Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.
Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.
Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.
Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pagi ini Alya mendapatkan pesan dari Raka jika tidak bisa mengantar karena ada pekerjaan mendadak yang mengharuskan dirinya hadir lebih pagi dan juga on time.
" Berangkat sendiri Kak pagi ini?" Maya yang tidak melihat kehadiran Raka kini bertanya.
Biasanya pagi-pagi Raka sudah datang tentu saja ikut sarapan bersama, karena hubungan mereka sudah semakin dekat bahkan Raka sudah menyampaikan niat untuk melanjutkan ke tahap pernikahan kepada Harun.
" Iya Bu, Mas Raka ada pekerjaan pagi ini jadi Al bawa kendaraan sendiri". Alya yang sedang mengunyah roti tidak lupa menelan dulu makanan didalam mulutnya.
" Yaahh, padahal aku mau pinjem mobil Kakak hari ini". Fahri yang baru saja duduk langsung menyambar obrolan kakak dan ibunya.
" Kalau begitu pakai saja, kakak bisa pergi pakai taksi". Alya menyimpan kunci kendaraan dihadapan Fahri.
Maya menatap dalam wajah Fahri yang malah menerima kunci, bukankah mereka sudah memiliki kendaraan masing-masing.
" Kamu sudah punya kendaraan sendiri Fahri, kenapa masih pinjam punya kakak?". Maya menegur sang anak yang selalu saja memancing keributan.
" Punyaku sedang di bengkel kan Ibu tahu, lagian Kakak sudah mengizinkan kok iya kan?".
Setelah kejadian beberapa waktu lalu kini Fahri lebih hati-hati ketika berbicara, dan lebih menjaga perasaan sang Kakak. Apalagi setelah Fahri tahu kenyataan cerita sebenernya membuat Fahri merasa semakin bersalah.
Tidak ada keributan yang besar Alya juga bukan tipe orang yang memperpanjang masalah, semua kembali seperti biasa.
" Tidak apa-apa Bu, Al bisa pakai taksi kok. Pake aja dek". Alya melerai sang Ibu yang jika dibiarkan sudah pasti akan terjadi perdebatan kembali pagi ini dan membuat mood menjadi drop.
" Tuhh kan Kakak juga tidak masalah, terimakasih banyak Kakakku yang paling baik dan cantik nanti aku isi bensin full hehe". Alya hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa membalas ucapan sang adik.
" Kakak diantar Ayah aja, nanti pulang biar dijemput juga sama Ayah yaa". Harun yang sudah lama tidak pernah mengantar jemput sang anak, seperti memiliki kesempatan untuk kembali menikmati waktu bersama.
" Apa Ayah tidak sibuk? Tidak perlu berlebihan Al bukan anak kecil sudah bisa sendiri". Alya yang sudah terbiasa mandiri kini merasa kejadian pagi ini terlalu berlebihan.
Hanya karena kendaraan yang dipinjam harus diributkan dengan cukup heboh, apalagi selama ini Alya sudah mandiri merasa sangat heran tiba-tiba sang Ayah ingin mengantarkan dirinya.
" Sudah.. Ayo lanjutkan makannya setelah itu Ayah akan mengantarkan Kakak, dan adek jika sudah selesai segera pulang atau bisa jemput kakak sore nanti". Maya yang kini mengeluarkan suaranya membuat suasana kembali hening.
🌟
Tiiingg...
Sayang, sudah makan? tolong kedepan sebentar...
Alya mengerutkan keningnya mendapatkan pesan dari Raka yang seolah mengetahui jika dirinya belum sempat makan, pekerjaan yang sedikit menumpuk siang ini membuat dirinya lupa waktu.
Tok.. tok.. tok
Belum selesai dengan pikirannya kini pintu ruangannya sudah diketuk oleh seseorang dari luar.
Cekleekk..
" Bu, ini ada kiriman makanan atas nama ibu...".
" Ahh, iya terimakasih".
Alya memberikan sedikit uang untuk pengantar makanan, dan langsung mengambil posisi untuk membuka makanannya.
Mas tahu jika kamu sedang banyak pekerjaan, dan Maaf Mas belum bisa menemui...
Setelah makanan ini sampai tolong telpon Mas kita makan bersama yaa...
Begitulah isi pesan yang berada diatas box makanan membuat Alya tersenyum hangat, Raka benar-benar sangat memperhatikan bahkan saat mereka sama-sama sibuk tapi masih sempat untuk memikirkan makan siangnya dan bahkan sampai mengirimkan makanan. Benar apa yang dikatakan kleh Raka semua tergantung prioritas, dan kini dirinya sedang menikmati menjadi seseorang yang di prioritaskan.
Drrrrttt...
Drrrrttt...
"Hai sayang, apakah makanannya sudah sampai?".
" Hai Mas, makannya sudah sampai terimakasih banyak ya... Sepertinya aku merepotkan".
" Tentu saja tidak, apa yang repot Mas bahkan masih berada dikantor".
Keduanya larut dalam obrolan dengan siang ini makan menu yang sama bukankah itu sebuah keromantisan?.
Makan diwaktu dan dengan menu yang sama meskipun jarak yang cukup jauh tapi tidak mengurangi rasa sayang keduanya.
" Nanti sore mas jemput ya sayang"
" Memangnya pekerjaan Mas sudah selesai?"
" Sudah selesai, oh iya mau Mas bawakan apa nanti untuk menemani perjalanan kita?"
Hangat sungguh hangat perasaan Alya siang ini, mendapatkan perhatian yang begitu besar. Jika selama ini dirinya selalu mengusahakan untuk orang lain, ternyata diusahakan sebahagia ini ya...
" Mmm.. Mas..."
" Iya sayang? mau apa hmm? makan diluar bersama? Sepertinya kita butuh waktu bersama sedikit lebih lama..."
Seolah memahami keinginan Alya kini Raka yang menawarkan, perempuan tidak ingin terlihat manja meskipun hatinya begitu lembut.
Apalagi Alya yang selama ini menjadi seseorang yang mandiri, pasti ada perasaaan sungkan untuk meminta dan terlihat bergantung kepada lelaki dan tentu saja Raka memahami itu.
Alya menerbitkan senyumannya kedua bola matanya berbinar mendengar pernyataan sang kekasih, sungguh peka sekali Raka ini.
" Apakah boleh? Mas tidak lelah?".
" Menghabiskan waktu bersama kamu justru itu yang Mas butuhkan, kita sama-sama re charger energi yang telah habis untuk hari ini, bagaimana?".
" Maaauuuuuu...".
Alya dengan nada manja kini mulai semakin terbuka dan tidak sungkan menunjukkan sisi manja yang selama ini disimpan rapih disudut hatinya.
Raka tersenyum senang, jika seorang perempuan sudah menunjukkan sisi lain bukankah itu sebuah tanda jika dirinya sudah memiliki kepercayaan kepada pasangannya. Dan kali ini Raka mendapatkan itu ada Alya.
" Oke, sekarang sudah selesai? Minum dulu sayang, kasihan makana yang sedang kamu lahap sepertinya tersangkut di tenggorokan".
Raka menggoda sang kekasih yang sering sekali pelupa, dari mulai okay rambut, lupa waktu, lupa minum sehingga perlu alarm berjalan untuk mengingatkan.
" Maaasss, jahat banget deh".
Raka tertawa gemas melihat wajah Alya yang kini tengah merajuk, namun seperti itulah cara Raka dan Alya saling menunjukkan perasaannya satu sama lain. Setiap pasangan memiliki caranya masing-masing dalam mengungkapkan perasaannya, termasuk pasangan Alvin dan Dian.
" Oke, sayang jangan lupa rambutnya diikat ya Mas sudah simpan stok didalam tas coba cek".
Benar saja saat Alya mengecek disana sudah terdapat beberapa buah ikat rambut dengan warna dan bentuk yang sangat lucu.
" Jangan terlalu sempurna Mas, nanti aku semakin bergantung bagaimana?".
" Bagus dong, jadi mempercepat kita untuk menikah jadi kita akan saling bergantung satu sama lain sayang".
Blussshhhh....
Raka benar-benar sudah mengambil isi hatinya bahkan kepercayaan yang sangat dengan mudah Alya berikan, semenjak kehadiran Raka kini Alya merasa hidupnya sangat berwarna dan hangat. Tidak ada lagi perasaan sepi bahkan setiap waktu terasa begitu cepat berlalu, tidak ada waktu untuk memikirkan sesuatu hal yang buruk semua terlewati dengan hangat.