NovelToon NovelToon
Salah Kamar

Salah Kamar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.

Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.

Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.

Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?

Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?

Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia unik

Alizha buru-buru masuk ke kamar mandi, mengunci pintu rapat-rapat. Pipi terasa panas karena malu setengah mati. "Ya Allah, gimana nasib saya kalau tiap bulan harus begini? Malah saya benar-benar bakalan hidup sama dia lagi."

Beberapa menit kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Suara berat si bule memanggil, "Baby goat, barangmu sudah datang. Open the door."

Alizha menatap pintunya. "Tidak! Taruh saja di depan pintu. Saya malu, Mister!"

"No. Saya harus memberikannya padamu. Now!"

Pintu kamar mandi terbuka perlahan, hanya sebatas celah kecil. Dari celah itu, tangan Alizha terjulur gemetar—berusaha meraih tanpa memperlihatkan wajahnya. "Mister, kasih saja, saya tidak berani keluar."

Si bule dengan santainya menyerahkan satu kantong belanja besar berisi berbagai macam pembalut, tisu basah, bahkan pakaian ganti sesuai dengan kebutuhannya.

Alizha kaget bukan main. "Astaghfirullah, ini banyak sekali! Saya tidak minta semuanya, Mister!"

"I don’t know harus membeli yang seperti apa. So, I buy all."

Alizha mendelik, lalu menutup pintu lagi sambil menggerutu. "Malunya! Untung bukan dia sendiri yang milih. Kalau dia, bisa-bisa saya dikasih popok bayi sekalian!"

Dari luar, si bule tertawa kecil mendengar omelan itu.

Sementara Alizha masih terkunci di kamar mandi, sibuk membersihkan badan dan mengganti pakaian barunya. Anton berdiri di sisi kasur dengan wajah penuh tanda tanya. Tangannya bersedekap, menatap bosnya yang duduk santai di kursi sudut jendela sambil merokok.

"Tuan, anda yakin mau memungut gadis itu?" tanya Anton ragu-ragu.

Si bule melirik sekilas, alisnya terangkat. "Why not?"

Anton mendesah panjang, lalu mendekat ke arah bosnya. "Dia masih sangat muda, tidak terbiasa dengan kehidupan keras. Jelas sekali wajahnya penuh ketakutan dari awal ketemu kita. Bukankah itu akan lebih ribet untuk anda?"

Si bule hanya menyeringai miring, menatap asap rokok yang mengepul ke udara. "Sometimes, ribet itu menarik."

Anton mengerutkan dahinya. "Saya tidak mengerti selera anda, Tuan. Padahal banyak wanita yang rela antre hanya untuk jadi simpanan anda."

Si bule tertawa pelan. "Wanita yang menawarkan diri itu membosankan, Anton. But, that goat ...," dia menunjuk ke arah pintu kamar mandi dengan dagunya. "She bites." (Dia mengigit.)

Anton langsung menautkan kedua alisnya, tercengang dengan pola pikir si bos. "Ya Tuhan, benar-benar selera yang aneh."

Pintu kamar mandi berderit pelan. Alizha melangkah keluar dengan langkah canggung, wajahnya masih memerah karena malu. Tangannya reflek menggaruk kepala.

Tapi, mata Alizha langsung membesar begitu melihat ada pria lain selain si bule. "Astaghfirullah!"

Anton menoleh, terbelalak sebentar melihat gadis itu. Dia mengangguk kaku, lalu menahan senyuman yang aneh. Tidak menyangka gadis desa itu ternyata begitu polos.

Alizha semakin salah tingkah dilihat seperti itu. Dia buru-buru membenarkan kerudungnya yang hampir jatuh, menutup dada dengan tangan satunya. "Aduh, malu sekali saya. Saya ini satu-satunya perempuan di sini," gerutunya dalam bahasa Indonesia.

Si bule justru menyipitkan mata, menatapnya tanpa berkedip. Dia tersenyum miring. "Baby goat, you look messy."

Alizha spontan mendelik. "Astaghfirullah! Baru keluar sudah dikatai kambing lagi!"

Anton menutup mulutnya, menahan tawa. Dia menoleh ke bosnya. "Tuan, saya kira gadis ini tidak akan bisa diam."

Si bule mengangkat bahu dengan santai, lalu menepuk sebelah pahanya. "Duduk sini," katanya dengan sedikit menggoda.

Alizha spontan melongo, seketika dia ingin menenggelamkan pria itu. "Apa-apaan suruh orang duduk seenaknya begitu saja! Dikira saya ini apaan?"

Anton benar-benar tidak tahan lagi. "Tuan, gadis ini memang bukan wanita biasa. Selain terlihat polos, sepertinya dia galak," katanya dengan bahasa Rusia.

Alizha makin salah tingkah ketika Anton menahan tawa karena dirinya. Dia merasa benar-benar dipermalukan. "Apa yang lucu, hah?! Jangan-jangan kalian berdua sudah gila!" katanya, suara meninggi karena grogi.

Anton berdeham, menutupi kebingungannya—tidak mengerti bahasa Alizha. "Tuan, gadis ini benar-benar membuat suasana jadi kacau. Apa anda yakin mau memungutnya?"

Si bule menjawab dengan santai dengan bahasa Rusia. "Dia sudah saya bayar mahal. Jadi, mulai sekarang dia milik saya. Saya rasa, dia bisa dimanfaatkan."

Alizha mengerutkan kening. "Apa sih yang kalian omongin? Jangan seenaknya pakai bahasa planet depan saya! Kalau ngomong, ngomong yang jelas!"

Si bule mendadak menoleh, sorot matanya seketika menusuk ke mata Alizha langsung. "Quiet, baby goat." (Diam, anak kambing.)

"Astaghfirullah!" Alizha spontan menepuk jidat. "Saya ini manusia, bukan ternak! Dasar orang tua tidak berperikekambingan!"

"You?!" Bule itu langsung melotot lagi. "Astaga!"

Anton hampir tergelak lagi, tapi buru-buru menutup mulutnya. "Tuan, dia benar-benar keras kepala."

Si bule hanya menyunggingkan senyum tipis, masih dalam bahasa Rusia. "Justru itu yang membuatnya menarik. Gadis keras kepala, lebih menyenangkan untuk dijinakkan."

Mata Alizha membesar, menatap curiga. "Hei, hei! Kalian jangan-jangan lagi ngomongin saya, ya?!"

Si Bule melirik, mengedipkan sebelah matanya ke arah Alizha. "Yes, sedikit."

"Astaghfirullah! Matanya malah begitu. Pengen rasanya tak karungin bule satu ini!" batinnya kesal.

Si bule akhirnya menghela napas panjang, lalu berdiri tegak. "You, ikut saya," katanya singkat.

Alizha spontan mundur dua langkah, tangannya terangkat seolah-olah ingin melindungi diri. "No, no, Mister! Saya tidak mau! Mau dibawa ke mana saya ini? Jangan-jangan mau kalian jual lagi, ya?!"

Si bule mengernyit, tapi malah menanggapi. Dia menoleh sebentar ke Anton, lalu kembali menatap Alizha. "Move." (Jalan.)

Alizha gelagapan. "Saya tidak mau, Mister! Saya ini perempuan baik-baik. Saya masih punya iman! Mau dibawa ke mana saya kalau ikut mister?!"

Si bule menepuk jidat, lalu mendekat dengan langkah besar. Tangan besarnya meraih pergelangan Alizha, menyeretnya dengan begitu mudah.

"Astaghfirullah! Lepas! Saya bukan karung beras, Mister!" teriak Alizha, kakinya berusaha mengerem, tapi jelas kalah dengan tenaga si bule.

Anton hanya berdiri di belakang, menutup mulutnya menahan tawa. Dia bergumam, "Tuan, gadis ini benar-benar seperti anak kambing liar. Susah diatur."

Si bule hanya melirik sekilas dengan senyum miring. "Biarkan saja. Nanti dia akan terbiasa."

Langkah kaki mereka terdengar jelas di sepanjang lorong hotel. Alizha masih diseret dengan wajah penuh protes, sementara tangannya sibuk merapikan kerudung yang berulang kali melorot ke depan.

"Mister, saya ini manusia, bukan kambing yang harus tarik-tarik begini!" bisiknya nyaris menangis.

Begitu sampai di lobi, si bule tiba-tiba berhenti. Tatapannya menukik tajam ke arah Alizha, membuat gadis itu refleks menegakkan badan.

"Saya bukan predator, you know!" katanya dengan tegas, ingin marah tapi dia tahan.

Alizha langsung terdiam. Matanya melebar, bibirnya seketika terkatup rapat. "Alamakjang! Dia tahu kata predator. Jangan-jangan selama ini saya yang salah paham?" batinnya.

Dia akhirnya memilih diam, menunduk malu. Tangannya yang tadi berusaha melepaskan cekalan si bule, kini malah terkulai pasrah.

Senyum tipis muncul di wajah si bule. Dia menghela napas lega, lalu menuntunnya untuk keluar.

Anton yang berjalan beberapa langkah di belakang mereka hanya geleng-geleng kepala. "Tuan, baru kali ini saya melihat seorang gadis bisa membuat Anda kehilangan kesabaran dan kesulitan menjelaskan diri sendiri."

Si bule tidak menanggapi. Sorot matanya hanya fokus menembus pintu kaca hotel yang perlahan terbuka, membawa mereka keluar dari segala keributan yang semalam terjadi.

Alizha, meski masih deg-degan. Dia memilih menurut. Sampai di dalam mobil pun dia hanya diam.

***

Di Mall.

Langkah tegap pria tinggi itu membuat semua orang otomatis menoleh. Alizha terseret-seret di belakangnya, wajahnya panik, tapi tetap ada rasa malu.

"Mister! Saya ini bukan boneka Barbie! Jangan tarik begini, malu saya!" bisiknya, tapi genggaman pria itu kokoh sekali.

Tanpa banyak bicara, si bule mendorong pintu butik yang mewah. Seorang pramuniaga langsung menyambut dengan senyuman ramah, sedikit gugup karena aura pria itu.

"Choose," katanya singkat, lalu menunjuk deretan gaun panjang syar’i yang dijajarkan rapi.

Alizha melongo. Matanya melirik tag harga yang nyaris bikin dia pingsan. "Ya Allah, harga segini bisa buat lunasin utang Pakde dalam seminggu," gumamnya.

Pria itu menoleh sebentar, menatapnya dengan heran. "Too expensive?" tanyanya.

"Too? Bukan too lagi, Mister! Ini super very extremely mahal! Kalau saya pakai ini, saya takut malah digaruk maling di tengah jalan!"

Si bule hanya menaikkan satu alis, lalu dengan santai menunjuk tiga gamis mewah sekaligus. "Take all."

"Astaghfirullah!" Alizha buru-buru menutup wajah dengan kerudungnya. "Mister, jangan begitu. Cukup satu aja. Satu pun sudah bikin saya—" Dia mendadak bingung. "Hem, apa ya, bank kerut nanti."

Pramuniaga tersenyum kikuk, menahan tawa. Anton yang berdiri di pintu malah menghela napas panjang. "Ini bukan belanja sih namanya, ini penyiksaan. Gadis itu akan pingsan duluan sebelum selesai. Dia benar-benar menyiksa gadisnya sendiri."

Dan benar saja, Alizha pontang-panting saat mereka berpindah ke toko lain. Tas kulit, sepatu mewah, kerudung aneka warna semua dicomot seenaknya sama si bule.

Di depan cermin besar, Alizha sampai duduk di bangku, wajah sudah terlihat lelah. "Ya Allah, kalau begini caranya, saya bisa pingsan. Ini mah bukan mau dandan lagi, tapi dilombain kayak kambing yang ikutan kontes!"

Setelah selesai, si bule menoleh, mengangkat dagunya merasa bangga. "Perfect."

Alizha mendelik. "Perfect dengkulmu itu!" katanya pelan, tentu dalam bahasa Indonesia biar si bule tidak paham.

Tapi tiba-tiba si bule balik menatapnya. "Saya paham apa maksudmu!"

Alizha langsung membeku. "Alamakjang! Dia paham ternyata!"

1
Adinda
🤣🤣🤣
Zahira Zahira
aku mampir Thor ..liat dari judul nya seru sih..
D'blacksweet: wah, makasih. semoga suka, ya😍😍😍
total 1 replies
Afriyeni Official
ngakak sekali aku bacanya 🤣
Afriyeni Official
nggak kebayang si alizha ini paniknya minta ampun.
D'blacksweet: panik, tapi menang banyak dia🤭
total 1 replies
Afriyeni Official
seru kayaknya nih
D'blacksweet: semoga, hehe😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!