NovelToon NovelToon
Khilaf Semalam

Khilaf Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Persahabatan
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Mencintaimu bagai menggenggam kaktus yang penuh duri. Berusaha bertahan. Namun harus siap terluka dan rela tersakiti. Bahkan mungkin bisa mati rasa. - Nadhira Farzana -


Hasrat tak kuasa dicegah. Nafsu mengalahkan logika dan membuat lupa. Kesucian yang semestinya dijaga, ternoda di malam itu.

Sela-put marwah terkoyak dan meninggalkan noktah merah.

Dira terlupa. Ia terlena dalam indahnya asmaraloka. Menyatukan ra-ga tanpa ikatan suci yang dihalalkan bersama Dariel--pria yang dianggapnya sebagai sahabat.

Ritual semalam yang dirasa mimpi, ternyata benar-benar terjadi dan membuat Dira harus rela menelan kenyataan pahit yang tak pernah terbayangkan selama ini. Mengandung benih yang tak diinginkan hadir di dalam rahim dan memilih keputusan yang teramat berat.

'Bertahan atau ... pergi dan menghilang karena faham yang tak sejalan.'

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 9 Bukan Sekedar Sahabat, Tapi Tunangan

Happy reading

"Kenapa belum pulang, Dok?" Suara Arga membuat Dira terhenyak.

Dira merasa kurang nyaman, sebab tiba-tiba Arga masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu atau mengucap salam.

"Saya sedang bersiap-siap, Dok." Dira menjawab sekedarnya tanpa menoleh ke arah Arga yang saat ini berdiri tidak jauh darinya.

"Dijemput atau naik taxi?"

"Saya --"

"Kalau Dokter Dira tidak dijemput, saya antar pulang saja. Kebetulan hari ini saya membawa mobil."

Dira sejenak bergeming dan tampak berpikir.

"Bagaimana, Dok? Mau 'kan saya antar?" Arga kembali bertanya.

"Tidak, terima kasih. Dokter Arga tidak perlu repot-repot mengantar saya pulang karena saya sudah dijemput." Dira buru-buru menjawab. Ia ragu untuk menerima tawaran Arga. Selain belum lama mengenalnya, Dira juga merasa tidak nyaman dengan sikap Arga di malam ini.

"Dijemput pacar atau --"

"Dijemput sahabat saya."

"Owh."

"Maaf saya duluan, Dok."

"Silahkan, Dokter Dira. Hati-hati di jalan dan sampaikan salam saya untuk kedua orang tua Dokter Dira."

Dira membalas ucapan Arga hanya dengan mengangguk dan tersenyum tipis. Lalu bergegas keluar dari ruangan, meninggalkan Arga yang masih berdiri di posisi yang sama dan menatapnya tanpa beralih.

Bagi Arga, Dira adalah sosok wanita yang patut didamba. Tubuh tinggi dan langsing. Wajah ayu dan berkharisma. Tutur katanya lembut dan murah senyum.

Khas seorang wanita Jawa yang diidamkannya untuk menjadi kekasih dan tentu saja partner ranjang.

Suasana di lorong rumah sakit tampak sepi, hanya terdengar rintihan beberapa pasien dari dalam kamar mereka.

Dira mempercepat ayunan kaki begitu mendengar suara hentakan sepatu Arga yang sangat dihafalnya. Seolah pria itu ingin mensejajarkan langkah.

"Riel." Dira sedikit berteriak dan melambaikan tangan ke arah Dariel yang sedang bersandar di pintu mobil.

Beruntung Dariel mendengar suara Dira meski jarak mereka masih cukup jauh.

Seakan mengerti ketidak nyamanan Dira yang tengah dibuntuti oleh seseorang, Dariel bergegas menghampiri sahabatnya itu dengan setengah berlari.

"Ra, maaf. Aku izin menggenggam tanganmu." Dariel berbisik dan meraih jemari tangan Dira untuk digenggam.

Dira membiarkan jemari tangannya berada di dalam genggaman Dariel. Ia mengerti jika Dariel sengaja melakukan itu karena melihat gerak gerik Arga yang tak semestinya. Bukan karena modus.

Tidak ada maksud lain yang tersirat di niatan Dariel, selain ingin menyelamatkan dan melindunginya. Dira meyakini itu.

"Tunggu, Dokter Dira."

Suara Arga memaksa Dariel dan Dira untuk menghentikan ayunan langkah, lalu menoleh ke arahnya.

"Ada apa?" Bukan Dira yang menanggapi, melainkan Dariel.

"Ehm, itu --"

Dariel mengernyit dan menatap Arga penuh tanya.

"Tangan anda."

"Memangnya ada apa dengan tanganku?"

"Kenapa menggenggam jemari tangan Dokter Dira? Bukankah, anda hanya sahabat Dokter Dira? Bukan kekasih ataupun suaminya."

Kata-kata yang keluar dari bibir Arga membuat Dariel tersulut emosi dan serasa ingin menghajarnya.

Namun Dariel berusaha menahan, sebab tidak ingin mencipta keributan yang mungkin akan membuat Dira marah.

"Sebenarnya Dariel bukan sekedar sahabat, tapi ... tunangan saya." Dira terpaksa berbohong. Namun sukses membuat hati Dariel berbunga-bunga.

Ia berharap, semoga para malaikat mengamini ucapan Dira.

Bahkan kalbunya lancang meminta, semoga Tuhan berkenan menjadikan mereka sepasang kekasih. Entah dengan cara apa.

"Owh, saya kira cuma sahabat. Kalau begitu, saya kalah start ya." Arga tertawa kecil.

"Maksud anda?"

"Saya kira Dokter Dira belum memiliki pasangan, sehingga saya berniat untuk menemui kedua orang tua Dokter Dira dan meminta izin untuk menjadikan Dokter Dira sebagai pasangan hidup saya." Arga tak lagi berbasa-basi. Ia menjawab pertanyaan dengan lugas dan tanpa menunjukkan rasa malu.

Tak ada kata yang terucap dari bibir Dira.

Wanita berparas ayu itu hanya menerbitkan seutas senyum, kemudian berlalu pergi dari hadapan Arga bersama Dariel yang masih setia menggenggam tangannya.

"Ra, tadi siapa?" Dariel memecah suasana hening yang tercipta selama mereka berada di dalam mobil.

"Dokter Arga." Dira menjawab singkat dan tanpa menoleh sedikit pun ke arah Dariel. Pandangan netranya fokus menatap jalan yang terbentang di depan.

"Bertugas juga di Rumah Sakit Sehati?"

"Iya."

"Sepertinya, dia naksir berat sama kamu."

"Entahlah."

"Aku yakin kamu merasa nggak nyaman dengan sikap nya."

"Iya. Aku memang merasa nggak nyaman. Apalagi malam ini."

"Dia seperti orang yang terobsesi."

Dira mengendikkan bahu. "Entah. Aku nggak terlalu memedulikannya."

"Kalau dia berani berbuat macam-macam, kamu harus segera menghubungi aku, Ra." Dariel melirik sekilas ke arah Dira.

"Hmm. Aku rasa dia nggak akan berani berbuat macam-macam. Dia 'kan seorang dokter, jadi harus bisa menjaga reputasi."

Suasana kembali hening, hanya terdengar alunan lagu yang berasal dari MP3 dan suara teriakan cacing-cacing yang berdemo di dalam perut Dira.

"Kita mampir makan malam dulu ya. Aku yakin perutmu belum diisi."

"Langsung pulang aja, Riel. Aku takut kemalaman dan --"

"Dan melakukan khilaf lagi?" Dariel menyahut dan membuat Dira berdecak.

"Jangan pernah membahas kekhilafan itu lagi. Aku sudah bilang 'lupakan'. Anggap ... kita nggak pernah melakukannya."

"Tapi --"

"Berhenti membahasnya! Atau ... turunkan aku di sini."

Dariel mengalah. Ia memilih diam dan menuruti permintaan Dira.

"Kita makan di sini ya? Kamu paling suka mie rebus Pak Man 'kan?"

Setelah sepersekian detik terdiam, Dariel kembali bersuara. Lalu menepikan mobilnya di depan Warung Mie Jawa Pak Man.

Warung Mie Jawa Pak Man merupakan warung mie Jawa legendaris dan menjadi langganan mereka sejak masih duduk di bangku SMA.

Dira enggan menjawab pertanyaan yang tadi terlontar dari bibir Dariel. Ia teramat kesal pada Dariel karena membahas khilaf yang pernah mereka lakukan.

"Yuk turun dulu, Ra." Dariel meminta Dira untuk turun dari mobil, kemudian memandunya duduk di atas tikar. Tak ada penolakan dari Dira, sebab ia sudah tak kuasa menahan rasa lapar.

"Pak, mie rebus satu, nasi goreng satu. Masing-masing dikasih cabe satu saja ya," ucapnya seraya memesan menu makanan yang sering mereka beli di warung mie Jawa itu.

"Siap, Mas. Seperti biasa 'kan?" Iman menyahut dan menyertainya dengan senyuman ramah.

"Iya, Pak. Seperti biasa."

"Minumnya apa, Mas?"

"Teh hangat --"

"Aku jeruk hangat aja." Dira menginterupsi.

"Oke, Ra."

"Jadinya apa, Mas?" Iman kembali bertanya.

"Jeruk hangat dua, Pak."

"Siap, Mas. Ditunggu sebentar ya."

"Iya, Pak."

Dariel dan Dira menunggu sambil berbincang. Keduanya tak lagi membahas khilaf yang pernah mereka lakukan, melainkan pekerjaan Dariel sebagai seorang animator sekaligus konten kreator.

Di sela-sela obrolan mereka, Dira tak lupa mengirim pesan ke nomor ayahnya untuk mengabarkan bahwa ia sedang bersama Dariel di Warung Mie Jawa Pak Man.

Kapan-kapan traktir Ayah dan Bunda makan Mie Jawa di sana ya.

Balasan dari Firman mencipta seutas senyum di bibir Dira.

Siap, Yah. Ketiknya singkat disertai emot tersenyum.

Jangan pulang terlalu malam. Minta Dariel untuk mengantar mu sampai di depan pintu rumah.

Baik, Yah. Salam cium buat Bunda dan Nenek.

Oke, anak manis. Nanti ayah sampaikan.

Yang ditunggu akhirnya datang. Satu porsi mie rebus dan satu porsi nasi goreng, beserta dua gelas jeruk hangat.

"Nih cicipi nasi goreng-ku, Ra."

Dariel menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulut Dira.

Lagi-lagi tidak ada penolakan.

Dira membuka mulut dan menikmati nasi goreng itu.

Lezat dan menggugah selera, sehingga membuat Dira ingin mencicipinya lagi.

"Riel, boleh nyicip lagi?"

"Tentu saja boleh. Dihabisin juga boleh." Dariel tertawa kecil, lantas menggeser piringnya dan meletakkan tepat di depan Dira.

"Makasih ya. Kamu pesen lagi gih! Atau kita tukeran. Aku nasi goreng ini, kamu mie rebus ku."

"Gampang. Dihabisin semua juga nggak pa-pa."

"Heh, aku bisa gendat."

Dira memindah mangkuk yang berisi mie rebus di depan Dariel, lalu mulai melahap nasi goreng yang tersaji di hadapan.

Tumben, Dira lahap banget. Biasanya 'kan dia nggak terlalu suka nasi goreng. Tapi kenapa malam ini, dia berbeda? Apa mungkin -- Dariel menatap heran. Batinnya bermonolog.

"Riel, buruan dihabisin mie rebus nya!" Suara Dira menyadarkan Dariel dari mode terpaku. Ia pun segera menandaskan mie rebus yang hanya tersisa setengah porsi.

Jangan-jangan Dira --

🌹🌹🌹

Bersambung

1
Hikari Puri
dtgu up nya lg thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
doubel up thor
Najwa Aini
karya yg bagus. dikemas dengan tatanan bahasa yg apik, rapi, enak dibaca dan mudah dipahami..
sukses selalu buat Autor yg maniiiss legit kayak kue lapis.
Ayuwidia: Uhuk, makasih Kakak Pertama
total 1 replies
Najwa Aini
Dariel aja gak tau perasaannya senang atau sedih, saat tau Dira putus dgn Aldi.
apalagi aku..
Najwa Aini
perusahaan Dejavu??
itu memang nama perusahaannya..??
Ayuwidia: Iya, anggap aja gitu
total 1 replies
Najwa Aini
Ayah bundanya Dira kayak sahabatnya ya
my heart
semangat Thor
Machan
simbok aja tau klo Dariel lebih sayang timbang Aldi😌
Machan: amiiin


berharap🤣🤣
Ayuwidia: Dari Gold jadi diamond ya 😆
total 6 replies
Najwa Aini
ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww
Ayuwidia: huum, Kak. Ceritanya gtu
total 1 replies
Najwa Aini
Amiin..
aku aminkan doamu, Milah
Najwa Aini
kalau dari namanya sih, kayaknya mang lbh ganteng Dariel daripada Aldi
Najwa Aini
ooh..jadi gitu ceritanya..
ya pastilah hasratnya langsung membuncah
Ayuwidia: uhuk-uhuk
total 1 replies
Najwa Aini
Tapi tetap aja keliatan kan Riel
Najwa Aini
omah kenangan yg asri banget itu ya
Najwa Aini
jadi ceritanya Dira lupa dengan ritual naik turun Bromo semalam gitu??
Machan
🤭🤭🤭
Machan
aku tutup mata, tutup kuping, tutup hidung juga😜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!