NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Memilih Menikahi Pria Koma

Terlahir Kembali Memilih Menikahi Pria Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Mengubah Takdir / Dark Romance
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Novia na1806

Aruna pernah memiliki segalanya — cinta, sahabat, dan kehidupan yang ia kira sempurna.
Namun segalanya hancur pada malam ketika Andrian, pria yang ia cintai sepenuh hati, menusukkan pisau ke dadanya… sementara Naya, sahabat yang ia percaya, hanya tersenyum puas di balik pengkhianatan itu.

Kematian seharusnya menjadi akhir. Tapi ketika Aruna membuka mata, ia justru terbangun tiga tahun sebelum kematiannya — di saat semuanya belum terjadi. Dunia yang sama, orang-orang yang sama, tapi kali ini hatinya berbeda.

Ia bersumpah: tidak akan jatuh cinta lagi. Tidak akan mempercayai siapa pun lagi.
Namun takdir mempermainkannya ketika ia diminta menjadi istri seorang pria yang sedang koma — Leo Adikara, pewaris keluarga ternama yang hidupnya menggantung di antara hidup dan mati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novia na1806, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13 -- lahir sebagai nyonya adikara

Aula besar tempat pesta berlangsung kini telah sepi. Sisa-sisa cahaya dari lampu gantung masih berkilau di antara kaca kristal yang menggantung tinggi, memantulkan bayangan lembut di lantai marmer putih. Beberapa pelayan tampak sibuk membereskan piring, melipat taplak meja, dan menurunkan hiasan bunga yang mulai layu setelah seharian menemani kemeriahan.

Aroma mawar dan lilin wangi masih menggantung samar di udara, seperti enggan pergi.

Aruna berdiri di sisi ruangan, memandangi meja-meja yang kini kosong, seolah masih bisa melihat bayangan para tamu yang tertawa dan saling berbicara dengan suara sopan bercampur basa-basi bisnis. Di tengah segala gemerlap tadi, ia menampilkan diri dengan senyum tenang, tutur halus, dan tatapan lembut — peran yang telah ia latih dengan sempurna.

Namun kini, ketika semuanya usai, hanya tersisa hening yang menggema dalam pikirannya.

Malam ini resmi menandai akhir dari pesta penyambutan sekaligus pertemuan resmi antara keluarga Surya dan keluarga Adikara.

Acara yang menjadi langkah awal menuju pernikahan dan tanggung jawab besar yang menantinya.

“Runa, sayang…”

Suara lembut itu membuyarkan lamunannya. Ny. Surya menghampiri dari arah belakang, masih mengenakan kebaya berwarna pastel dengan rambut yang sudah mulai sedikit berantakan karena lelah.

“Kamu belum berganti pakaian? Sudah malam sekali, Nak.”

Aruna tersenyum kecil, menoleh dengan sopan. “Sebentar lagi, Ma. Aku hanya… ingin menghirup suasana ini sedikit lebih lama.”

Ibunya menatapnya dengan tatapan lembut. Ada kebanggaan di mata wanita itu — kebanggaan seorang ibu yang baru saja melihat putrinya menapaki babak baru kehidupan.

Tuan Surya kemudian ikut mendekat, menyampirkan jasnya di lengan. Pria paruh baya itu tersenyum hangat pada putrinya. “Acara malam ini berjalan sempurna. Bahkan Nyonya Adikara sendiri memuji kesopananmu. Katanya, kamu mengingatkannya pada dirinya saat muda.”

Aruna menunduk sedikit, menyembunyikan kilat kecil yang muncul di matanya. “Benarkah begitu?” ia bertanya lembut.

“Iya,” sambung sang ayah. “Tapi mereka tadi harus berpamitan lebih dulu, karena besok pagi ada jadwal penting di perusahaan pusat. Tuan dan Nyonya Adikara menyampaikan salam, katanya mereka menantikanmu besok di rumah utama.”

Seketika dada Aruna terasa bergetar halus. Ia sudah tahu dari awal, bahwa besok adalah hari penting — hari di mana ia akan benar-benar melangkah masuk ke dunia Adikara.

Namun mendengar kabar itu langsung dari ayahnya membuat kenyataan terasa lebih dekat.

“Jadi mereka sudah pulang duluan?” tanyanya pelan.

“Iya,” jawab Ny. Surya. “Mereka pamit pada kami sebelum meninggalkan aula. Sebenarnya Nyonya Adikara ingin menemuimu sebelum pergi, tapi katanya kamu sedang bersama beberapa tamu dari pihak perusahaan Surya, jadi mereka titip salam.”

Aruna mengangguk sopan. “Aku mengerti, Ma.”

Senyum tipis tersungging di bibirnya, tetapi di balik senyum itu, pikirannya berputar cepat.

Tuan dan nyonya Adikara… orang yang kelak akan menjadi mertuaku. Perempuan yang memiliki kekuasaan besar bahkan di balik layar perusahaan. Mereka semua tampak hangat di depan umum — tapi aku tahu, di balik setiap senyum dalam keluarga Adikara, ada kehati-hatian dan pengawasan yang ketat.

Ia menarik napas perlahan, berusaha menenangkan diri.

Seorang pelayan keluarga Adikara menghampiri mereka, menundukkan kepala dengan hormat. “Tuan dan Nyonya Surya, mobil sudah disiapkan di depan. Keluarga Adikara juga menitipkan beberapa bingkisan untuk Nona Aruna. Tuan Adikara berkata, besok pagi akan ada sopir yang menjemput Nona untuk diantar langsung ke rumah utama.”

“Terima kasih,” sahut Tuan Surya ramah. “Kau boleh taruh di mobil kami.”

Pelayan itu menunduk lagi, lalu pergi.

Aruna memandangi punggung pelayan itu hingga menghilang di balik pintu. Di dalam dirinya, campuran perasaan mulai menyeruak — rasa ingin tahu, kehati-hatian, dan tekad.

Ia tahu benar, rumah yang akan ia tinggali mulai besok bukan sekadar rumah keluarga kaya. Itu adalah pusat dari kekuasaan bisnis yang telah memengaruhi banyak keluarga besar di kota ini. Dan di dalam rumah itu, terbaring seorang pria — Leo Adikara, calon suaminya, yang masih tak sadarkan diri.

Leo Adikara…

Nama itu berulang di pikirannya seperti mantra.

Ia belum pernah melihat wajah pria itu secara langsung. Hanya melalui foto-foto berita lama dan laporan dari pihak keluarga.

Namun meski begitu, ada sesuatu dalam dirinya yang… aneh,

“Runa?” panggil Ny. Surya lagi, membuyarkan pikirannya.

“Ayo, sayang. Kita pulang, kamu harus beristirahat. Besok pagi kita berangkat agak awal supaya tidak membuat keluarga Adikara menunggu.”

“Iya, Ma,” balasnya lembut.

Ia melangkah mengikuti orang tuanya keluar dari aula. Langkah-langkahnya bergema pelan di lantai marmer yang kini mulai kosong. Ketika tiba di pintu utama, Aruna sempat berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang — menatap aula besar itu sekali lagi.

Lampu gantung di tengah ruangan masih menyala redup, memantulkan sinar lembut yang seolah menyimpan kenangan dari setiap senyum dan kata manis yang ia lontarkan sepanjang malam.

Semua orang mengira aku hanya gadis lembut yang beruntung menjadi menantu keluarga Adikara. Sungguh ironis, bukan? Mereka tidak tahu bahwa gadis lembut itu adalah seseorang yang telah mati dengan cara paling kejam… dan kini kembali untuk membalas segalanya.

Angin malam menerpa lembut wajahnya, membawa aroma bunga dari taman depan. Ia menarik napas panjang, lalu melangkah keluar.

Mobil hitam keluarga Surya menunggu di depan tangga batu. Lampu taman menyinari jalur dengan lembut, menciptakan bayangan panjang di bawah kakinya. Ayahnya membuka pintu mobil untuk istrinya, sementara Aruna menatap langit sebentar — malam begitu jernih, dengan bulan separuh yang menggantung tinggi.

Besok aku akan menjadi Nyonya Adikara… tapi bukan karena takdir, melainkan karena pilihanku sendiri.

Ketika mobil mulai melaju, suasana di dalam hening. Ny. Surya bersandar di kursinya, matanya mulai terpejam karena kelelahan. Tuan Surya di kursi depan sibuk mengecek pesan di ponselnya.

Sementara Aruna duduk di kursi belakang, memandangi jalanan kota yang perlahan sepi.

Lampu-lampu jalan berlari di kaca jendela seperti bintang jatuh. Setiap kali cahaya itu melintas, bayangan wajahnya di kaca tampak berganti — dari lembut menjadi dingin, dari ramah menjadi tegas.

Dua sisi yang kini hidup bersamaan dalam dirinya: Aruna yang baru, dan Aruna yang dulu.

Semua sudah dimulai, pikirnya. Langkah pertama telah kulakukan dengan sempurna. Selanjutnya… hanya tinggal memainkan permainan ini dengan sabar.

Mobil berhenti di depan rumah keluarga Surya. Rumah itu tampak hangat dengan cahaya dari lampu teras.

Pelayan rumah segera membukakan pintu dan membantu membawa masuk bingkisan dari keluarga Adikara.

“Letakkan saja di ruang tamu,” ujar Tuan Surya. “Besok pagi biar Runa sendiri yang membukanya.”

Aruna mengucapkan terima kasih, lalu naik ke lantai dua. Kamar tidurnya masih sama seperti dulu — lembut dan hangat, dengan tirai krem dan aroma melati yang menenangkan. Ia menyalakan lampu meja, kemudian duduk di depan meja rias.

“Leo Adikara,” bisiknya perlahan. “Kita akan bertemu besok.”

Ia menyentuh cermin itu dengan ujung jarinya, seolah mencoba menjangkau masa depan yang belum terlihat.

“Dan ketika itu terjadi,” lanjutnya pelan, suaranya berubah menjadi dingin namun mantap, “aku akan memastikan semuanya berjalan seperti rencanaku. Tak akan ada lagi pengkhianatan, tak akan ada lagi luka.”

Matanya berkilat.

Sorot itu bukan lagi milik gadis polos yang dulu dibunuh karena cinta dan kepercayaan. Sorot itu kini milik seorang wanita yang telah mati sekali — dan bangkit untuk menguasai permainan dengan caranya sendiri.

Ia berdiri perlahan, membuka tirai jendela. Langit malam terbentang luas, bintang-bintang berkerlap-kerlip di antara awan. Dari kejauhan, suara mobil-mobil yang melintas terdengar samar. Dunia terus bergerak, dan begitu pula dirinya.

Aruna memejamkan mata.

Dalam gelap yang lembut itu, ia mengulang janji yang telah ia tanam jauh di lubuk hatinya:

Aku akan melindungi keluargaku, menegakkan nama Surya, dan membalas mereka yang pernah menjatuhkanku.

Tapi di atas semua itu… aku akan menjaga Leo Adikara. Karena entah kenapa, aku tahu… dia adalah kunci dari segalanya.

Ketika ia membuka mata kembali, jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam lewat sepuluh menit.

Malam terasa begitu sunyi, namun juga menenangkan.

Dengan langkah perlahan, Aruna menutup tirai, lalu berjalan menuju tempat tidur.

“Selamat malam, dunia,” gumamnya dengan senyum samar. “Besok aku akan terlahir kembali — bukan lagi sebagai Aruna Surya, tapi sebagai istri dari Leo Adikara.”

Dan malam itu, di bawah cahaya bulan yang redup, Aruna menutup matanya dengan tenang — membawa serta mimpi tentang masa depan yang baru, penuh rahasia dan kekuasaan yang menanti untuk ia kendalikan.

1
ZodiacKiller
Wow! 😲
Dr DarkShimo
Jalan cerita hebat.
Novia Na1806: wah terima kasih sudah membaca,jadi senang banget nih ada yang suka karya ku🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!