke pangkuannya langsung saja mengambil ponselnya menelpon orang suruh hanya untuk membereskan CCTV yang berada di sekitar sekolah itu bukannya takut tetapi ia memang tidak suka juga aksinya terendus oleh orang lain.
"Gue curiga jangan-jangan lo mau ngerencanain sesuatu? jangan macam-macam Van, gue tahu elu musuhan sama pacar Rere tetapi lo Jangan libatkan Rere dalam hal ini..."
Sedari tadi diam akhirnya Mahesa tidak tinggal diam ia mengeluarkan undang-undang yang ada di dalam dirinya saat ini takut-takut juga Revano memang ingin balas dendam dan juga melancarkan aksinya kepada Renata supaya membuat Radit bertekuk lutut padanya....
"Gue mau nikahin dia nanti malam!!"
"Apa? serius?"
Kaget dan seakan-akan tidak percaya. Kenapa sahabatnya yang anti perempuan itu bahkan tidak tertarik dengan perempuan tiba-tiba nanti malam menikah, apalagi dengan perempuan yang mungkin baru saja dikenalnya pacar dari musuh bebuyutan.
"Lo gila!! lo nggak bales dendam kan? lo nggak memanfaatkan keadaan kan?"
"Gue bukan laki-laki yang pengecut yang memanfaatkan keadaan atau membuat lawannya tumbang..."
"Oke gue paham, lo cinta sama dia?"
Ada sedikit kecurigaan di dalam diri Mahesa saat ini di mana dari kaca depannya bisa terlihat Revano tersenyum dan tidak menampakkan jika Revano itu ingin berbuat jahat dengan Renata.
"Gue tunggu cerita selengkapnya sepertinya banyak rahasia yang lo tutupi dari Gue."