Tang Qiyue adalah seorang pembunuh bayaran nomer satu, dijuluki "Bayangan Merah" di dunia gelap. Di puncak kariernya, dia dikhianati oleh orang yang paling dia percayai dan tewas dalam sebuah misi. Saat membuka mata, dia terbangun dalam tubuh seorang gadis desa lemah bernama Lin Yue di Tiongkok tahun 1980.
Lin Yue dikenal sebagai gadis bodoh dan lemah yang sering menjadi bulan-bulanan penduduk desa. Namun setelah arwah Tang Qiyue masuk ke tubuhnya, semuanya berubah. Dengan kecerdasannya,kemampuan bertarungnya, dan insting tajamnya, dia mulai membalikkan hidup Lin Yue.
Namun, desa tempat Lin Yue tinggal tidak sesederhana yang dia bayangkan. Di balik kehidupan sederhana dan era yang tertinggal, ada rahasia besar yang melibatkan keluarga militer, penyelundundupan barang, hingga identitas Lin Yue yang ternyata bukan gadis biasa.
Saat Tang Qiyue mulai membuka tabir masalalu Lin Yue, dia tanpa sadar menarik perhatian seorang pria dingin seorang komandan militer muda, Shen Liuhan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayucanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Luka yang Menghangatkan
Sejak malam ketika Shen Liuhan merawat lukanya, Lin Yue mulai merasakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dulu, luka baginya hanyalah bagian dari pekerjaan. Ia terbiasa merawat diri sendiri, menahan rasa sakit tanpa suara.
Tapi kini, ketika tangan kasar Shen Liuhan dengan hati-hati membalut pergelangan tangannya, ia justru merasakan kehangatan aneh yang sulit ia jelaskan.
"Apa aku mulai terbiasa dengan perhatian?" pikirnya, sedikit terganggu.
Shen Liuhan selesai membalut lukanya dan berdiri tanpa berkata apa-apa. Ia berjalan keluar kamar, tapi sebelum benar-benar menutup pintu, ia berkata pelan, "kalau sakit, panggil aku."
Lin Yue mengernyit."Aku tak biasa memanggil orang."
Shen Liuhan menoleh sebentar, lalu tersenyum samar. "Biasakan."
Keesokan harinya, Lin Yue kembali menjalani harinya seperti biasa. Namun tanpa ia sadari, gerak-geriknya mulai diawasi oleh pihak Wei Sanli.
Sore itu, ketika Lin Yue pergi ke pasar, seorang pria asing mendorongnya hingga hampir terjatuh ke jalan.
"Maaf, maaf, aku tidak sengaja," pria itu tersenyum licik sebelum buru-buru pergi.
Lin Yue langsung merasa ada yang aneh. Ia memeriksa kantong bajunya dan menemukan sebuah catatan kecil yang diselipkan dengan cepat.
Isi catatan:
"Jangan campuri urusan kami. Kalau tidak, seseorang akan terluka."
Wajah Lin Yue mendingin. Ancaman seperti ini terlalu kekanak-kanakan untuk membuatnya mundur.
Tapi ketika ia pulang, ia menemukan sesuatu yang membuat hatinya sedikit bergetar.
Di depan rumah, ada seekor kucing kecil yang ia rawat beberapa hari yang lalu tergeletak mati. Ada tusukan di tubuhnya. Di sebelahnya, ada tulisan dengan kapur putih di tanah:
"Peringatan pertama."
Lin Yue mengepal tangannya erat. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tapi matanya dingin seperti akan membunuh.
Malam itu, Shen Liuhan baru pulang dan langsung menemukan Lin Yue sedang membersihkan jejak kapur di halaman.
"Ada apa?" tanyanya curiga.
Lin Yue tersenyum tipis. "Hanya coretan anak nakal."
Shen Liuhan tahu Lin Yue berbohong, tapi ia tidak memaksa. Ia mempercayai bahwa Lin Yue tahu bagaimana mengatasi masalahnya sendiri.
Tapi malam itu, ketika Lin Yue sudah tidur, Shen Liuhan diam-diam memeriksa sekitar rumah dan menemukan jejak sepatu asing di belakang pagar.
"Mereka mulai menargetkan rumah ini."
Shen Liuhan mengetatkan rahangnya. Ia memanggil Xu Ming dan memerintahkan pengawasan ketat di sekitar rumah tanpa memberitahu Lin Yue.
"Kalau mereka menyentuhnya.... aku tidak akan membiarkan siapa pun hidup."
Beberapa hari kemudian, Wei Sanli mengirim undangan rapat rahasia untuk para pihak yang terlibat dalam penyelundupan. Undangan itu juga sampai ke tangan Lin Yue.
Ia tahu, ini jebakan.
Tapi ia tidak mundur.
Tanpa memberitahu siapa pun, ia datang sendirian ke lokasi yang ditentukan sebuah gudang tua di pinggir kota.
Di sana, Wei Sanli sudah menunggunya, bersama beberapa anak buahnya yang bersenjata.
"Kau wanita pintar, tapi terlalu berani," kata Wei Sanli sambil menepuk tangannya.
Lin Yue menatapnya tanpa takut. "Apa kau memanggilku hanya untuk mengancam?"
Wei Sanli tertawa. "Bukan mengancam. Aku ingin merekrutmu. keterampilanmu yang langkah. Bergabunglah denganku. Atau.... Suamimu yang akan jadi target berikutnya."
Lin Yue mengeraskan rahangnya. "Kau tahu siapa dia?"
"Tentu saja. Komandan Shen yang terhormat. Kalau dia mati, kau akan bebas, kan?"
Lin Yue tersenyum tipis." Kau salah."
Dalam sekejap, ia menarik pisau kecil dari lengan bajunya dan melemparkannya tepat ke tangan Wei Sanli.
Wei Sanli berteriak kesakitan. Anak buahnya segera menyerang, tapi Lin Yue melawan dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa. Ia melumpuhkan mereka satu per satu dalam waktu singkat.
Namun saat ia hendak mengejar Wei Sanli yang kabur, tiba-tiba suara tembakan terdengar.
"Berjongkok!" teriak suara yang sangat dikenalnya.
Lin Yue langsung menjatuhkan diri ke tanah.
Shen Liuhan dan timnya muncul dari balik bayangan, menembak tepat ke arah kaki para penjahat yang tersisa.
Shen Liuhan menghampiri Lin Yue dengan wajah dingin. " Kau bilang kau ingin bekerja sendiri."
Lin Yue menatapnya sambil tersenyum kecil, nafasnya terengah-engah. " kau yang tak tahu aturan."
Shen Liuhan menatapnya tajam. "Kau juga tak tahu.... Betapa khawatirnya aku."
Lin Yue tertegun. Baru kali ini ia melihat pria itu benar-benar menunjukkan rasa takut kehilangannya.
"Kau... Khawatir padaku?" tanya Lin Yue pelan.
Shen Liuhan mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat jantung Lin Yue berdebar.
"Sepertinya aku sudah mulai tak bisa membiarkanmu sendirian."
Lin Yue menunduk, menyembunyikan senyumnya. Dalam hatinya, perlahan...tembok yang ia bangun mulai runtuh.