WARNING❗
CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.
TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.
⚠️⚠️⚠️
Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.
Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.
Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.
Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?
Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?
Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.
"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-
"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-
"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Omelan Rika
#13
“Kak, kami berpisah secara baik-baik. Dan sudah sepakat memilih jalan kami masing-masing. Aku dengan keinginanku, dan dia dengan pilihannya yang tak ingin memiliki anak.”
“Kalau ternyata dia memiliki anak, apa yang akan kamu lakukan?”
Leon tertawa sumbang, “Anak— apa mungkin kami bisa memilikinya bila dia selalu meminum pil kontrasepsi?”
Dean memeluk pundak Leon, “Siapa tahu, tidak ada yang tidak mungkin kan?”
“Memang, tapi dalam pernikahan kami dulu, aku rasa tak mungkin, Kak.”
Dean tak tega melanjutkan obrolannya setelah melihat raut duka di wajah Leon. Pria itu hanya mengacak-acak rambut Leon, “Bila nanti saatnya tiba, Kakak harap kamu bisa bertemu dengan wanita yang sesuai dengan kehendak hatimu,” harap Dean tulus demi kebahagian adik sepupunya tersebut.
“Aku pulang dulu, ya?”
“Makan malam dulu, kakak iparmu sudah menyiapkan banyak makanan.”
“Lain kali saja, Kak. Oh iya, sampaikan terima kasihku pada Mayra, besok jika ada waktu, aku akan menjemputnya.”
Dean mengangguk, sesungguhnya pikirannya sendiri mulai resah memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Dengan mobilnya, Leon pun melaju pergi meninggalkan kediaman Dean. “Semoga ada keajaiban yang menantimu di depan sana,” bisik Dean lirih.
Rupanya tak sampai 1 km dari jarak rumah Dean, Leon menghentikan mobilnya. Nafasnya tersengal, karena tiba-tiba ada sesak yang menghimpit dadanya. Dengan cepat ia membuka dashboard mobilnya kemudian membuka sachet pembungkus obat sebelum meminumnya.
Bohong sekali jika ia merasa baik-baik saja setelah berpisah, faktanya ia sama sekali tak baik-baik saja. Leon memejamkan mata sejenak sambil menurunkan sandaran kursi mobilnya.
Kembali Ia tertawa seorang diri kala teringat pertanyaan Dean tentang kemungkinan dirinya memiliki anak. Bagaimana bisa memiliki anak, jika setiap usai berhubungan, Agnes segera minum pil kontrasepsi.
Lagipula Dean juga aneh, karena tiba-tiba menanyakan Agnes, padahal dimana Agnes saat ini, Leon tak pernah mencari keberadaan wanita itu.
Tiba-tiba Leon teringat macaroon pemberian Mayra, pria itu menoleh ke kursi di sebelahnya, suka atau tidak Leon kembali teringat mantan istrinya bila melihat makanan tersebut.
Leon yang penasaran, segera membuka box exclusive berwarna putih, isinya sebaris macaron dengan warna-warni menggoda. Ungu, hijau, Biru, kuning, orange, dan merah. Wangi almond menyihir Leon seketika, bau yang sama seperti dulu ketika Agnes membuatkan makanan itu untuknya.
“Apakah rasanya akan sama dengan buatanmu?” gumam Leon, sembari memasukkan sepotong macaroon ke mulutnya.
“Apa ini? Bagaimana bisa rasanya begitu mirip?!” Batin Leon menjerit.
“Apakah? Ah, tidak mungkin.” Leon terus bermonolog, berspekulasi, apakah memang benar makanan di tangannya adalah buatan Agnes? Apakah dirinya memang sudah sedekat ini dengan Agnes?
Tapi, siapa Al? Apakah anak Agnes dengan suami barunya? Lalu? Kenapa bersedia melahirkan anak dari suami barunya, sementara dengan dirinya wanita itu lebih memilih berpisah.
Benar-benar membagongkan bila itu benar Agnes yang ia kenal. Leon pun mencampakkan macaroon yang beberapa saat lalu sangat ia nikmati.
•••
Hari-hari jelang pembukaan toko semakin dekat, Agnes semakin sibuk, menyiapkan segala sesuatunya. Bangunan yang akan ia jadikan lokasi toko juga sudah 90% siap, para pekerja bangunan sedang membantu Agnes membereskan tata letak ruangan di dalam toko.
Di dalam ruangan toko, tak hanya ada etalase, tapi juga ada meja kursi, walau jumlahnya terbatas. Gunanya, untuk para pelanggan bila ingin menikmati cake di tempat dan secangkir kopi di tempat. Karena Agnes juga menggandeng salah seorang rekannya yang berprofesi sebagai barista untuk membuat toko terlihat tidak monoton.
Semua bisa berjalan lancar berkat bantuan sang kekasih, yang membantunya mengurus segala sesuatu sejak Agnes berniat membuka toko kue secara mandiri.
“Come on Al, quickly!” seru Agnes mengingatkan Al yang masih santai menikmati strawberry dan mangga.
“Wait, Mom. Mangga ini terlalu manis untuk disisakan.”
Agnes tersenyum mengalah, ya sudah lah, akhirnya ia pun pasrah, sambil lanjut mempersiapkan dirinya sendiri.
Hari ini, Agnes akan berbelanja bahan kue untuk persediaan di toko, karena toko akan buka dua hari lagi. Dan kemarin, semua peralatan baking yang ia pesan sudah tiba, lanjut di bersihkan oleh 5 orang pegawai yang sudah ia rekrut sebulan sebelum toko direnovasi.
“Mbak Rika, hari ini tolong antar Al ke sekolah, ya?”
“Kenapa Mbak Rika, bukan Mommy?” protes Al.
“Maaf, Al. Mommy sibuk sekali hari ini, nanti Mommy usahakan menjemputmu, Sayang.”
“I miss Uncle Rama, kapan dia pulang, Mom?” tanya Al dengan wajah lesu.
“Uncle Rama belum bisa pulang dalam waktu dekat, karena mendadak ada masalah dengan restoran di sana.”
“Oke,” jawab Al lesu, ia senang jika ada Rama, karena pria itu selalu siaga, kapanpun Al membutuhkan kehadirannya.
“Uncle Rama juga merindukanmu, dia minta maaf karena urusan di sana tak bisa ditunda. Dan Uncle Rama janji, akan segera kembali bila utusan di sana selesai lebih cepat.”
“Al mengerti, Mom.”
Melihat wajah mendung Al, Agnes jadi tak tega, andai ayah kandungnya tahu keberadaan Al, pasti Al tak akan kehilangan kasih sayang seorang ayah.
Kemudian Agnes pamit pergi lebih dahulu, beberapa saat kemudian, barulah Al pamit pada Oma Wina yang sedang merawat tanaman hias di halaman.
“Oma, Al pergi sekolah dulu.”
“Iya, Jagoan. Have fun di sekolah, ya?”
“Oke, Oma.”
•••
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Al bernyanyi riang bersama Rika, si janda muda itu memiliki sifat ceria, serta kehadiran Al mampu mengobati rasa rindunya pada putranya yang kini diasuh neneknya di kampung. Karena Rika harus bekerja untuk biaya sekolah.
“Den Al, sudah terlambat,” ujar Rika ketika melihat halaman sekolah sudah sepi.
“Iya, Mbak, ayo cepat!” Al berlari kecil di trotoar depan sekolah, hingga tak sengaja menabrak seseorang.
“Maaf, Tuan. Anak asuh saya tak sengaja,” ucap Rika ketika Al menabrak pria yang kini menatap Al tanpa berkedip.
“Tidak apa-apa,” balas pria itu, kemudian ia berjongkok agar tingginya sejajar dengan Al.
“Uncle-nya Mayra?” tanya Al sedikit ragu.
Leon mengangguk, “Apa kabar?” sapa Leon.
Al tak menjawab, bocah itu hanya tersenyum menyeringai.
Walau semalam ia menyangkal kata hatinya, tapi Leon tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Jadi pagi ini ia mendatangi sekolah Mayra, demi menuntaskan rasa penasarannya.
“Uncle minta maaf, ya. Mayra bilang kamu sakit setelah makan coklat dari Uncle.”
Al mengangguk, namun, Rika yang mendengar ucapan Leon, langsung bereaksi keras. “Uncle sudah—”
“Oh, jadi situ yang kasih coklat?” Secara tiba-tiba, Rika menyela ucapan Leon.
Rika langsung melindungi Al ke belakang tubuhnya.
“Kira-kira, dong, kalau kasih hadiah! Kasian anak kecil ini sampai megap-megap setelah makan coklat yang situ kasih. Mommy-nya nyupir ngebut bawa dia ke rumah sakit, situ belum pernah ngerasain punya anak kali, ya?!” omel Rika kesal, karena ia lihat sendiri bagaimana paniknya Agnes dan Mama Wina ketika melihat Al pingsan dan sesak nafas.
Jleb!
Tepat mengenai sasaran, itulah yang Leon rasakan, memang dirinya belum punya anak, tak tahu rasanya panik karena anak yang mendadak demam di malam hari.
Dengan omelan khas emak-emak, Rika nyerocos seperti petasan cabe. Dan sebelum sempat Leon menyahuti ucapan Rika, wanita itu sudah melengos pergi membawa Al masuk ke halaman sekolah.
abaikan Debby